Binance mengumumkan akan memberikan kompensasi kepada pengguna dengan total US$283 juta menyusul insiden depegging aset kolateral selama crash pasar 10 Oktober.
Exchange menyebut kombinasi likuiditas tipis, limit order lama yang sudah tertinggal sejak 2019, serta error tampilan UI sebagai penyebab.
SponsoredBinance Bayar US$283 Juta ke Pengguna yang Terdampak
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Minggu malam, exchange menegaskan bahwa kejadian tersebut dipicu oleh “volatilitas makro”, bukan kegagalan sistem.
Binance mengakui tekanan ekonomi makro global menyebabkan aksi jual besar-besaran oleh trader institusional maupun ritel, yang menyebabkan anjloknya harga di seluruh pasar kripto.
Meski sebagian pengguna berspekulasi sistem Binance sempat bermasalah, exchange menegaskan engine matching futures maupun spot, serta API trading tetap berfungsi penuh selama peristiwa tersebut.
Sponsored Sponsored“Volume forced liquidation di Binance hanya mencakup porsi relatif rendah dari total aktivitas trading,” bunyi kutipan pengumuman itu.
Namun, Binance mengonfirmasi bahwa beberapa aset, termasuk USDe, BNSOL, dan WBETH, memang sempat mengalami depegging akibat guncangan pasar. Situasi ini melikuidasi sejumlah posisi pengguna yang menggunakan token-token tersebut sebagai kolateral.
Perusahaan menyebut bertindak cepat dengan mengompensasi pengguna yang terdampak dalam 24 jam, mendistribusikan dua batch pembayaran dengan total sekitar US$283 juta.
“Di mana de-pegging berdampak pada sebagian pengguna yang posisinya terlikuidasi karena memegang aset tersebut sebagai kolateral, Binance mengambil tanggung jawab penuh dan menutup semua kerugian mereka. Kompensasi telah didistribusikan dalam dua batch dengan total sekitar US$283 juta,” jelas pihak exchange.
Apa yang Sebenarnya Terjadi? Legacy Order dan Glitch “Harga Nol”
Dalam laporan post-mortem, Binance mengungkap sebagian kebingungan bersumber dari limit order lama yang masih aktif pada beberapa pasangan spot, sebagian bahkan sejak 2019.
Sponsored SponsoredSaat aksi jual terjadi, kondisi likuiditas rendah membuat order-order lama ini tereksekusi pada harga ekstrem di pasangan seperti IOTX/USDT dan ATOM/USDT, sehingga menciptakan ilusi flash crash sementara.
Memperumit keadaan, error tampilan UI juga muncul setelah Binance menyesuaikan pengaturan tick size—yakni pergerakan harga minimum yang diizinkan pada sejumlah pasangan trading. Hal ini membuat harga pada antarmuka sempat tampil nol, meski eksekusi aktual dan data API tetap benar.
Binance mengatakan masalah tampilan tersebut kini telah diselesaikan dan pihaknya akan terus mengoptimalkan sistem untuk mencegah kebingungan serupa.
Perusahaan kembali menegaskan prinsip user-first, menjanjikan transparansi berkelanjutan serta update bagi mereka yang masih mengajukan klaim kompensasi.
SponsoredBinance juga memperjelas bahwa depegging pada produk Earn bukanlah penyebab crash, melainkan terjadi setelah penurunan pasar yang lebih luas.
“Kami tetap berkomitmen menangani isu-isu ini secara bertanggung jawab dan transparan,” tutur Binance.
Insiden ini menjadi salah satu upaya kompensasi terbesar Binance dalam beberapa tahun terakhir, menyoroti rapuhnya keseimbangan yang harus dijaga exchange antara manajemen likuiditas dan ketahanan sistem di pasar kripto yang terus beroperasi, bahkan ketika TradFi beristirahat.
Bagaimana pendapat Anda tentang kompensasi Binance untuk para pengguna yang terdampak depegging? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!