Krisis Rusia-Ukraina pada akhirnya dapat mempercepat adopsi mata uang digital sebagai alat untuk menyelesaikan transaksi internasional. Pernyataan itu disampaikan oleh Larry Fink, CEO dari perusahaan manajemen investasi BlackRock.
Sebagai perusahaan manajemen investasi, BlackRock berhasil mencapai rekor US$10 triliun atau setara Rp143,432 triliun dalam total aset yang dikelola atau assets under management (AUM) pada awal 2022.
Dalam sebuah surat kepada para pemegang saham BlackRock pada 24 Maret 2022, Larry Fink mengatakan bahwa, akhirnya, aspek perang yang kurang dibahas adalah mengenai dampak potensialnya pada percepatan adopsi mata uang digital.
Perang akan mendorong negara-negara untuk mengevaluasi kembali ketergantungan mata uang mereka. Bahkan sebelum perang, beberapa negara sudah ingin memainkan peran yang lebih aktif dalam mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC) dan menentukan kerangka peraturan untuk operasi tersebut.
Bank sentral Amerika Serikat, misalnya, baru-baru ini meluncurkan penelitian untuk menguji potensi implikasi dari dolar digital AS.
Fink menambahkan bahwa sistem pembayaran digital global, yang dirancang dengan cermat, dapat meningkatkan penyelesaian transaksi internasional sekaligus mengurangi risiko pencucian uang dan korupsi.
Selain itu, mata uang digital juga dapat membantu menurunkan biaya pembayaran lintas batas, misalnya ketika pekerja asing mengirim penghasilan kepada keluarga mereka.
“Saat kami melihat meningkatnya minat dari klien BlackRock, kami sedang mempelajari mata uang digital, stablecoin, dan teknologi yang mendasarinya untuk memahami bagaimana mereka dapat membantu BlackRock dalam melayani para klien,” pungkasnya.
Sikap BlackRock Sebelumnya terhadap Kripto
Pada bulan Mei 2021, Larry Fink mengatakan bahwa BlackRock sedang mempelajari cryptocurrency seperti Bitcoin untuk menentukan apakah aset kelas ini dapat menawarkan manfaat countercyclical.
Saat itu, ia mengaku BlackRock telah memantau evolusi aset kripto dan sedang mempelajari apa arti kripto, infrastrukturnya, serta lanskap peraturan mengenai hal ini.
Dia mencatat bahwa dealer broker adalah yang menghasilkan uang paling banyak dari volatilitas berbagai cryptocurrency.
“Untuk saat ini, masih terlalu dini untuk menentukan apakah cryptocurrency adalah ‘hanya alat perdagangan spekulatif,'” kata Fink waktu itu.
Lalu dalam sebuah wawancara di CNBC pada Juli 2021, Larry Fink mengatakan bahwa dia tidak melihat banyak permintaan untuk aset digital.
Dia mengaku telah ditanya tentang kripto dan Bitcoin di masa lalu, tetapi tidak dalam 2 minggu terakhir. “Kami melihat sangat sedikit permintaan untuk jenis [kripto] ini,” katanya.
Tapi sekitar Februari 2022, BlackRock dikabarkan berencana menawarkan layanan perdagangan kripto kepada para klien investornya.
Krisis Rusia-Ukraina Akhiri Wacana Globalisasi
Dalam suratnya itu kepada para pemegang saham, Chairman sekaligus CEO dari BlackRock ini mengatakan bahwa krisis Rusia-Ukraina telah mengakhiri kekuatan globalisasi yang bekerja selama 30 tahun terakhir.
Dia mengatakan bahwa BlackRock telah menangguhkan sejumlah inisiasi investasi di Rusia setelah invasi terhadap Ukraina.
“Selama beberapa minggu terakhir, saya telah berbicara dengan para pemangku kepentingan yang tidak terhitung jumlahnya, termasuk dengan klien dan karyawan kami. Semuanya ingin memahami apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyertaan modal ke Rusia,” katanya.
Adapun total eksposur klien Blackrock ke Rusia telah menurun menjadi kurang dari US$1 miliar awal bulan Maret ini, dari US$18 miliar sebelum Rusia melakukan operasi militer di Ukraina sejak 24 Maret.
Dilema yang Tidak Pernah Dihadapi dalam Beberapa Dekade
Dampak konflik pada rantai pasokan global, yang sudah dihantam lebih dulu selama 2 tahun terakhir akibat pandemi Covid-19, diperkirakan akan berkontribusi terhadap tekanan inflasi yang mendorong bank sentral global untuk memperketat kebijakan moneter dan membalikkan langkah-langkah akomodatif yang didorong oleh Covid-19.
“Sementara neraca perusahaan dan konsumen kuat hari ini, memberi mereka lebih banyak bantalan untuk mengatasi kesulitan ini. Sebuah reorientasi dari rantai pasokan dalam skala besar secara inheren akan menjadi inflasi,” ungkap Fink.
Dia mengatakan bahwa bank sentral menghadapi dilema yang tidak mereka hadapi dalam beberapa dekade. Mereka harus memilih antara hidup dengan inflasi tinggi atau memperlambat aktivitas ekonomi untuk menahan tekanan harga.
Harga energi melonjak karena sanksi terhadap Rusia, yang kemudian mendorong berbagai perusahaan dan negara untuk menilai kembali rantai pasokan dan mencoba mengurangi ketergantungan pada komoditas Rusia.
“Energy security telah bergabung dengan transisi energi sebagai prioritas utama global,” pungkas Larry Fink.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.