Gubernur Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) baru saja mengusulkan konsep “conversational payment” instan yang ditenagai oleh artificial intelligence (AI).
Shaktikanta Das, selaku Kepala Reserve Bank of India, berkeinginan untuk menerapkan teknologi ini. Teknologi ini akan memberikan kemampuan bagi pengguna untuk berinteraksi langsung dalam percakapan dengan sistem bertenaga AI. Melalui percakapan ini, mereka bisa melakukan pembayaran dengan cara yang aman dan terjamin.
Terlebih, di era ini, berbagai negara semakin menajamkan fokus pada digitalisasi ekonomi mereka. Menyadari hal ini, India, yang telah memiliki penggunaan sistem Unified Payments Interface (UPI) dalam skala besar, kini RBI berniat untuk memperluas inovasi ini dengan mengintegrasikan pembayaran percakapan melalui AI.
India Rencanakan Transaksi Percakapan UPI dalam Bahasa Hindi dan Inggris
RBI mengumumkan bahwa mereka telah mengusulkan fitur yang memungkinkan pengguna berbicara dengan AI untuk memulai dan menyelesaikan pembayaran UPI.
Pada awalnya, pengguna hanya dapat memberikan perintah suara dalam Bahasa Hindi dan Inggris. Namun nantinya, Bank Sentral akan berupaya untuk memfasilitasi percakapan dalam lebih banyak bahasa daerah.
Sebagai informasi, UPI adalah fasilitas transaksi peer-to-peer serta peer-to-merchant yang tersedia di perangkat seluler. Fasilitas ini telah berhasil meraih penetrasi yang luas di negara ini.
Bulan lalu saja, UPI berhasil membukukan 9,96 miliar transaksi. Dan para pengguna melakukan transaksi sebesar 15,34 triliun INR (US$185,64 miliar) menggunakan fasilitas UPI hanya dalam satu bulan. Khususnya, pada Juli, UPI mencetak pertumbuhan year-on-year sebesar 58% dalam hitungan transaksi (Transaction Count) dan 44% pertumbuhan year-on-year dalam jumlah transaksi (Transaction Amount).
Sejumlah negara saat ini tengah gencar mengeksplorasi penerbitan CBDC di wilayahnya, termasuk Indonesia. Temukan penjelasan selengkapnya tentang proyek CBDC Tanah Air di Bedah White Paper Rupiah Digital: Utilitas hingga Roadmap CBDC Indonesia.
Dorongan Pengembangan Mata Uang Digital
Sementara UPI telah merajai pangsa pasar di India, RBI juga telah meluncurkan mata uang digital bank sentralnya (CBDC), yaitu e-rupee. Saat ini, CBDC India masih dalam tahap uji coba.
Pada Juli lalu, BeInCrypto melaporkan bahwa bank swasta India, HDFC, telah berhasil mendaftarkan lebih dari 100,000 nasabah dan 170.000 trader dalam program percontohan e-rupee.
Tak dapat dipungkiri, kini semakin banyak negara yang berlomba-lomba untuk mengembangkan CBDC mereka sendiri. Bank of International Settlement (BIS) bahkan memprediksi bahwa hampir dua lusin bank sentral bakal meluncurkan mata uang digital mereka hingga akhir dekade ini.
Pada 20 Juli, BeInCrypto melaporkan bahwa yuan digital, CBDC China, telah menembus tonggak sejarah US$250 miliar dalam transaksi. Ditambah lagi, saat ini China juga sedang menggarap platform pembayaran mBridge bersama Thailand, Hong Kong, dan UEA. Platform ini bertujuan untuk menjadikan yuan sebagai alternatif dolar untuk penyelesaian transaksi perdagangan internasional.
Dengan geliat CBDC yang semakin menguat, Nischal Shetty, selaku co-founder Sharedum, berujar kepada BeInCrypto bahwa dunia mungkin akan menyaksikan pergeseran dari dolarisasi.
Bagaimana pendapat Anda tentang Bank Sentral India yang menjajaki penggunaan artificial intelligence (AI) untuk melakukan pembayaran digital? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.