Kembali

Alarm Resesi AS Menyala: Mengapa Ini Bisa Picu Aksi Jual Crypto?

author avatar

Ditulis oleh
Kamina Bashir

editor avatar

Diedit oleh
Zummia Fakhriani

09 September 2025 17.58 WIB
Tepercaya
  • Pertumbuhan payroll AS melambat tajam pada Agustus, di mana hanya ada 22.000 lapangan kerja baru, sementara pengangguran jangka panjang naik ke level tertinggi dalam empat tahun.
  • Belanja konstruksi turun 2,8% secara year-on-year pada Juli, salah satu penurunan terdalam sejak 2008, menandakan melemahnya aktivitas ekonomi.
  • Ancaman resesi AS bisa memicu aksi jual masif di pasar crypto ketika investor beralih ke aset yang lebih aman, sehingga menguras likuiditas dari Bitcoin dan altcoin.
Promo

Pada September 2025, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa ekonomi AS kian dekat ke jurang resesi. Sejumlah indikator utama menyalakan alarm bagi ekonom dan pengamat pasar.

Dampaknya diperkirakan tidak hanya melanda pasar tradisional. Aset crypto—yang kerap diperlakukan sebagai aset berisiko tinggi—sangat mungkin berada di bawah tekanan hebat karena investor mengalihkan dana mereka ke instrumen yang lebih aman. Hal ini berpotensi membuka jalan bagi volatilitas ekstrem dan aksi jual besar-besaran.

Apakah AS Sedang Alami Resesi?

Indikator paling mencolok datang dari data pasar tenaga kerja. Menurut laporan BeInCrypto sebelumnya, non-farm payrolls turun drastis pada Agustus, di mana hanya terdapat 22.000 lapangan kerja baru dibandingkan proyeksi 75.000.

Sponsored
Sponsored

Dari sekitar 598.000 lapangan kerja baru yang tercipta di periode kedua masa jabatan Presiden Donald Trump, 86% berasal dari sektor kesehatan dan bantuan sosial. Di luar sektor ini, pertumbuhan lapangan kerja hampir mandek—menandakan kerapuhan ekonomi.

Seorang analis pasar global di X juga menyoroti bahwa perekonomian AS telah kehilangan 142.200 lapangan kerja dalam empat bulan terakhir. Ini menjadi penurunan terparah sejak krisis 2020.

“Di masa lalu, penurunan sebesar ini biasanya terjadi di awal resesi,” tulisnya.

Declining Jobs in The Us
Penurunan Pekerjaan di AS | Sumber: X/Global Markets Investor

Lebih lanjut, pengangguran jangka panjang menjadi masalah serius. Jumlah warga Amerika yang menganggur selama 27 minggu atau lebih telah lebih dari dua kali lipat sejak Desember 2022. Angka tersebut mencapai 1,9 juta pada bulan Agustus, menandai level tertinggi dalam 4 tahun.

“Proporsi warga AS yang menganggur lebih dari 27 minggu kini mencapai 25,7%, selevel dengan kondisi resesi parah,” tambah Global Markets Investor.

Sinyal mengkhawatirkan kedua datang dari sektor konstruksi. The Kobeissi Letter mencatat bahwa belanja konstruksi pada Juli 2025 turun 2,8% secara year-over-year (YoY).

Sponsored
Sponsored

Ini merupakan salah satu penurunan terdalam sejak krisis finansial tahun 2008 silam. Secara bulanan, belanja konstruksi anjlok dalam 10 dari 11 bulan terakhir, menjadi penurunan terpanjang dalam 15 tahun.

“Dalam 50 tahun terakhir, penurunan berkelanjutan seperti ini hanya terjadi ketika ekonomi berada dalam resesi, kecuali pada 2018. Sementara itu, lapangan kerja di sektor konstruksi juga turun selama 3 bulan berturut-turut, terpanjang sejak 2012,” jelas The Kobeissi Letter.

Adapun konstruksi, sebagai penggerak utama aktivitas ekonomi, kerap menjadi barometer awal kesehatan finansial. Ketika investasi di sektor ini menurun, artinya permintaan atas perumahan, proyek komersial, dan infrastruktur ikut melemah.

Kondisi ini mencerminkan berkurangnya kepercayaan dari pengembang dan pelaku bisnis, sekaligus memberi efek domino ke industri terkait seperti material bangunan, tenaga kerja, hingga pembiayaan. Selain itu, belanja konsumen riil juga melambat sepanjang tahun ini.

US Construction Spending Performance
Kinerja Pengeluaran Konstruksi AS | Sumber: X/The Kobeissi Letter

Pesimisme Publik Meluas

Meski indikator ekonomi membentuk definisi teknis resesi, persepsi publik memberikan sinyal tambahan.

Sponsored
Sponsored

Survei Wall Street Journal–NORC terbaru menunjukkan penurunan tajam dalam optimisme ekonomi masyarakat AS. Hanya 25% responden yang percaya mereka memiliki “peluang bagus” untuk meningkatkan taraf hidup—angka terendah sejak 1987 silam.

Lebih dari tiga perempat responden meragukan generasi berikutnya akan hidup lebih baik, sementara hampir 70% mengatakan “American Dream” tidak lagi berlaku—atau memang tidak pernah ada. Ini adalah pandangan paling pesimistis dalam hampir 15 tahun terakhir.

“Partisipan dari Partai Republik dalam survei terlihat kurang pesimistis dibandingkan Demokrat, mengikuti tren lama bahwa partai yang menguasai Gedung Putih biasanya punya pandangan lebih positif tentang ekonomi,” tulis WSJ.

Sementara itu, laporan Financial Times menyoroti adanya kesenjangan regional. Beberapa negara bagian seperti Illinois, Washington, New Jersey, dan Virginia diperkirakan sudah berada dalam resesi. Namun, negara bagian besar seperti New York, Texas, Florida, dan California nampak masih mampu menjaga stabilitas ekonomi, yang mungkin menunda resesi nasional.

Potential US States in Recession
Potensi Negara Bagian AS dalam Resesi | Sumber: Financial Times

Mengapa Resesi AS Bisa Picu Aksi Jual Crypto

Gambaran data memang suram, namun bagaimana kaitannya dengan crypto?

Sponsored
Sponsored

Trader keuangan Matthew Dixon menjelaskan bahwa resesi umumnya memberi beban pada aset-aset berisiko seperti Bitcoin (BTC). Di kala pertumbuhan ekonomi melemah, laba perusahaan menurun, dan permintaan konsumen pun ikut lesu.

“Aset berisiko (saham, crypto) mencerminkan pertumbuhan di masa depan. Jika ekspektasi pertumbuhan menyusut, valuasi pun akan terkontraksi,” ujarnya.

Pada saat yang sama, investor sering kali memindahkan dana ke aset safe haven seperti obligasi pemerintah, emas, atau mata uang yang stabil. Walhasil, manuver semacam ini dapat menguras likuiditas dari pasar crypto. Aktivitas pinjam-meminjam pun menjadi lebih ketat, biaya utang membengkak, serta ruang gerak spekulasi ikut tertekan.

Bahkan sebelum kondisi fundamental benar-benar memburuk, sentimen negatif biasanya sudah mendorong investor untuk memangkas risiko. Akibatnya, tekanan jual terhadap aset digital bisa semakin bertambah.

Oleh karena itu, jelas bahwa resesi AS akan memberikan beban besar bagi crypto. Dalam jangka pendek, sikap aversi risiko dan likuiditas yang semakin ketat akan menyedot modal dari aset digital, sehingga menekan harga. Namun, dalam jangka panjang, pelonggaran moneter atau meningkatnya ketidakpercayaan pada fiat bisa kembali menyalakan daya tarik Bitcoin sebagai aset lindung nilai—sementara altcoin kemungkinan akan tetap lebih rentan.

Bagaimana pendapat Anda tentang 3 indikator resesi AS yang wajib jadi pantauan investor crypto di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

"Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris."