Pendiri sekaligus CIO Cyber Capital Justin Bons menyebut Bitcoin (BTC) mungkin berisiko mengalami “bank run” yang bersifat catastrophic.
Sebagai catatan, bank run sendiri merupakan kondisi yang terjadi ketika nasabah menarik simpanan mereka dari lembaga keuangan lantaran takut akan kebangkrutan.
Bitcoin Tidak Bisa Menangani Arus Keluar Massal
Dalam sebuah utas media sosial yang rinci, Bons menyoroti kelemahan kritis dalam kapasitas transaksi Bitcoin, termasuk model self-custody, dan keamanan jaringan. Menurutnya, hal itu bisa menyebabkan krisis yang akan mengguncang jaringan dan merugikan investor.
Analisis Bons berfokus pada kapasitas pemrosesan transaksi Bitcoin yang terbatas, yang dalam perhitungannya mencapai tujuh transaksi per detik (TPS). Menggunakan data dari Glassnode dan kode Bitcoin, ia berpendapat bahwa 33 juta pengguna on-chain Bitcoin bakal menghadapi kemacetan jika kepanikan massal memicu keluarnya pengguna secara bersamaan.
“Pada tingkat ini, antrean akan berlangsung selama 1,82 bulan dalam kondisi optimal. Namun, dalam kenyataannya, transaksi akan terjebak dan akhirnya dibatalkan, membuat pihak yang lebih kecil tidak bisa keluar kecuali mereka membayar biaya yang sangat tinggi,” terang Bons.
Bons memperingatkan bahwa keterbatasan ini bisa menyebabkan “death spiral,” di mana penurunan harga memaksa para miner untuk menghentikan operasi, memperlambat jaringan lebih lanjut. Penundaan yang dihasilkan dapat memperdalam kepanikan, menciptakan siklus penurunan hash rate, block times yang berkepanjangan, dan harga yang jatuh.
Selain itu, ia juga mengkritik kapasitas transaksi Bitcoin yang diklaim tidak cukup untuk penggunaan dunia nyata. Dirinya membandingkan 7 TPS Bitcoin dengan sistem lain, seperti 5.000 TPS Visa, atau bahkan pesaing di ruang kripto yang melebihi 10.000 TPS tanpa mengorbankan desentralisasi.
“Tidak ada kasus penggunaan yang bisa didukung oleh 7 TPS. Narasi self-custody massal atas BTC adalah berbahaya. Satu-satunya jalan yang dapat diukur untuk adopsi BTC adalah melalui kustodian terpusat dan bank, yang bertentangan dengan etosnya sebagai ‘freedom money’,” ucapnya.
Bons juga mempertanyakan keberlanjutan jangka panjang Bitcoin, dengan mengutip anggaran keamanannya yang menyusut. Menurutnya, hal ini adalah masalah kritis yang dapat memperburuk risiko yang ia sebutkan. Utas tersebut juga menyentuh penyimpangan Bitcoin dari visi aslinya sebagai “uang elektronik peer-to-peer (P2P).” Dia menyesalkan bahwa keterbatasan dan tata kelola jaringan telah mengubahnya menjadi aset spekulatif alih-alih media pertukaran yang praktis.
Perdebatan Bitcoin yang Memanas di Media Sosial
Pernyataan Bons memicu perdebatan sengit di X (Twitter). Patrick Flanagan yang mengaku sebagai ahli teknologi menolak klaim tersebut.
“Ini adalah fantasi belaka. Jika ini akan terjadi, itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu,” ujar Flanagan.
Bons membalas, sembari menegaskan bahwa risiko meningkat seiring bertambahnya jumlah pengguna. Dalam catatannya, jika sebagian kecil pengguna memilih keluar, hal itu juga bisa memicu run dan semakin besar jaringan, semakin parah masalahnya.
Pengguna lain menyoroti alternatif potensial, seperti memperdagangkan wrapped Bitcoin (WBTC) di Ethereum, yang melewati keterbatasan lapisan dasar Bitcoin. Bons mengakui ini tetapi mencatat bahwa pengguna wrapped BTC dapat keluar dengan cepat sementara pengguna on-chain akan terjebak, memperburuk penjualan. Diskusi juga meluas ke model self-custody Bitcoin.
“Ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh para pendukung self-custody. Sedikit FUD dan semua orang terjebak dengan uang mereka,” ungkap Joel Venezuela dari DashPay.
Bons menanggapi, mengakui posisi sulit yang dia hadapi sebagai cypherpunk dan pendukung self-custody. Sementara pengguna lain membandingkannya dengan emas, mempertanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melikuidasi kepemilikan emas global. Dalam jawaban Bons, meskipun emas juga memiliki batasan praktis, kapasitas transaksi teoretisnya jauh melebihi Bitcoin, membuatnya kurang rentan terhadap kemacetan semacam itu.
Kritikus analisis Bons berpendapat bahwa Bitcoin telah melewati kekhawatiran serupa di masa lalu tanpa runtuh. Namun, peringatannya menambah gema yang menyerukan evaluasi ulang skalabilitas dan kegunaan Bitcoin.
Meski pandangannya suram untuk Bitcoin, Bons tetap optimistis tentang ruang mata uang kripto secara keseluruhan. Menurutnya, msih banyak harapan tersisa untuk mata uang kripto secara keseluruhan, yang menunjukkan bahwa etos asli Bitcoin kini berkembang dalam proyek blockchain lainnya.
Sementara itu, meskipun Bitcoin tetap menjadi aset kripto dominan, perdebatan tentang skalabilitas dan ketahanannya terus berlanjut. Peringatan Bons menjadi pengingat tegas tentang tantangan Bitcoin saat berusaha memperluas adopsi di ruang keuangan yang berubah. Di tempat lain, CEO Galaxy Mike Novogratz memiliki kekhawatiran yang hampir serupa tentang cadangan Bitcoin di AS.
“Saya pikir akan sangat cerdas bagi Amerika Serikat untuk mengambil Bitcoin yang mereka miliki dan mungkin menambahkannya… Saya tidak berpikir bahwa dolar perlu didukung oleh apa pun,” klaim Novogratz.
Bagaimana pendapat Anda tentang skenario risiko bank run Bitcoin oleh Justin Bons ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.