Platform pertukaran crypto asal benua Afrika, Mara, mengumpulkan 23 juta dolar AS dalam putaran pendanaan yang melibatkan sejumlah investor crypto high-profile dan investor web3. Dana itu akan digunakan untuk mengembangkan rangkaian produk crypto yang menyasar Nigeria dan Kenya.
Investor yang terlibat yakni Coinbase Ventures, Alameda Research (FTX), Distributed Global, Day One Ventures, Nexo, Huobi Ventures, dan TQ Ventures. Di samping itu, Infinite Capital dan DAO Jones, investasi DAO yang didukung Mike Shinoda, Steve Aoki dan Disclosure, serta sekitar 100 investor crypto lainnya turut berpartisipasi.
Dana akan digunakan Mara untuk membangun rangkaian produk yang menangani berbagai kebutuhan keuangan crypto untuk pasar Afrika, mencakup dompet crypto ritel kustodian dan exchange-pro untuk trader profesional.
Pada kuartal IV tahun ini, ia akan meluncurkan blockchain layer-1 yang akan menjadi jaringan masuk bagi pengembang membangun produk crypto dan blockchain yang berfokus di Afrika.
Platform Alchemy yang didukung token asli MARA bagi developer untuk membangun aplikasi terdesentralisasi, yang juga dikenal sebagai dApps, juga akan diluncurkan di Afrika pada kuartal terakhir 2022. Peluncuran awal akan dilakukan pada Juli 2022 di Kenya dan Nigeria.
CEO Mara, Chi Nnadi, mengatakan Mara menciptakan infrastruktur keuangan bagi orang-orang untuk membangun kehidupan mereka.
“Jadi, ini lebih dari sekadar bisa membeli crypto; ini tentang insinyur Afrika yang membuat proyek mereka [sendiri]. Kami ingin menjadi sumber untuk menetaskan bakat tersebut; kami ingin memberi mereka platform melalui pertukaran kami untuk meluncurkan proyek mereka,” katanya.
Mara didirikan pada April 2021 dengan sejumlah anggota tim eksekutif, seperti Llinás Múnera, Dearg OBartuin, Kate Kallot dan dewan penasihat Kojo Annan dan Tatiana Koffman. Mereka adalah mantan eksekutif dari Amazon, PayPal, Uber, Nvidia, Founders Bank, dan Rappi.
“Kami senang bermitra dengan MARA saat memulai membangun sistem keuangan digital untuk Afrika Sub-Sahara. Dengan sumber daya yang tepat, wilayah ini memiliki potensi untuk adopsi cryptocurrency secara massal. Untuk itu, kearifan lokal dan keahlian khusus tim MARA cukup menjanjikan,” ujar salah satu pendiri TQ Ventures, Schuster Tanger.
- Baca juga: Republik Afrika Tengah Jadi Negara Pertama di Afrika yang Adopsi Bitcoin sebagai Legal Tender
Peluang Crypto di Pasar Afrika
Pasar cryptocurrency di Afrika memang menjanjikan. Berdasarkan data Chainalysis, pasar crypto di Afrika pada Juli 2020 hingga 2021 tumbuh 1.200% dibandingkan dengan periode sama sebelumnya.
Afrika menjadi ekonomi cryptocurrency dengan pertumbuhan tercepat ketiga. Afrika juga memiliki volume transaksi ritel lebih tinggi, yakni sebesar 7%, dibanding rata-rata global yang hanya 5,5%.
Pasar cryptocurrency di Afrika didorong oleh pertumbuhan pertukaran mata uang crypto P2P selama setahun terakhir. Sejak 2016, volume perdagangan untuk sejumlah mata uang Arfika bertumbuh di LocalBitcoins dan Paxful, dua platform P2P terbesar di dunia.
Platform P2P populer di Afika karena di sejumlah negara pelanggan kesulitan mengirim uang dari rekening bank ke bisnis cryptocurrency.
Di tengah pertumbuhan crypto yang kencang di Afrika, perebutan kue pasar tentunya menjadi tantangan besar bagi Mara. Sebab, kompetitornya, seperti Binance dan Luno dari Digital Currency Group punya modal besar. Belum lagi ada pemain asli, seperti Yellow Card, Quidax, Buycoins, dan Busha.
Binance bahkan mengambil peluang dengan cara yang paling dasar, yakni mengedukasi masyarakat Afrika soal crypto. Ia meluncurkan BInance Masterclass Education Series dan telah mendirik lebih dari 541.000 orang Afrika tentang cryptocurrency.
Strategi Mara Mendekati Regulator
Banyak bursa menawarkan hampir semua layanan yang diperlukan untuk menggunakan crypto di Afrika. Mereka harus berinovasi di tengah peraturan yang ketat untuk terus menyediakan layanan crypto.
Menanggapi hal ini, Nnadi mengatakan bahwa Mara ingin bekerja sama dengan regulator sebagai bagian dari proses pengembangan produknya. Mara ingin bekerja dengan pemerintah untuk membantu meningkatkan adopsi crypto dan blockchain.
“Jadi, kami menyelaraskan diri kami sebagai titik pendidikan bagi mereka [regulator]. Anda harus mendidik regulator dengan cara yang sama Anda mendidik tentang manfaat teknologi blockchain,” katanya, dikutip dari Forbes.
Nnadi mengakui bahwa Mara telah berdiskusi dengan Kenya, Nigeria, Uganda dan Republik Afrika Tengah. Mara bekerja sama dengan Republik Afrika Tengah untuk menjadikan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
“Kami datang untuk memberi tahu mereka [Republik Afrika Tengah] tentang adopsi crypto. Ada hal-hal inti yang perlu dilakukan di negara ini, seperti di banyak negara di Afrika, untuk membawa adopsi crypto yang lebih luas,”ucapnya.
Tantangan Sosial dan Keuangan di Afrika
Sebelum mendirikan MARA, Nnadi bergabung dengan Sustainability International, sebuah organisasi nirlaba yang mengelola solusi berbasis komunitas untuk memenuhi UN Sustainable Development Goals.
Di saat bepergian dari negara asalnya, Nigeria, ke Amerika Serikat (AS), Nnadi menyadari tantangan sosial dan keuangan yang memengaruhi orang Afrika di tempat-tempat terpencil dan bagaimana teknologi Bitcoin dan blockchain dapat mengatasi tantangan itu.
Tim Sustainability International tersebut mengerjakan proyek bersama Consensys yang melahirkan rancangan Sela Technologies. Ini adalah platform yang memungkinkan pembayaran langsung dan akuntabilitas terdistribusi melalui smart contract kepada pemangku kepentingan di proyek pengembangan.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.