Bitcoin kembali terperosok setelah reli akhir pekannya benar-benar menguap. Momentum negatif ini sempat tertahan berkat pengumuman Cadangan Kripto (Crypto Reserve) oleh Trump, namun badai ekonomi makro yang lebih besar masih mengintai.
Kebijakan tarif Trump terhadap mitra dagang utama tetap berjalan, sementara The Fed memperkirakan penurunan PDB AS terdalam sejak pandemi melanda. Jika resesi benar-benar terjadi, industri kripto pun tidak akan luput dari dampaknya.
Bitcoin Anjlok 10% di Tengah Bayangan Resesi
Harga Bitcoin kembali menunjukkan volatilitas ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Pekan lalu, Crypto Fear and Greed Index mencatat level terendah sejak 2022, di mana Bitcoin berada dalam tekanan dari berbagai faktor utama.
Hari Minggu (2/3), pengumuman Trump terkait Cadangan Kripto sempat memantik lonjakan harga. Namun, kemarin momentum tersebut lenyap begitu saja.

Ada beberapa alasan mengapa harga Bitcoin kini nampak begitu bearish. Secara garis besar, pengumuman Trump hanyalah tambalan sementara untuk luka yang lebih dalam.
Pekan lalu, ETF Bitcoin mengalami minggu terburuknya dengan arus keluar mencapai US$2,7 miliar, bertepatan dengan prediksi Bank Federal Atlanta yang memperkirakan PDB AS jeblok 1,5%. Dan kemarin, proyeksi tersebut bahkan lebih buruk lagi.

The Fed kini meramal ekonomi AS bakal menyusut sebesar 2,8% di akhir Q1 2025. Angka ini jauh lebih suram ketimbang prediksi empat minggu lalu yang masih menunjukkan pertumbuhan 3,9%.
Faktor Ekonomi Makro Semakin Menekan Pasar Kripto
Perekonomian AS belum pernah mengalami kontraksi sebesar ini sejak awal pandemi Covid-19 lima tahun yang lalu. Gelombang ketidakpastian ini menjadi sinyal kuat bahwa Bitcoin berpotensi bearish dalam waktu dekat. Faktanya, per kemarin saja likuidasi pasar telah mencapai hampir US$800 juta.

Adapun faktor lain yang turut memicu volatilitas Bitcoin yakni rencana tarif impor Trump. Sejumlah analis berpendapat kebijakan ini bukanlah penyebab utama, tetapi dampaknya tetap signifikan.
Pasar kripto sempat terguncang setelah Trump mengumumkan tarif 25% terhadap Uni Eropa, yang melengkapi kebijakan serupa terhadap Kanada, Meksiko, dan Cina.
“Trump: Tidak ada ruang negosiasi untuk tarif atas Meksiko dan Kanada. [Ia] kembali menegaskan rencana menaikkan tarif Cina dari 10% menjadi 20%,” tulis Walter Bloomberg di media sosial.
Dengan kata lain, faktor ekonomi makro kini menjadi penggerak utama sentimen di pasar kripto. Sejak ETF Bitcoin mengantongi persetujuan, aset digital ini telah semakin terintegrasi dengan sistem keuangan tradisional.
Namun, jika ekonomi AS benar-benar masuk ke jurang resesi, efek buruk dari integrasi tersebut akan semakin terasa.
Bagaimana pendapat Anda tentang nasib harga Bitcoin (BTC) ke depan menyusul peringatan resesi The Fed? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
