Trusted

Bank Indonesia Rilis Whitepaper CBDC Rupiah Digital

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Bank Indonesia merilis whitepaper yang menguraikan rumusan CBDC Indonesia dengan mempertimbangkan asas manfaat dan risiko.
  • Dalam whitepaper rupiah digital, BI menjelaskan bahwa desain CBDC memainkan peran instrumental bagi keberhasilan implementasinya.
  • BI meyakini bahwa perkembangan mata uang digital bank sentral di masa depan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan.
  • promo

Bank Indonesia (BI) meluncurkan whitepaper pengembangan central bank digital currency (CBDC) rupiah digital. Whitepaper ini menguraikan rumusan CBDC Indonesia dengan mempertimbangkan asas manfaat dan risiko.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, memberi nama proyek pengembangan rupiah digital sebagai Proyek Garuda. Hal ini sebagai tanda kesiapan Indonesia untuk menyusul negara-negara yang turut tengah mengimplementasikan CBDC.

“Pada hari ini, kami meluncurkan whitepaper rupiah digital atas izin Presiden Joko Widodo. Pengembangan rupiah digital sebagai satu-satunya alat pembayaran digital yang sah di Indonesia kami namakan Proyek Garuda,” jelas Perry Warjiyo dalam pembukaan Pertemuan Tahunan BI pada hari Rabu (30/11).

Ada beberapa pendorong pengembangan rupiah digital, antara lain:

  1. Menegaskan fungsi BI sebagai otoritas tunggal dalam menerbitkan mata uang termasuk mata uang digital;
  2. Memperkuat peran BI di kancah internasional;
  3. Mengakselerasi integrasi ekonomi keuangan digital secara nasional.

Mengeksplorasi Berbagai Desain Arsitektur Digital Rupiah

Proyek Garuda memayungi inisiatif eksplorasi atas berbagai pilihan desain arsitektur digital rupiah.

Desain rupiah memprioritaskan beberapa hal berikut, yaitu:

  1. Kepentingan publik dengan bank sentral; mendukung inklusi keuangan melalui fitur offline di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar);
  2. Berbiaya rendah dan pemanfaatan granularitas data;
  3. Aspek integrasi, interoperabilitas, dan interkoneksi dari rupiah digital.

Adapun roadmap rupiah terdiri dari 3 tahap. Pertama, wholesale CBDC (w-CBDC) untuk model bisnis penerbitan, pemusnahan, dan transfer antar bank dengan rupiah digital. Kedua, akan diperluas menjadi pengembangan model bisnis operasi moneter dan pasar uang. Ketiga, integrasi W-CBDC dengan retail CBDC (r-CBDC) secara end-to-end.

Pertimbangan ​​Desain Digital Rupiah 

Dalam whitepaper rupiah digital, BI menjelaskan bahwa desain CBDC memainkan peran instrumental bagi keberhasilan implementasinya. Potensi nilai tambahan bagi perekonomian, kemampuannya dalam menjembatani pelaksanaan mandat bank sentral di bidang moneter dan makroprudensial, serta risikonya akan bergantung pada konfigurasi desain CBDC yang dipilih.

Group of Central Bank menggarisbawahi tiga prinsip dasar yang perlu diperhatikan bank sentral dalam mendesain CBDC. Pertama, tidak boleh mengganggu stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kedua, mampu hidup berdampingan dan melengkapi dengan berbagai jenis uang yang sudah ada. Ketiga, mendorong inovasi dan efisiensi.

Terkait isu pilihan arsitektur, bank sentral akan dihadapkan pada pilihan antara w-CBDC atau r-CBDC. w-CBDC disebut umumnya lebih populer di negara-negara maju yang pasar keuangan mereka dalam dan tingkat inklusi keuangan mereka sudah tinggi.

Sebaliknya, r-CBDC umumnya populer di negara-negara berkembang yang pasar keuangan mereka belum maju dan tingkat inklusi keuangan mereka masih rendah.

Meski menjamin akses langsung yang universal terhadap trusted money, pengembangan r-CBDC umumnya lebih kompleks dibandingkan dengan w-CBDC. Di samping itu, bank sentral juga akan dihadapkan pada isu pilihan arsitektur yang mendukung interoperabilitas transaksi antarnegara.

CBDC adalah Sebuah Keniscayaan

“BI meyakini manfaat CBDC mampu menjaga kedaulatan rupiah di era digital, termasuk mendukung integrasi ekonomi dan keuangan digital, serta membuka peluang inklusi keuangan yang lebih merata dan berkelanjutan,” tegas Perry Warjiyo.

BI meyakini bahwa perkembangan mata uang digital bank sentral di masa depan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Bank sentral masih perlu melakukan eksplorasi dan uji coba untuk mengantisipasi perkembangan mata uang digital di masa depan.

Whitepaper rupiah digital bisa menjadi katalisator pengembangan desain CBDC ke depan, agar penerapan dapat sesuai konteks dan karakteristik kebijakan.

Pengembangan rupiah digital akan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi kolaborasi akan dilakukan secara internasional dengan pihak terkait.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori