Alex Gladestein, aktivis hak asasi manusia yang pro-Bitcoin mengaku sangat bersyukur dunia memiliki Plan ₿. Pernyataan ini keluar dari Chief Strategy Officer (CSO) Human Rights Foundation ini pada 18 April 2022 ketika membagikan sebuah makalah dari IMF berjudul ‘The Electronic Money Standard’.
Makalah tersebut, menurut Alex Gladestein, singkatnya menguraikan, “Masa depan keuangan ketika masyarakat tidak dapat menabung karena central bank digital currency (CBDC) atau mata uang digital bank sentral dengan ‘suku bunga negatif yang dalam’, memungkinkan para bankir sentral untuk mengatasi ‘batas bawah nol persen’.”
Sebagai catatan, ‘batas bawah nol persen’ atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘zero lower bound’ adalah alat kebijakan moneter ketika bank sentral menurunkan suku bunga jangka pendek menjadi nol, jika diperlukan, untuk merangsang ekonomi.
Dalam kondisi ini, bank sentral akan memanipulasi suku bunga untuk merangsang ekonomi yang stagnan atau meredam ekonomi yang ‘terlalu panas’.
‘Great Depression’ atau ‘Resesi Hebat’ merupakan contoh yang memaksa sejumlah bank sentral mendorong ‘batas bawah nol persen’ dan bahkan menerapkan ‘suku bunga negatif’ untuk memacu pertumbuhan dan pengeluaran.
Standar Uang Elektronik Bisa Turunkan Inflasi Sampai ke 0%
Makalah yang dikomentari Alex Gladestein dalam sebuah thread Twitter berjudul ‘Standar Uang Elektronik dan Kemungkinan Target Inflasi Nol’ terbit di situs web IMF pada 7 April 2022. Singkatnya, makalah ini menjelaskan bagaimana perpindahan ke standar uang elektronik dapat menurunkan target inflasi menuju nol persen.
Tulisan yang merupakan seri dalam The Future of Inflation ini membuka diskusi dengan membayangkan bahwa dunia dengan ‘inflasi yang lebih rendah’ dan bahkan ‘nol persen inflasi’ serta ‘tidak ada resesi yang terus-menerus’ mungkin terdengar seperti mimpi. Namun, IMF berpendapat bahwa itu mungkin dapat terjadi dengan beralih ke ‘standar uang elektronik’.
Hal yang dimaksud IMF mengenai ‘uang elektronik’ adalah uang yang digunakan sebagai entri di komputer bank. Termasuk di antaranya penggunaan cek, kartu kredit dan kartu debit dalam transaksi, serta CBDC. Mengingat definisi uang elektronik seperti ini, maka alternatif ‘standar kertas’ dapat disebut dengan ‘standar uang elektronik’.
Dalam uraian yang dijelaskan oleh Ruchir Agarwal dan Miles Kimball, beralih dari standar kertas ke standar uang elektronik dinilai dapat memberdayakan kebijakan moneter untuk memaksa suku bunga sebanyak yang diperlukan demi menstimulasi ekonomi.
Kondisi ini mereka gambarkan sama halnya seperti selama ‘Great Depression’ ketika negara-negara mampu menghidupkan kembali ekonomi mereka dengan keluar dari standar emas.
Adapun ‘batas bawah nol persen’ dapat ditembus melalui (1) mengadopsi atau memperkuat standar uang elektronik dan (2) menerapkan tingkat bunga yang berubah-ubah waktu (atau yang lebih umum, tingkat suku bunga) pada mata uang kertas (tunai).
Kemudian, karena tingkat bunga uang tunai bergerak sejalan dengan tingkat kebijakan resmi, tidak ada arbitrase antara uang tunai dan uang di bank. Setelah transisi ke standar elektronik menghilangkan ‘batas bahwa nol persen’, bank sentral dapat mengaktifkan ‘tingkat suku bunga negatif yang dalam’.
Komentar dari Pro-Bitcoin
Alex Gladestein menilai penting untuk membaca makalah-makalah semacam ini demi memahami pikiran seorang bankir central, terlepas dari pengalaman individu manusia.
Dia menilai bahwa ‘pihak-pihak yang mencoba merekayasa masyarakat seolah-olah adalah eksperimen sains yang besar’ tidak memiliki empati sama sekali. “Untungnya, masyarakat dapat memilih keluar dari omong kosong ini dengan Bitcoin,” tegas Alex Gladestein.
Adapun International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional adalah organisasi internasional yang bertujuan mempererat kerja sama moneter global, memperkuat kestabilan keuangan, mendorong perdagangan internasional, serta mengklaim memperluas lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan mengentaskan kemiskinan di seluruh dunia.
Samson Mow ikut mengomentari thread yang dibuat Alex Gladestein di Twitter. Dia mengandaikan bahwa keadaan distopia seperti di novel 1984 karangan George Orwell bukan hanya sesuatu yang terjadi secara alami. Namun, dia menilai ada kelompok seperti IMF yang bekerja keras untuk mewujudkannya.
“Untungnya kita juga memiliki Bitcoiners yang berjuang untuk kebebasan di waktu yang sama,” tulis sosok yang aktif menggerakkan adopsi Bitcoin bagi negara-bangsa mulai dari El Salvador sampai ke daerah otonom Madeira di Portugal.
Sebagai informasi, novel 1984 menggambarkan suatu kondisi ketika pemerintah totaliter yang berkuasa melakukan praktik mass surveillance secara membabi buta dan mengontrol hal apa pun sehingga dapat membentuk bagaimana masyarakat selayaknya harus berperilaku jika tidak ingin ‘disenyapkan’.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.