Data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index / CPI) AS menunjukkan inflasi melandai ke 2,8% pada Februari, lebih rendah dari ekspektasi 2,9% secara year-over-year (YoY).
Angka inflasi yang lebih lunak dari perkiraan ini memicu minat risiko, di mana para trader kini melihat kemungkinan yang lebih besar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga akhir tahun ini.
CPI AS di Bawah Ekspektasi di 2,8%
Bitcoin (BTC) merespons dengan kenaikan moderat, melesat ke US$83.371. Lonjakan ini terjadi karena inflasi yang lebih rendah mengurangi potensi kebijakan moneter ketat lebih lanjut, sekaligus mendukung sentimen risk-on. Pasar saham juga merespons positif, di mana indeks-indeks utama mencetak kenaikan menyusul rilis data ini.

Sementara inflasi utama mereda di Februari, Core CPI—yang tidak memasukkan komponen volatil seperti makanan dan energi—terjun ke 3,1% YoY, mengalahkan estimasi 3,2%. Ini menjadi penurunan pertama dalam headline CPI dan Core CPI sejak Juli 2024, mengisyaratkan bahwa tekanan inflasi di AS mulai mereda.
Jika tren ini berlanjut, The Fed bisa beralih ke kebijakan yang lebih longgar, membuka peluang masuknya lebih banyak likuiditas ke pasar. Di sisi lain, reaksi aset tradisional juga sesuai prediksi, di mana dolar AS dan yen Jepang melemah.
“Baik inflasi utama maupun inti turun! Ini jelas meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Suku bunga dan nilai tukar dolar/yen turun sebagai respons, yang akan berdampak positif pada harga saham,” ujar seorang analis di X.
Meski demikian, beberapa analis tetap berhati-hati dalam menyikapi data inflasi ini, mengingat kebijakan tarif perdagangan Donald Trump berpotensi mendorong harga konsumen lebih tinggi di masa mendatang.
Namun, banyak analis yang melihat data inflasi terbaru ini sebagai bahan bakar positif bagi Bitcoin, yang secara historis mendapat keuntungan dari kebijakan moneter yang lebih longgar. Kini, perhatian pasar tertuju pada panduan kebijakan The Fed berikutnya. Juga, para trader mencari sinyal apakah jalur pemangkasan suku bunga benar-benar terbuka.
“Angka inflasi yang tinggi tentu tidak disukai (seperti biasa). Terlebih dalam kondisi pasar yang tidak pasti seperti sekarang, data ekonomi semacam ini biasanya memiliki dampak yang lebih besar. Jika angka inflasi tinggi, imbal hasil obligasi kemungkinan akan naik kembali—sesuatu yang berlawanan dengan arah kebijakan yang nampaknya ingin dicapai oleh pemerintah saat ini. Selain itu, FOMC akan berlangsung minggu depan, dan The Fed pasti akan mencermati data CPI ini,” komentar analis Daan Crypto Trades.
Sementara itu, rilis data CPI ini muncul setelah laporan JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) yang kuat pada Selasa (11/3), yang sempat menghentikan tren pelemahan pasar. Ketua The Fed Jerome Powell pun menegaskan pada Jumat lalu bahwa bank sentral AS akan bersikap hati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneter, seraya menyebut bahwa perekonomian AS saat ini “masih berada dalam kondisi yang baik”.
Pasar Taruhan Pemangkasan Suku Bunga
Berdasarkan data dari CME Fedwatch Tool, pasar kini memperhitungkan peluang tinggi bagi pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed selanjutnya.
“Inflasi baru saja tercatat di 2,8%, lebih rendah dari ekspektasi. Angka riilnya bahkan lebih rendah. The Fed seharusnya memangkas suku bunga segera,” seru Anthony Pompliano, pendiri Professional Capital Management.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi harga Bitcoin (BTC) ke depan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
