Kritik terhadap mining Bitcoin telah meningkatkan kekhawatiran perihal jumlah konsumsi energi dan emisi karbonnya. Hal ini mengakibatkan beberapa pihak melabeli kegiatan crypto mining berbahaya bagi lingkungan. Terkait kekhawatiran tersebut, belum lama ini, negara bagian Carolina Utara mulai mengambil tindakan untuk meregulasi penggunaan daya dalam aktivitas crypto mining.
Wilayah Buncombe di Carolina Utara menegaskan bahwa aktivitas mining Bitcoin memiliki banyak dampak negatif. Efek sampingnya tak hanya dari sisi penggunaan energi, melainkan juga hal-hal lainnya. Misalnya, emisi gas rumah kaca, e-waste, dan kebisingan.
Wilayah tersebut mengklaim bahwa mereka ingin mencegah berbagai konsekuensi itu agar tidak merugikan komunitasnya. Namun, karena crypto mining saat ini belum tercakup dalam peraturan di wilayahnya, mereka ingin menghentikan kegiatan mining untuk sementara waktu, sembari mendiskusikannya. Mereka mengajukan moratorium berdurasi satu tahun untuk crypto mining. Harapannya, selama jangka waktu tersebut, Buncombe dapat merestrukturisasi aturan di wilayahnya.
Di samping itu, rencananya, mereka bertujuan untuk mendefinisikan aktivitas crypto mining sebagai penggunaan lahan spesifik. Lalu, mereka akan melanjutkan diskusinya dari sana.
Menurut jadwal, para anggota komisioner akan mengadakan audiensi publik untuk masalah tersebut pada tanggal 2 Mei 2023 mendatang.
Isu Lingkungan di Wilayah Buncombe
Selama 10 tahun ke belakang, penduduk di Buncombe dan wilayah-wilayah sekitarnya telah mengajukan keluhan kepada Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA). Pembangkit tenaga listrik bertenaga batu bara menghasilkan limbah air beracun. Maka dari itu, para penduduk setempat meminta regulasi yang lebih ketat.
Bahkan, sampai dengan hari ini, warga di wilayah Buncombe masih harus menghadapi masalah lingkungan akibat batu bara. Di tahun 2018, para pakar menemukan level radioaktivitas yang mengkhawatirkan di sekitaran pabrik Duke Energy di Asheville.
Lisa Evans, penasihat administrasi senior di kelompok lingkungan Earthjustice, memberikan komentarnya terhadap fakta tersebut.
“Asheville kebetulan memiliki tingkat radium tertinggi dari seluruh situs yang pernah saya lihat sejauh ini,” tutur Evans kepada Citizen Time pada hari Senin (3/4).
Kemudian, barulah di tahun ini, Duke Energy mendeklarasikan rencana untuk menutup pembangkit batubara tersebut dan beralih ke energi hijau pada tahun 2035.
Crypto Mining Bukan Satu-satunya Industri yang Boros Energi
Meski perubahan iklim menjadi sebuah isu yang terus mencuat, penting juga untuk memperhatikan bagaimana berbagai industri lain, di luar crypto mining, berkontribusi terhadap jumlah emisi gas.
Miner Bitcoin memang terkenal dengan konsumsi energinya yang besar. Namun, kenyataannya industri perbankan sendiri juga memiliki konsumsi energi yang tak kalah besar dibanding Bitcoin. Selain itu, Bitcoin Mining Council mengestimasikan bahwa di Q4/2022, 58,9% dari listrik untuk aktivitas mining Bitcoin di seluruh dunia berasal dari energi hijau.
Oleh karena itulah, walau langkah pemerintah Carolina Utara perlu mendapatkan apresiasi, tetapi seharusnya upaya untuk memitigasi isu emisi karbon perlu mempertimbangkan seluruh sumber polusi lainnya. Dengan demikian, masalah perubahan iklim ini bisa terselesaikan secara lebih baik.
Bagaimana pendapat Anda tentang langkah pemerintah Carolina Utara terhadap aktivitas crypto mining? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.