Seiring Bitcoin memasuki fase koreksi jangka pendek, pasar terbagi dalam dua pandangan. Sebagian pakar memperingatkan bahwa jika harga jatuh di bawah level psikologis US$100.000, ini bisa memicu drop lanjutan hingga ke US$56.000.
Di sisi lain, analis data on-chain menilai bahwa pelemahan saat ini merupakan penyesuaian yang sehat bagi pasar.
SponsoredMcGlone Soroti US$100.000 sebagai Support Krusial
Mike McGlone, Senior Commodity Strategist di Bloomberg Intelligence, baru-baru ini menegaskan dalam sebuah podcast bahwa level US$100.000 merupakan support yang sangat signifikan bagi Bitcoin. Jika level US$100.000 ambruk, itu akan menandai berakhirnya era harga Bitcoin enam digit, sebuah simbol yang selama ini identik dengan volatilitas tinggi.
Harga Bitcoin belakangan ini turun 20%, dan kondisi tersebut sangat mungkin memberi dampak negatif pada sentimen pasar. McGlone bahkan mengkritik keras keadaan pasar, dengan mengatakan bahwa selain sekitar US$300 miliar stablecoin yang mengikuti nilai US Treasury, tidak ada aset lain yang benar-benar merefleksikan sesuatu yang fundamental.
Ia melanjutkan, “Orang-orang akan menyadari, ya, oke, semuanya tidak mencerminkan apa-apa, yang (akan) menyingkirkan 90% dari itu, dan setelahnya barulah kita bisa kembali membangun pasar yang lebih layak.”
Sponsored SponsoredKorelasi Tinggi Isyaratkan Risiko Pasar yang Lebih Luas
Sang analis memperingatkan bahwa jika nilai Bitcoin runtuh, dampaknya kemungkinan tidak akan berhenti di pasar kripto saja. Ia menjelaskan, “Jika pasar terus merayap turun di bawah seratus ribu, itu adalah potensi efek domino karena korelasinya sangat tinggi dengan pasar saham.”
Dalam sebuah chart yang ia lampirkan di X, terlihat bahwa korelasi terbaru antara indeks S&P 500 dan harga Bitcoin mencapai 0,5332. Tingkat korelasi setinggi ini menunjukkan bahwa penurunan pada Bitcoin dapat memicu penurunan lanjutan pada S&P 500.
Ia mencatat, “Sekarang ini hampir menjadi trade yang sama karena sebagian besar dana yang masuk berasal dari ETF, yang mayoritas investornya selama ini lebih aktif di Nasdaq dan S&P 500.”
McGlone juga menekankan bahwa skenario terburuk bisa membawa harga Bitcoin turun hingga ke US$56.000.
Sponsored SponsoredMenurutnya, mean reversion identik dengan kerendahan hati pasar. Ia menambahkan bahwa jika melihat chart, wajar saja bagi aset kripto pertama ini untuk kembali ke moving average 48 bulan — kini di kisaran US$56.000 — setelah reli panjang seperti yang terjadi pada 2025.
Data On-Chain Isyaratkan ‘Fase Bear Ringan’
Sebaliknya, analis data on-chain menyampaikan pandangan berbeda, menilai penurunan saat ini tidak sama dengan “crash sejati” dalam sejarah. Glassnode, platform data on-chain kripto, merilis laporan pada Rabu yang mencatat bahwa unrealized loss Bitcoin saat ini jauh lebih rendah dibandingkan periode bear market sebelumnya.
Mereka menyatakan, “Berbeda dengan bear market 2022–2023, ketika kerugian mencapai level ekstrem, angka saat ini di 3,1% menunjukkan tekanan yang masih moderat, sebanding dengan koreksi mid-cycle pada Q3–Q4 2024 dan Q2 2025, yang semuanya tetap berada di bawah ambang 5%.”
“Selama unrealized loss bertahan di kisaran ini, pasar dapat diklasifikasikan sebagai fase bear ringan yang ditandai oleh revaluasi yang tertata, bukan kepanikan.”
Namun, Glassnode memberi peringatan bahwa “penurunan lebih dalam yang mendorong rasio ini di atas 10% kemungkinan akan memicu kapitulasi yang lebih luas dan menandai transisi menuju rezim bearish yang jauh lebih parah.”
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek harga Bitcoin (BTC) ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!