Kembali

Trader Salahkan Binance atas Crash Market Crypto, namun Apakah Coinbase Juga Andil?

editor avatar

Diedit oleh
Zummia Fakhriani

13 Oktober 2025 11.50 WIB
Tepercaya
  • Crash pasar kripto usai pengumuman tarif baru Trump menyingkap kelemahan struktural dalam sistem Binance, memicu likuidasi massal dan amarah trader.
  • Data on-chain kemudian ungkap beberapa token yang listing di Binance mengalami depegging hampir bersamaan, memunculkan dugaan adanya serangan terkoordinasi terhadap platform.
  • Sementara itu, kecurigaan makin besar ketika analis menemukan Coinbase juga memindahkan sejumlah besar Bitcoin sebelum crash, menimbulkan keraguan apakah crash ini sepenuhnya organik.
Promo

Ketika harga kripto anjlok setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru, Binance, yang sejak lama dipandang sebagai mesin likuiditas inti industri, langsung menjadi sorotan utama kekacauan tersebut.

Bagi banyak pengguna Binance, sistem cross-margin exchange itu, yang mengaitkan semua aset dalam akun trader sebagai kolateral, justru memperparah kerugian mereka.

Sponsored
Sponsored

Apakah Keruntuhan Binance Organik atau Eksploitasi yang Diperhitungkan?

Ketika harga runtuh, trader melaporkan bahwa antarmuka Binance sempat membeku saat terjadi tsunami aksi jual atau sell-off, sehingga mereka tak bisa menutup ataupun melakukan hedging posisi. Karena semua aset saling terhubung, maka satu margin call menyulut likuidasi total akun alih-alih kerugian parsial.

Tak ayal, kelemahan struktural ini pun memantik amarah luas. Sebagian pengguna menuduh Binance meraup untung dari volatilitas pasar lewat biaya likuidasi.

Walaupun Binance menjanjikan kompensasi bagi pelanggan yang terdampak, exchange tersebut belum merilis laporan lengkap pasca insiden.

Diamnya pihak exchange membuka ruang spekulasi, terutama setelah peneliti on-chain YQ membagikan data yang mengindikasikan crash itu mungkin tidak sepenuhnya organik.

Analisis YQ menemukan bahwa 3 aset yang listing di Binance — USDe, wBETH, dan BNSOL — kehilangan peg hanya dalam hitungan menit satu sama lain saat berlangsungnya pembaruan harga internal.

Sponsored
Sponsored

Pada momen itu, USDe ambruk ke US$0,65, wBETH terpelanting ke US$430 (nyaris 90% di bawah nilai Ethereum), dan BNSOL melorot ke US$34,9.

“Selisih 23 menit antara likuidasi umum dan crash aset spesifik menunjukkan eksekusi berurutan, alih-alih panik yang acak,” tulis analis tersebut.

Berdasarkan hal itu, estimasi analis mengindikasikan perdagangan terkoordinasi bisa saja mengekstraksi antara US$800 juta hingga US$1,2 miliar dari pasar.

“Meski kami tidak bisa membuktikan koordinasi secara definitif, bukti yang ada menimbulkan kecurigaan wajar. Presisi, timing, spesifikasi tempat, dan pola profit terlalu sempurna untuk tidak menyerupai serangan terkoordinasi. Baik melalui oportunisme brilian atau perencanaan matang, seseorang memanfaatkan transparansi Binance menjadi kerentanan dan mengekstrak hampir satu miliar dolar dalam prosesnya,” pungkasnya.

Sponsored
Sponsored

Transfer Coinbase Perkuat Kecurigaan Koordinasi Pasar

Sementara perhatian terpusat pada Binance, data blockchain terbaru mengungkap bahwa Coinbase, crypto exchange terbesar di AS, juga melakukan pergerakan signifikan sebelum penurunan.

Firma analitik Meta Financial AI (MEFAI) menemukan bahwa Coinbase memindahkan 1.066 BTC dari cold wallet ke hot wallet tak lama sebelum harga mulai merosot.

Di saat yang hampir bersamaan, sebuah wallet baru — yang diduga dimiliki seorang investor AS — membeli 1.100 BTC dari Binance dan mengirimkannya ke Coinbase.

Langkah ini menimbulkan tanda tanya sebab Coinbase biasanya menangani transaksi besar institusional lewat desk over-the-counter (OTC), bukan order ritel.

Transaksi semacam itu biasanya melibatkan penerbit ETF, hedge fund, atau korporasi yang ingin membeli Bitcoin secara diam-diam tanpa mengguncang harga pasar.

Sponsored
Sponsored

Dengan mempertimbangkan hal itu, MEFAI menilai bahwa timing pergerakan ini mungkin telah memperkuat tekanan jual yang sudah menumpuk di pasar.

“Aksi jual yang terjadi di sini ditujukan ke institusi. Bot arbitrase dan penetapan harga mereka yang menyeimbangkan harga. Ini beroperasi di basis spot. [Coinbase] adalah tempat paling sulit untuk menjual 1.000 BTC sebagai pengguna ritel, karena hampir mustahil menemukan investor non-institusional di sisi lain untuk membeli 1.000 BTC itu,” simpul MEFAI.

Meski begitu, belum ada bukti jelas yang menghubungkan kejadian Binance dan Coinbase.

Namun, aktivitas wallet yang tersinkronisasi, waktu yang bertepatan, serta dampak pasar yang tajam makin memperdalam kecurigaan industri bahwa crash ini lebih dari sekadar kebetulan.

Bagaimana pendapat Anda tentang kontribusi Binance dan Coinbase atas crash market crypto ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

"Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris."