Sejumlah altcoin sepertinya menantang rasa takut pasar sepanjang bulan lalu. Meski harga turun, para investor tidak buru-buru menjual di exchange. Sebaliknya, mereka justru makin agresif melakukan akumulasi.
Akumulasi ini mendorong pasokan di exchange untuk beberapa altcoin turun ke level terendah dalam beberapa tahun. Kelangkaan seperti ini menjadi faktor krusial yang mendukung potensi kenaikan harga. Altcoin mana yang menunjukkan pola ini?
Sponsored1. Ethereum (ETH)
Tidak mengherankan jika Ethereum tetap menjadi salah satu altcoin yang paling diburu baik oleh institusi maupun investor ritel.
Namun, yang mungkin mengejutkan banyak orang ialah tingkat kelangkaan ETH di exchange saat ini. Data CryptoQuant mengungkap pasokan Ethereum di exchange turun ke 15,8 juta pada Oktober — level terendah dalam tiga tahun.
Selain itu, ketersediaan ETH untuk dibeli di pasar terbuka makin langka karena semakin banyak token yang di-stake. Menurut Dune, total ETH yang di-stake terus naik selama lima tahun terakhir dan kini mendekati 36 juta ETH, atau sekitar 29% dari total suplai.
Meski sentimen bearish pada Oktober mendorong ETH turun di bawah US$4.000, namun kelangkaan yang meningkat mengisyaratkan peluang pemulihan masih terbuka.
2. Chainlink (LINK)
Chainlink (LINK) juga mengejutkan banyak pihak. Pasokan di exchange turun ke 143,5 juta LINK, level terendah sejak Oktober 2019.
Sponsored SponsoredSejak awal tahun, saldo di exchange turun dari lebih dari 220 juta LINK, artinya para pelaku pasar menarik sekitar 80 juta LINK—kurang lebih 11% dari suplai beredar—hanya pada 2025.
Laporan BeInCrypto terbaru menyoroti bahwa LINK memasuki salah satu fase akumulasi terkuat oleh para whale dalam beberapa tahun.
Update terbaru dari Chainlink Reserve mengungkap bahwa sejak program itu diluncurkan pada Agustus, mereka mencatat akumulasi LINK bernilai lebih dari US$11 juta.
Meski jumlah LINK di Chainlink Reserve masih kecil dibandingkan total suplai, hal itu menunjukkan komitmen proyek terhadap strategi jangka panjangnya.
SponsoredPerilaku ini memperkuat sentimen kelangkaan di kalangan holder. Diskusi komunitas seputar LINK tetap positif meski harganya turun 25% pada Oktober.
3. Pepe (PEPE)
PEPE, sebuah meme coin berbasis Ethereum, tetap menjadi salah satu meme token paling likuid di pasar.
Sepanjang sebulan terakhir, minat investor bergeser dari meme coin ke privacy coin dan token perpetual DEX, namun PEPE tetap berhasil mempertahankan daya tariknya.
Data Santiment menunjukkan pasokan PEPE di exchange turun ke level terendah sejak 2023, dengan 86,39 triliun PEPE yang saat ini ada di exchange, sekitar 20% dari suplai beredar.
Penurunan jangka panjang pada saldo di exchange mencerminkan loyalitas kuat para holder terhadap token tersebut.
Hanya di 2025, jumlah holder PEPE naik dari 369.000 menjadi lebih dari 491.000, menurut CoinMarketCap.
Pengurangan pasokan di exchange dan kenaikan jumlah holder terjadi meski harga PEPE turun kembali ke level awal tahun pada Oktober. Ini berarti sebagian besar holder belum meraih keuntungan, namun mereka terus menyimpan token mereka.
“If you think PEPE is a bad investment, think again. You can’t reassure diamond hands. I’m one of them. This price level is too good to miss out,” ujar investor Defizard.
Altcoin-altcoin ini menunjukkan bahwa bahkan di pasar yang pesimistis, investor tetap menyukai token yang mereka yakini bisa menjaga nilai portofolio.
Baik altcoin unggulan maupun meme coin, keduanya memiliki kesamaan — ketahanan lintas siklus pasar, basis holder yang loyal, serta likuiditas yang kuat.