Setelah 8 tahun lamanya, kisah panjang Mt. Gox akhirnya semakin dekat dengan kesimpulan. Mark Karpeles, mantan CEO dari crypto exchange Mt. Gox, telah mengatakan bahwa pengguna dari platform ini bisa menerima sebagian dari bitcoin mereka yang hilang dalam beberapa hari lagi.
Ia memberi tahu Forkast News, kemungkinan besar wali amanat dari Jepang yang bertanggung jawab atas BTC milik korban akan memulai distribusi sisa aset kepada kreditur.
Di tahun 2014 silam, Mt. Gox mengalami peretasan yang berujung pada kerugian sebesar 800.000 BTC sekaligus kehancuran perusahaan crypto exchange ini. Akibatnya, ribuan kreditur pun kehabisan uang dan menantikan kompensasi atas kerugiannya.
Nobuaki Kobayashi ditunjuk sebagai wali amanat untuk pengembalian BTC dan ditugaskan untuk menentukan cara yang tepat dalam mendistribusikan aset digital tersebut.
Pada bulan Oktober 2021, dalam sebuah pemungutan suara, mayoritas dari para kreditur menyetujui skema kompensasi yang diajukan oleh Pengadilan Distrik Tokyo.
“Tergantung pada situasinya, perintah konfirmasi diharapkan sudah final dan mengikat dalam waktu sekitar 1 bulan dari hari ini,” ujar Kobayashi. Meski demikian, pembayaran kepada kreditur sempat gagal. Pengamatan dari sejumlah pakar mengindikasikan bila mereka akan memulainya di kuartal kedua tahun ini.
Setelah serangkaian pertarungan hukum mengenai keterlibatannya dalam kehancuran perusahaannya, Karpeles akhirnya tergabung ke 1% club – istilah di Jepang untuk menggambarkan kumpulan orang-orang langka yang berhasil mendapatkan vonis tak bersalah atas dugaan kejahatan yang didakwakan kepadanya.
Dana yang Hilang di Mt. Gox Tidak Ada Kaitannya dengan Karpeles
Seperti yang ditunjukkan oleh salah satu hakim ketua di persidangan, Karpeles tidak ada hubungannya dengan bitcoin yang hilang. Ia juga tidak pernah bermaksud untuk merugikan perusahaan atau menggelapkan dana. Satu-satunya pelanggaran yang ia lakukan adalah praktik manipulasi data di bursa Mt. Gox sejak tahun 2011.
Ada ketidakpastian dalam hal pembayaran untuk para kreditur Mt. Gox ini. Beberapa di antaranya menyatakan bila mereka akan menerima kompensasi dalam uang fiat, tapi ada pula yang berargumen bahwa mereka akan dibayar dalam BTC.
Terlepas dari hal tersebut, para pakar telah memperingatkan apabila pembayaran dalam jumlah besar kepada kreditur dapat memberikan efek signifikan kepada pasar kripto. Jika pembayaran dilakukan dalam BTC, banyak kreditur mungkin akan menjual asetnya untuk mencairkan keuntungannya yang terakumulasi dalam aset kripto tersebut.
Ketika kasus Mt. Gox terjadi di tahun 2014, 1 BTC dihargai sekitar US$320. Sementara itu, harga BTC saat ini berada di US$40.000. Melihat kondisi seperti ini, maka besar kemungkinan kreditur akan menjual BTC miliknya. Bayangkan jika kemungkinan itu benar-benar terjadi, tentu saja akan berimbas anjloknya harga BTC.
Setelah adanya bencana Mt. Gox, Karpeles mengumumkan bahwa dia membuka usaha baru bernama UNGOX, yaitu sebuah perusahaan yang bertujuan untuk memberikan rating atau peringkat bagi seluruh crypto exchange di seluruh dunia.
Ia juga memaparkan rencananya untuk membuat non-fungible token (NFT) yang memberikan akses seumur hidup bagi para pengguna Mt. Gox sebelumnya terhadap layanan perusahaan barunya ini secara gratis.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.