Be[In]Crypto memerhatikan indikator on-chain Bitcoin (BTC), khususnya pada Stablecoin Supply Ratio (SSR) dan suplai USDT yang beredar.
Apa Itu Stablecoin Supply Ratio (SSR)?
Stablecoin Supply Ratio atau SSR merupakan indikator on-chain yang digunakan untuk menentukan rasio antara suplai stablecoin dan BTC. Indikator ini bergerak ketika ada perubahan, baik pada suplai stablecoin maupun harga BTC.
Nilai SSR rendah menunjukkan bahwa suplai BTC dalam persentase besar dapat dibeli menggunakan stablecoin. Sebagai contoh, nilai SSR sebesar 5 menunjukkan 20% (1/5) dari suplai BTC bisa dibeli dengan stablecoin.
Apakah Ini Sinyal Beli?
Sinyal beli (buying signal) ditunjukkan setiap kali SSR turun di bawah Bollinger Band bagian bawah (lihat lingkaran hitam pada gambar). Kondisi ini menandakan bahwa indikator tersebut telah menurun secara signifikan, lebih dari biasanya.
Hingga saat ini, sudah ada sekitar 5 deviasi seperti itu. Empat di antaranya (lihat lingkaran hitam pada gambar) mengakibatkan pergerakan naik yang cukup besar.
Di tanggal 22 Januari, SSR mencapai rekor baru nilai terendah sepanjang masa (all-time low) di angka 4.40 dan berada di bawah Bollinger Band bawah (lihat lingkaran merah pada gambar). Setelahnya, ia memantul bersamaan dengan harga BTC yang meningkat jadi US$46.000. Kini, SSR sedang berada di dalam bands, dengan posisi lebih dekat ke bagian bawah.
Jika ini merupakan seluruh peningkatan sebagai hasil dari pembacaan SSR, maka akan menjadi peningkatan terlemah sejauh ini. SSR juga menunjukkan bahwa altseason mungkin terjadi.
Saldo Stablecoin USDT
Suplai USDT yang beredar (lihat garis hijau pada gambar) telah meningkat dalam kecepatan yang terakselerasi sejak Maret 2020. Meski peningkatannya sempat melambat di Januari 2022, suplai USDT yang beredar masih bertumbuh. Pada bulan April, ia mencapai rekor harga tertinggi sepanjang masa (all-time high) di angka 83 miliar.
Pengamatan yang menarik adalah fakta bahwa sejak Januari 2022 (lihat lingkaran hitam pada gambar), saldo USDT di exchange telah meningkat, sedangkan suplai yang terkunci dalam smart contract (lihat garis hijau di gambar) menurun.
Kondisi seperti demikian dapat berarti bahwa para investor tengah bersiap untuk “buy the dip“.
Saat mengamati saldo stablecoin di exchange dan harga BTC (lihat garis hitam pada gambar), terlihat bahwa kenaikan tajam pada saldo USDT di exchange biasanya mengawali kenaikan harga.
Ini terlihat di bulan Februari maupun Maret 2021 (lihat lingkaran kuning pada gambar). Meski demikian, kenaikan tajam pada Januari 2022 belum mengakibatkan kenaikan harga yang signifikan.
Maka dari itu, mungkin saja bila kenaikan harga yang tertunda akan muncul, sama seperti yang terjadi di Mei 2021. Sejumlah model juga menunjukkan bahwa harga BTC saat ini masih undervalued. Selain itu, minat dalam jaringan ini nampaknya berada di posisi all-time high.
Untuk baca analisis Bitcoin (BTC) terbaru lainnya, klik di sini.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.