Harga Bitcoin (BTC) kini terkoreksi tipis ke kisaran US$104.500. Analis kondang Benjamin Cowen menilai pasar mungkin belum mencapai pucuk. Ia menyebut kondisi saat ini mirip dengan tahun 2019 silam, ketika reli besar diikuti oleh periode konsolidasi. Cowen memperingatkan 2026 bisa menjadi tahun koreksi signifikan. Namun, hal itu tidak menandai berakhirnya bull market.
Pasar kripto kini berada di fase ketidakpastian, di mana investor bertanya-tanya apakah kenaikan berikutnya sudah dekat atau justru saatnya bersiap untuk jeda sementara.
SponsoredApakah Siklus Bitcoin Benar-Benar Sudah Berubah?
Benjamin Cowen menyoroti grafik Bitcoin setelah rebound dari US$98.000, dengan harga yang masih bertahan di atas rata-rata pergerakan 50-minggu (50-week moving average). Menurutnya, ini menandakan pasar masih berada dalam fase bullish, meskipun sentimen mulai mendingin.
Cowen menegaskan tidak ada analis yang memiliki “bola kristal” untuk memprediksi puncak pasar secara tepat. Namun, ia percaya indikator saat ini menunjukkan titik tengah siklus, bukan akhir dari siklus.
Analis ini menarik kesamaan situasi terkini dengan periode 2019, di mana setelah berakhirnya program Quantitative Easing (QE), pasar mengalami penurunan selama enam bulan. Sekarang, setelah berakhirnya Quantitative Tightening (QT), Cowen menerawang koreksi mungkin terjadi pada 2026, dengan potensi penurunan tidak lebih dari 50%.
Artinya, jika Bitcoin mencapai US$126.000, koreksi hingga sekitar US$60.000 masih tergolong konsolidasi sehat, bukan tanda crash brutal.
Cowen menggarisbawahi kondisi ini bukan sinyal berakhirnya bull market, melainkan pergeseran dalam dinamika siklus. Ia yakin Bitcoin masih bisa menorehkan harga tertinggi baru (new high) sebelum pasar benar-benar mendingin.
Bitcoin Sebagai Tolok Ukur: Dominasi atas Altcoin Terus Menguat
Menurut Benjamin Cowen, Bitcoin Dominance (BTC.D) terhadap altcoin telah berlanjut selama 8 pekan beruntun. Hal ini berarti sebagian besar arus modal kembali mengalir ke aset kripto terbesar di dunia, sementara minat pada proyek-proyek altcoin cenderung meredup untuk sementara waktu. Cowen membandingkan situasi saat ini dengan tahun 2017 dan 2020, ketika altcoin sempat mengalami lonjakan singkat sebelum akhirnya kembali melemah terhadap Bitcoin.
Sponsored SponsoredDalam analisisnya, Cowen menyoroti level teknikal kunci berupa bull market support band, yang berada di kisaran US$110.000 hingga US$113.000. Jika harga Bitcoin kembali ke area tersebut, momentum bullish bisa pulih. Namun, jika harga justru terpeleset di bawah rata-rata pergerakan 50-minggu (50-week moving average), hal itu bisa menjadi sinyal koreksi yang lebih curam dan melemahnya tren jangka menengah.
Cowen juga mengingatkan bahwa banyak investor sering kali bereaksi secara emosional terhadap fluktuasi jangka pendek. Ia menilai penting bagi pelaku pasar untuk tetap tenang dan berpikir jangka panjang, terutama di tengah perubahan kebijakan moneter bank sentral global.
“Bagaimana kalau memang begitu jalannya? […] Kita lihat gelombang kenaikan awal, lalu konsolidasi di 2026, kemudian pergerakan naik lagi. Bukankah itu sepenuhnya mungkin terjadi? Saya bisa melihat skenario itu terjadi,” ujar Cowen.
Menurutnya, sejarah pasar memang menunjukkan adanya pola berulang, meski tiap siklus memiliki dinamika tersendiri. Ia menegaskan bahwa pertumbuhan Bitcoin saat ini lebih stabil dan didorong oleh fundamental, bukan semata euforia atau emosi pasar.
SponsoredBagaimana Cara Bersiap Menghadapi Potensi Koreksi di 2026?
Benjamin Cowen menyarankan para investor untuk tidak panik jika pasar memasuki fase penurunan pada 2026. Menurutnya, skenario tersebut tidak menandakan berakhirnya siklus bull market, melainkan fase transisi menuju konsolidasi alami. Yaitu, periode di mana pasar beristirahat sebelum melanjutkan tren naik berikutnya.
Cowen menekankan bahwa pola serupa telah terjadi beberapa kali di masa lalu, dan investor yang sabar biasanya mendulang untung terbesar selama fase transisi ini. Karena itu, ia menyarankan untuk tidak terlalu agresif mengejar altcoin berisiko tinggi, dan fokus pada Bitcoin sebagai aset paling likuid dan stabil di pasar.
Untuk membantu memahami situasi dengan lebih baik, Cowen menyarankan tiga langkah sederhana:
- Pantau level teknikal kunci — kisaran US$110.000 hingga US$113.000 menjadi zona support bullish utama.
- Perhatikan kebijakan The Fed — akhir dari Quantitative Tightening (QT) dan potensi kembalinya Quantitative Easing (QE) dapat memengaruhi sentimen investor.
- Bersabar — koreksi bukan bencana, melainkan bagian alami dari siklus pasar jangka panjang.
Cowen menambahkan, pasar Bitcoin kini lebih matang dan terprediksi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pergerakan harga tidak lagi sepenuhnya digerakkan oleh emosi investor ritel, tetapi semakin terkait dengan tren ekonomi makro global.
Ringkasan: Apa Arti “Siklus yang Berubah”?
Kesimpulan Cowen sederhana: Siklus Bitcoin kini tak lagi kaku mengikuti pola empat tahunan. Fase saat ini lebih menyerupai periode ekspansi jangka panjang, di mana reli dan koreksi saling bergantian dengan lebih seimbang.
Ia memprediksi bahwa penurunan harga di 2026 hanya akan menjadi fase sementara sebelum gelombang kenaikan baru dimulai. Bagi investor, ini berarti saatnya bersiap secara mental untuk periode tenang setelah volatilitas tinggi pada 2024–2025, sambil menjaga pandangan jangka panjang dan menghindari keputusan emosional.
Pada akhirnya, Cowen menegaskan bahwa Bitcoin tetap menjadi pemimpin pasar, dan kinerjanya masih menjadi penentu arah seluruh sektor kripto.
Bagaimana pendapat Anda tentang analisis dan prediksi analis kondang Cowen soal siklus harga Bitcoin (BTC) di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!