TRM Labs baru saja merilis platform pelaporan penipuan kripto berbasis komunitas bernama Chainabuse. Dalam platform tersebut, setiap pengguna kripto dapat melaporkan perihal aktivitas mencurigakan yang melanggar hukum ke forum publik. Tidak hanya soal penipuan, aktivitas peretasan secara real-time yang terjadi di dunia virtual juga bisa dilaporkan di sini.
Nantinya, setiap orang bisa memberikan komentarnya sebagai informasi tambahan. Platform ini sekaligus juga menjadi titik terang dunia kripto yang selama ini mendapatkan stigma kurang transparan dan kerap diasosiasikan dengan aktivitas ilegal di dunia keuangan.
Dapat Dukungan dari Perusahaan Kripto Ternama
Chainabuse merupakan hasil kerja sama TRM Labs dengan berbagai perusahaan kripto global. Mulai dari Binance.US, Circle, Solana Foundation, The Aave Companies, Hedera, dan Civic.
Dengan platform ini, para pelaku pasar bisa bersama-sama melawan penipuan yang berpotensi menganggu ekosistem kripto.
Kepala Arsitek Chainabuse yang juga mantan US Secret Service and Postal Investigator, Joe McGill, mengatakan, platform ini dirancang untuk memudahkan lebih banyak orang untuk berperan aktif memajukan ekosistem kripto.
Diluncurkannya platform ini juga tidak dapat dilepaskan dari kekhawatiran masing-masing entitas kripto terhadap aktivitas rug pull dan juga peretasan yang berpotensi menghambat adopsi aset kripto secara keseluruhan.
Chainabuse membagi laporan per jaringan. Saat ini, ada 7 jenis jaringan yang laporannya dimuat pada laman situs Chainabuse, antara lain: Ethereum, Bitcoin, Solana, TRON, Hedera, Polygon, dan Binance Smart Chain.
Meskipun masih tergolong baru, platform Chainabuse langsung berhasil menghimpun laporan penipuan dari berbagai pengguna. Ketika diakses oleh tim Be[In]Crypto, total laporan penipuan kripto yang ada sekitar 593 laporan. Lebih dari 100 laporan tersebut merupakan penipuan terkait iklan penggalangan dana kripto untuk Ukraina. Laporan terbanyak berasal dari jaringan Ethereum (257 laporan), kemudian disusul oleh Bitcoin (174 laporan) dan Solana (37 laporan).
Maraknya Penipuan Kripto akibat Kurang Regulasi di Berbagai Negara
Maraknya aktivitas penipuan dan juga peretasan kripto di dunia diduga lantaran kurangnya regulasi di masing-masing negara yang mengatur tentang aset kripto. Belum lama ini, Financial Conduct Authority (FCA) sudah menyatakan bakal mengambil pendekatan yang lebih ketat terhadap aset kripto.
Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian bagi investor. Sejak April hingga September tahun lalu saat, FCA sudah menerima lebih dari 16.400 pertanyaan terkait adanya kemungkinan penipuan. Dari jumlah tersebut, mayoritas menanyakan tentang penipuan aset kripto.
Dalam laporan terbaru dari perusahaan analitik blockchain Chainanalysis mengungkapkan, penipuan di dunia kripto pada tahun 2021 mencapai US$7 miliar. Angka tersebut naik 81% dari tahun 2020 lalu.
Adapun bentuk penipuan paling umum yang dilakukan adalah peretasan protokol DeFi dan juga penipuan proyek aset kripto. Tujuannya tak lain adalah untuk menggondol mata yang kripto milik investor.
Sementara itu, kegiatan ilegal yang paling sering dilakukan lainnya adalah praktik pencucian uang. Kasus pencucian uang memanfaatkan teknologi kripto melonjak signifikan antara tahun 2020 sampai 2021, yaitu dari US$6,6 miliar menjadi US$8,6 miliar.
Laporan dari Chainalysis ini menemukan bahwa protokol DeFi yang kerap digunakan untuk aktivitas pencucian uang memiliki ciri umum, yaitu sulit melacak pergerakan aset digital dan kurangnya syarat KYC (know-your-customer) pada sebagian besar proyek. Sehingga, protokol seperti demikian jadi lebih menarik bagi para penjahat untuk menggunakannya dalam kegiatan ilegal mereka.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.