Setelah sempat mengalami turbulensi hebat, harga Bitcoin (BTC) pulih kembali ke atas US$110.000. Pada saat penulisan, Senin (14/10) harga aset kripto nomor wahid itu terlihat berupaya menjaga stabilitas harganya di kisaran US$111.494. Merefleksikan koreksi 2,4% dalam 24 jam terakhir. Meski demikian, dominasi Bitcoin mengalami penguatan dan kini berada di level 59,58%.
Kapitalisasi pasar aset kripto secara keseluruhan juga masih mengalami penurunan 2,5% ke kisaran US$3,88 triliun. Memandang hal itu, Financial Expert Ajaib, Panji Yudha menjelaskan koreksi dalam yang terjadi pada BTC merupakan efek dari kebijakan tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Namun sejalan dengan redanya tensi di antara kedua negara, membuat harga BTC pulih dan kini bergerak dalam rentang konsolidasi di kisaran US$114.000 hingga US$116.000.
Di sisi lain, pulihnya harga Bitcoin juga mendapat penegasan dari langkah strategis para pemain besar. Mulai dari MicroStrategy (Strategy) yang pada 13 Oktober kemarin kembali melakukan akumulasi dengan memborong 220 Bitcoin senilai US$27,2 juta.
Sponsored“Langkah itu memberikan sinyal kepercayaan yang kuat kepada investor yang nervous pasca-penjualan besar-besaran di hari Jumat lalu,” jelas Panji.
Selain itu, inflow institusi juga terus berlanjut. Menggarisbawahi posisi Bitcoin yang semakin kuat di kalangan institusi. Data menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot terus mencatat inflow positif, dengan BlackRock IBIT ETF yang kini mengenggam lebih dari 800.000 BTC atau senilai hampir US$96 miliar.
Data CPI Menjadi Krusial
Fundamental lain yang juga menyokong pulihnya harga Bitcoin adalah rekor penggalangan dana pada pekan lalu yang mencapai US$3,5 miliar dalam 28 putaran. Hal itu lanjut Panji menunjukkan kepercayaan investor, lantaran jumlah tersebut mencapai rekor penggalangan dana tertinggi sepanjang masa.
Namun, saat ini pasar masih menanti kepastian dari rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS di 24 Oktober mendatang. Laporan ini akan menjadi data makroekonomi krusial yang kemungkinan bakal memengaruhi keputusan The Fed dalam hal suku bunga.
Apalagi, rilis data tersebut akan terjadi di tengah shutdown pemerintah AS.
“Gabungan dari akumulasi korporasi, inflow institusional yang stabil dan sentimen dana ventura yang berhasil mencetak rekor. Mengukuhkan narasi bahwa pemulihan Bitcoin memiliki dasar yang kuat, di luar fluktuasi harga jangka pendek,” pungkasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!