Keheningan mulai terasa—benar-benar sunyi—mengundang pertanyaan besar: Apakah fase ini masih merupakan bull market untuk ekosistem kripto yang terkenal akan volatilitasnya ini? Jawabannya mungkin tersembunyi di balik kinerja Bitcoin (BTC) dan harga altcoin. Adapun, data historis dan perkembangan terkini bisa menyuguhkan prediksi mengenai di mana siklus ini berada saat ini.
Dalam analisis ini, BeInCrypto mengupas sejumlah metrik on-chain yang krusial. Terungkap, bull market kemungkinan sudah mulai bergulir sejak sekitar dua tahun yang lalu; bisa jadi, sekarang sudah mencapai sekitar 50% dari siklusnya.
Sejarah Bocorkan Periode Bear Market Sudah Jauh di Belakang Kita
Tak dimungkiri, tahun 2022 adalah tahun yang sulit bagi pasar kripto, yang sebelumnya sempat berjaya tahun 2021 silam. Industri ini mengalami kehancuran fenomenal, dengan tumbangnya perusahaan raksasa termasuk FTX, Celsius, dan Three Arrows Capital (3AC). Kolaps kala itu lantas menyulut gelombang kebangkrutan yang menjalar dan sekaligus mengakibatkan crash harga kripto secara dahsyat.
Tepatnya tanggal 21 November 2022, Bitcoin (BTC) merosot securam US$15.409, Ethereum (ETH) terperosok ke US$1.065, BNB terjun ke US$248,60, dan Solana (SOL) tersungkur ke US$7,70. Level-level ini adalah posisi terendah yang pernah deretan aset kripto ini derita dalam nyaris dua tahun terakhir.
Mencermati crash ini, nampaknya November 2022 menjadi titik bottom dari bear market saat itu. Aksi rebound harga yang perkasa di awal tahun 2023 menguatkan anggapan bahwa Januari mungkin menjadi awal dari siklus bull yang baru. Secara historis, siklus pasar kripto berlangsung sekitar tiga tahun (1.047 hingga 1.278 hari). Berdasarkan rentang waktu ini, artinya siklus saat ini sudah berlangsung sekitar 640 hari. Dengan kata lain, bull market kali ini kira-kira sudah berlangsung setengah jalan.
Sebagai pengingat, Bitcoin halving, yang biasanya menjadi pemicu lonjakan harga substansial, terlaksana awal tahun ini. Uniknya, Bitcoin sudah lebih dahulu mencetak rekor tertingginya sepanjang masa (all-time high / ATH) yang baru bahkan sebelum gelaran halving tiba. Hal ini terpacu oleh persetujuan ETF spot. Kendati terjadi koreksi baru-baru ini serta periode konsolidasi, metrik on-chain menguak temuan bahwa BTC belum mencapai ‘pucuk’ dari siklus saat ini. Dengan demikian, ini memberikan peluang bagi pertumbuhan harga ke depan seiring dengan berjalannya bull market.
Seperti yang terlihat di atas, reli pasca-halving bermula pada kuartal keempat (Q4) setiap tahun halving. Oleh karena itu, jika kita mengacu pada pola yang berulang ini, lonjakan monumental bakal mulai terlaksana sekitar bulan Oktober mendatang. Menariknya, CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, rupanya juga sepakat dengan sentimen ini.
“Dalam siklus Bitcoin halving terakhir, bull rally dimulai di Q4. Para whale tidak akan membiarkan Q4 berlalu tanpa kinerja YoY (tahunan) yang signifikan,” ujar Young Ju di X.
Harga Bitcoin, ETH, & Altcoin Masih Punya Peluang Naik
Secara historis, harga Bitcoin setidaknya telah berlipat ganda selama setiap tahun halving. Pada tahun 2012, harga BTC melejit hingga 2,52x lipat, disusul dengan kenaikan 2,26x lipat pada tahun 2016, serta lonjakan 4,05x lipat pada tahun 2020. Pada awal tahun 2024, Bitcoin diperdagangkan seharga US$42.208. Bahkan setelah mencapai puncak harga US$73.750 bulan Maret sekalipun, data mengungkap siklus bull ini belum usai.
Untuk menyamai performa halving sebelumnya, harga Bitcoin perlu naik lebih tinggi lagi, dengan target di kisaran US$80.000 sampai US$85.000 sebelum siklus ini mencapai pucuk. Tren historis menunjukkan adanya peluang untuk pertumbuhan lebih lanjut di tahun 2024.
Sekarang, mari kita beralih ke hal lain—dimulai dengan ETH. Selama bull run 2021, aset kripto terbesar kedua ini bersaing ketat dengan BTC. Ethereum bahkan sukses menyalip kinerjanya untuk jangka waktu yang cukup lama.
Meskipun ada lampu hijau untuk ETF Ethereum spot, ETH faktanya belum mampu menunjukkan kinerja yang sebanding seperti tiga tahun lalu. Per tanggal 20 Juni, Ethereum dominance tercatat ada di 18,80%. Namun kini, dominasinya telah susut menjadi 15%. Kondisi ini menandakan altcoin ini belum mampu mengulang kinerja impresifnya yang sempat terukir tahun 2021 silam.
Baca Juga: Apa Itu Halving Bitcoin dan Bagaimana Dampaknya pada Harga BTC?
Sementara itu, Bitcoin dominance saat ini berkitar di atas 57%. Di samping itu, kinerja ETH yang kurang memuaskan besar peluang ada kaitannya dengan tertundanya altcoin season pada siklus ini.
Sebagai catatan penting, reli Ethereum adalah salah satu faktor utama yang mendorong banyak altcoin lainnya mencapai puncak yang luar biasa kala itu. Namun belakangan, BNB nampaknya menjadi satu-satunya altcoin papan atas dari siklus terakhir yang sukses melampaui rekor ATH yang sebelumnya.
Meme Coin dan Selebritas Sudah Nikmati Bull Market
Sementara altcoin terus tampil di bawah ekspektasi, dua peristiwa penting menunjukkan bahwa bull market ini mungkin sudah bergulir setengah jalan. Peristiwa pertama, imbal hasil luar biasa yang tercetak dari sektor meme coin. Sebelumnya, beberapa meme coin di jaringan Ethereum dan Binance Smart Chain sukses melahirkan banyak jutawan secara tiba-tiba.
Kali ini, blockchain yang menawarkan potensi serupa sepertinya adalah Solana dan, yang paling anyar, Tron yang dipimpin oleh Justin Sun. Sementara peristiwa kedua yaitu keterlibatan selebritas. Tahun 2021 silam, bintang-bintang seperti Logan Paul, Paris Hilton, dan Snoop Dogg, bersama beberapa lainnya, terjun ke dalam hype NFT.
Meskipun demam NFT nampaknya sudah meredup, selebritas tetap terlibat dengan pasar kripto. Barisan figur publik termasuk Andrew Tate dan Iggy Azalea telah meluncurkan meme coin mereka masing-masing, DADDY dan MOTHER.
Metode lain yang bisa kita pertimbangkan untuk menakar bull market kripto adalah minat investor ritel. Ketika minat investor ritel melandai, itu artinya bull market masih berlangsung namun belum mencapai pucuk.
Di sisi lain, data dari Google Trends mengungkap bahwa pencarian untuk kata “cryptocurrency” mencapai rekor tertingginya di tahun 2021, dengan skor sempurna 100. Namun, pencarian untuk istilah tersebut tahun ini telah menunjukkan penurunan yang konsisten. Ini menjadi indikasi dari sepinya aktivitas investor ritel.
Bull market biasanya diwarnai dengan lonjakan jumlah investor ritel seiring mereka mendongkrak permintaan. Adapun sepinya minat saat ini berarti siklus ini belum mencapai puncaknya. Minimnya FOMO ritel yang meluas menunjukkan adanya potensi kenaikan lebih lanjut seiring dengan semakin matangnya siklus ini.
Data Jangka Panjang Ungkit Tren Naik Mungkin Akan Bermula Lagi
Selain itu, Long-Term Holder Realized Profit/Loss Ratio yang Glassnode sajikan juga turut menjadi perhatian. Sesuai namanya, metrik ini melacak perilaku holder jangka panjang, apakah mereka membukukan profit ataukah justru menanggung kerugian.
Saat ini, metrik ini terpantau menukik dari puncaknya di bulan Maret. Maknanya, kalangan holder telah mengurangi aktivitas ambil untung. Aksi turun ini mirip dengan siklus 2021 ketika harga Bitcoin terjun bebas sebelum akhirnya memulai tren naik lainnya.
Baca Juga: Daftar Altcoin Terbaik untuk Investasi Agustus 2024
Oleh karena itu, jika kinerja masa lalu memang memengaruhi tren di masa depan, maka BTC beserta segenap aset kripto lainnya mungkin akan mencapai rekor harga ATH baru. Platform analitik on-chain ini juga setuju dalam laporannya tertanggal 20 Agustus.
“Perlu dicatat, selama ATH Maret 2024, metrik ini mencapai ketinggian serupa dengan puncak pasar sebelumnya. Dalam kedua siklus 2013 dan 2021, metrik ini menurun ke level serupa sebelum melanjutkan tren naik harga,” demikian pernyataan Glassnode.
Sebagai kesimpulan, meskipun sebagian investor masih skeptis dengan kondisi pasar terkini, serangkaian indikator menunjukkan bahwa kita masih berada dalam fase bull market. Tentu saja, ini terlepas dari terpaan volatilitas belakangan ini. Analisis ini menilai bahwa harga segenap kripto masih akan terus merangkak naik ke depannya. Harga Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya diprediksi siap untuk menorehkan rekor tertinggi baru serta memperkuat momentum di siklus kali ini.
Walau demikian, investor tetap perlu berhati-hati. Sebab, tingginya volatilitas dan juga koreksi harga yang berkala bisa menyebabkan pergeseran harga mendadak. Jika kerugian yang terealisasi terus berlanjut dan mendominasi pasar, maka bukan mustahil siklus terkini justru bertransisi menjadi fase bear.
Bagaimana pendapat Anda tentang analisis harga Bitcoin (BTC) dalam kaitannya dengan riwayat harga di masa lalu? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.