Kembali

Akankah “Debasement Trade” Jadi Narasi Terbesar Bitcoin di 2026?

author avatar

Ditulis oleh
Daniel Cawrey

editor avatar

Diedit oleh
Zummia Fakhriani

03 November 2025 12.03 WIB
Tepercaya
  • Narasi inti Bitcoin selaras dengan konsep “debasement trade”, peralihan dari aset berbasis fiat dan obligasi menuju aset langka seperti Bitcoin dan emas, di tengah meningkatnya ketidakpercayaan pada uang yang didukung pemerintah.
  • Ketidakpastian makro dan kebijakan moneter yang kian bergejolak — mulai dari guncangan tarif hingga ekspansi suplai uang pasca-2020 — memicu minat baru atas Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap devaluasi mata uang.
  • Meski volatilitas masih tinggi, trader melihat peluang, dan analis memprediksi narasi “debasement trade” akan semakin kuat memasuki 2026, seiring kisah pasokan tetap Bitcoin makin diterima arus utama.
Promo

Istilah “debasement trade” kini tengah populer di dunia kripto. Konsep ini mengacu pada peralihan dari aset yang didukung pemerintah seperti obligasi atau mata uang fiat, menuju aset keras (hard asset) seperti emas atau Bitcoin.

Matt Hougan, CIO Bitwise, baru-baru ini menulis di X bahwa teori debasement trade semakin mendapatkan momentum dan akan menjadi narasi besar menuju tahun 2026. Lantas, apa sebenarnya teori ini — dan mengapa kini makin mendapat perhatian?

Apa Itu Teori Debasement Trade dalam Konteks Bitcoin

Teori Debasement Trade dalam Bitcoin mengacu pada strategi di mana investor membeli Bitcoin sebagai bentuk perlindungan terhadap penurunan nilai alias devaluasi mata uang fiat.

Sponsored
Sponsored

Seiring dengan pemerintah memperluas suplai uang lewat utang dan stimulus moneter, setiap unit mata uang kehilangan daya belinya — proses yang dikenal sebagai currency debasement atau penurunan nilai mata uang.

Dengan pasokan tetap sebanyak 21 juta koin dan independensi dari bank sentral, Bitcoin menjadi lindung nilai menarik terhadap erosi nilai tersebut.

Dalam pandangan ini, Bitcoin berperan sebagai “aset keras digital” (digital hard asset), mirip dengan emas, yang mampu mempertahankan nilai ketika kepercayaan terhadap uang tradisional mulai melemah.

Fenomena ini semakin menguat seiring dengan membengkaknya utang global dan kekhawatiran akan inflasi, menjadikan Bitcoin bagian dari strategi perlindungan kekayaan (wealth preservation) terhadap dilusi moneter yang disebabkan oleh kebijakan ekspansif pemerintah.

Ketidakpastian yang Meningkat

Satoshi Nakamoto menciptakan Bitcoin sebagai respons atas krisis keuangan 2008. Blok pertama jaringan ini, atau genesis block, yang diluncurkan pada 2009, berisi pesan yang menyinggung kebijakan bailout perbankan.

Dengan demikian, tak ada keraguan bahwa — meski identitas sang pencipta tetap misterius — Bitcoin dirancang sebagai obat atau penawar bagi kekacauan sistem keuangan tradisional.

Sponsored
Sponsored

“Saya rasa tesis fundamental Bitcoin sejak awal memang merupakan bentuk dari debasement trade,” ujar Andrew Tu, eksekutif di Efficient Frontier, sebuah perusahaan crypto market maker. “Hal itu sudah terlihat jelas sejak genesis block, ketika Satoshi menyinggung bailout untuk bank-bank.”

Harga Bitcoin Selama Setahun Terakhir | Sumber: CoinGecko

Secara umum, pasar keuangan global nampak sangat reaktif terhadap kebijakan Amerika Serikat — itulah sebabnya pasar kerap berubah arah secara tiba-tiba di bawah pemerintahan Trump.

Contohnya, krisis pasar pada 10 Oktober lalu akibat ketakutan terhadap tarif baru sempat mengguncang pasar, meskipun pemulihannya terjadi dengan cepat.

Jika dilihat secara makro, harga Bitcoin telah naik 50% selama setahun terakhir, meskipun pergerakan minggu ke minggu masih penuh gejolak.

Apakah “Debasement” Bersifat Bullish atau Bearish bagi Trader Kripto?

Istilah “debasement” sendiri memang terdengar serius — seolah menjadi sinyal yang perlu diwaspadai oleh pelaku pasar. Namun, dalam praktiknya, narasi ini kerap menjadi cermin dari gejolak pasar yang berfluktuasi, acap kali tergantung pada arah kebijakan Amerika Serikat atau dinamika global lainnya.

Bagi mereka yang memantau pasar setiap hari, debasement bisa dimaknai berbeda. Sebagian justru menarik sentimen bearish secara keseluruhan.

Sponsored
Sponsored

“Terlepas dari berbagai ketidakpastian dan pandangan para ekonom yang memprediksi resesi atau bear market sangat mungkin terjadi di 2023, kemungkinan besar di 2024, dan 50/50 di 2025,” ujar Jeff Emrby, Managing Partner di Globe 3 Capital. “Masih terlalu dini untuk menyimpulkan saat ini, tetapi kami memperkirakan tahun 2026 akan menjadi tahun bull market berikutnya.”

Apabila narasi debasement trade benar-benar menjadi topik besar di tahun 2026 seperti yang diprediksi Matt Hougan dari Bitwise, para pendukung awal Bitcoin tentu tidak akan terkejut.

Dulu, keyakinan seperti ini sering disebut sebagai pandangan “libertarian” atau “cypherpunk” — sebuah nilai yang dulu dianggap berseberangan dengan arus utama, dan menjadi bagian dari budaya kontra (counterculture) Bitcoin hingga sekitar tahun 2016. Kini, pandangan itu justru kembali populer.

“Itu sebenarnya merupakan fondasi utama dari narasi nilai Bitcoin,” jelas Witold Smieszek, Director of Investments di Paramount Digital. “Jadi dalam konteks ini, tidak ada yang benar-benar baru bagi para pelaku lama yang masuk ke kripto melalui campuran idealisme ekonomi dan nilai-nilai cypherpunk.”

Rotasi ke Bitcoin

Calon investor kripto saat ini memiliki jauh lebih banyak pilihan dibanding era cypherpunk, ketika Bitcoin adalah satu-satunya aset digital yang tersedia.

Maraknya blockchain layer-1 (L1) serta regulasi yang lebih kondusif membuat banyak korporasi mulai melirik berbagai jaringan kripto, yang berpotensi mendorong kenaikan nilai signifikan bagi token-token yang mendasarinya.

Sponsored
Sponsored

Namun, di antara semuanya, Bitcoin tetap menjadi aset yang paling sesuai dengan narasi debasement trade.

“BTC, dengan pasokan tetap yang terbatas, selalu dipandang oleh para Bitcoiner sebagai lindung nilai terhadap sistem fiat yang saat ini kita gunakan,” terang Andrew Tu, eksekutif di Efficient Frontier.

Perhitungan Federal Reserve atas Total Pasokan Uang selama 25 Tahun Terakhir | Sumber: River Financial

Sejak era pandemi 2020 yang diwarnai dengan pencetakan uang besar-besaran, total suplai uang M2 — yang mencakup uang tunai dan aset setara kas — melonjak dari sekitar US$15 triliun menjadi lebih dari US$20 triliun.

Kebijakan uang murah dan likuiditas berlimpah tersebut mendorong rotasi modal ke Bitcoin, mengerek harganya dari hanya US$4.000 saat lockdown 2020 menjadi aset bernilai puluhan kali lipat lebih tinggi. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya rotasi keluar dari Bitcoin apabila terjadi gejolak ekonomi makro baru.

Meski volatilitas kerap dianggap menegangkan bagi holder pemula, justru situasi seperti ini menguntungkan trader. Data dari Newhedge mencatat volume perdagangan harian Bitcoin di seluruh exchange mencapai US$17 miliar.

“Jika pasar anjlok akibat pecahnya gelembung AI atau peristiwa makro lainnya, kemungkinan besar kita akan tetap melihat BTC, pasar kripto secara keseluruhan, dan bahkan emas mengalami koreksi jangka pendek, sebelum kembali mencatat outperformance dalam jangka menengah,” imbuh Andrew Tu dari Efficient Frontier.

Bagaimana pendapat Anda tentang debasement trade yang diramal bakal jadi narasi kripto terbesar 2026? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

"Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris."

Disponsori
Disponsori