Pasar kripto masih diselimuti ketidakpastian. Sejak Bitcoin (BTC) gagal mempertahankan harga di US$95.000, banyak pihak yang merasa khawatir akan pergerakan jawara kripto itu ke depannya. Ditambah, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) juga mulai menunjukkan sikap hawkish, yang makin membebani sentimen investor.
Merespons hal itu, trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, selama harga Bitcoin masih bertahan di atas US$95.000, tren bullish jangka panjang tetap terjaga. Hal itu menjadi menarik, karena sejak kemarin malam hingga perdagangan sore ini, harga Bitcoin terus bertahan di kisaran US$96.000 – US$97.000.
Namun memang, berdasarkan CoinGecko pergerakan aset kripto nomor wahid itu sempat jatuh ke level US$93.000 pada perdagangan siang kemarin. Hal itu kuat dugaan merupakan imbas dari berbagai sentimen makroekonomi yang menimbulkan ketidakpastian di pasar.
Sebagai catatan, sejauh ini The Fed belum juga menegaskan apakah akan memangkas suku bunganya dalam waktu dekat. Membuat investor mengurangi eksposurnya terhadap aset berisiko, termasuk kripto. Selain itu, dari sisi on-chain sebanyak 277.240 wallet BTC aktif keluar dari pasar, yang menunjukkan berkurangnya aktivitas investor ritel akibat kondisi makroekonomi.
“Pasar kripto sempat optimis pasca kemenangan Trump dengan harapan kebijakan ekonomi yang lebih longgar dan regulasi kripto yang lebih ramah. Namun sentimen tersebut kini berubah negatif, akibat meningkatnya arus keluar dari pasar,” jelas Fyqieh melalui keterangan resmi.
Dalam catatannya, di empat hari terakhir, ETF Bitcoin mengalami outflow sebesar US$680 juta atau lebih dari Rp11,1 triliun. Kondisi itu menunjukkan bahwa aksi profit taking dan pengurangan eksposur terhadap aset berisiko tengah terjadi.
Waspada Titik Support Ini
Selain itu, Indeks Fear & Greed saat ini berada di level 38, menunjukkan dominasi sentimen fear di kalangan investor. Fyqieh menyebut bahwa koreksi ini lebih mendapatkan pengaruh dari ketidakpastian makroekonomi, terutama setelah inflasi AS naik dan The Fed menunda pemangkasan suku bunga.
“Selama harga Bitcoin masih bertahan di atas US$95.000, tren bullish jangka panjang tetap terjaga. Fase fear seperti ini justru sering menjadi peluang akumulasi bagi investor institusional, terutama dengan adopsi ETF Bitcoin yang masih berjalan,” ujarnya.
Sementara itu, laporan Bitfinex menunjukkan bahwa volatilitas Bitcoin berada di titik terendah dalam sejarah, menyebabkan pasar tetap tanpa arah. Inter-Exchange Flow Pulse (IFP) Bitcoin berubah menjadi bearish untuk pertama kalinya sejak Juni 2024, menandakan potensi penurunan lebih lanjut.
Laporan QCP Capital juga mengungkap bahwa pasar opsi kripto masih menunggu kebijakan yang konkret, bukan sekadar retorika pro-kripto. Dengan volatilitas yang terus menurun, pergerakan harga kripto tampaknya lebih bergantung pada faktor makroekonomi. Jika Bitcoin menembus support US$94.000, kemungkinan harga akan turun lebih dalam ke level psikologisUS $90.000.
Namun, jika berhasil pulih dan menembus batas atas konsolidasi di US$100.000, pemulihan bisa berlanjut hingga menguji kembali level tertinggi sebelumnya di US$106.012.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek harga Bitcoin (BTC) ke depannya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
