Kementerian Perdagangan dan Impor Bolivia telah menolak rencana yang didukung negara untuk menggunakan aset kripto dalam impor bahan bakar.
Langkah ini, yang menandai pembalikan kebijakan yang mengejutkan, menunjukkan mundurnya pemerintah dari dorongan baru-baru ini untuk mengadopsi aset digital sebagai solusi atas kekurangan dolar.
Bolivia Tolak Skema Aset Kripto untuk Bahan Bakar di Tengah Kekacauan Sektor Energi
SponsoredRencana awal, yang diumumkan pada bulan Maret oleh raksasa energi milik negara Bolivia, YPFB, bertujuan untuk menggunakan kripto guna mengamankan impor bahan bakar. Ini sebagai respons terhadap kekurangan akut dolar AS dan bahan bakar olahan.
Seperti dilaporkan oleh Reuters pada 13 Maret, proposal tersebut telah mendapatkan dukungan pemerintah pada saat itu.
Namun dalam pernyataan yang dirilis Selasa, Direktur Perdagangan dan Impor Marcos Duran menjelaskan bahwa YPFB tidak akan diizinkan menggunakan kripto untuk transaksi internasional.
“YPFB harus menggunakan sumber daya Bolivia sendiri dan transfer keuangan berbasis dolar,” ujar Duran.
Kepala aset digital di VanEck, Mathew Sigel, menyebut ini sebagai pembalikan kebijakan kripto yang jelas.
“U-Turn: Bolivia nampaknya mundur dari skema kripto-untuk-bahan bakarnya,” kelakar Sigel.