Chainalysis, startup yang menawarkan layanan investigasi dan kepatuhan kripto, dikabarkan telah mengumpulkan pendanaan dalam putaran Seri F senilai US$170 juta atau setara dengan Rp2,46 triliun.
Perusahaan rintisan ini dikenal membantu penegakan hukum dalam membongkar aktivitas kripto ilegal. The Information melaporkan pertama kali kabar ini pada 10 Mei 2022 dari seseorang yang mengetahui langsung terkait hal ini, yang kemudian dikutip oleh sejumlah media massa.
GIC, sovereign wealth fund (SWF) atau dana kekayaan negara milik Singapura yang sebenarnya merupakan investor existing, memimpin putaran pendanaan Chainalysis kali ini.
Adapun valuasi Chainalysis mencapai US$8,6 miliar (Rp124,92 triliun) atau menjadi dua kali dari penilaian sebelumnya yang menyentuh US$4,2 miliar pada Juni 2021. Waktu itu, Coatue Management memimpin putaran pendanaan Seri E Chainalysis senilai US$100 juta.
Sebelumnya pada Maret 2021, Chainalysis yang memiliki markas besar berbasis di New York, Amerika Serikat (AS), juga telah mengumpulkan dana segar US$100 juta dalam putaran pendanaan Seri D dengan valuasi US$2 miliar.
Mengandalkan data yang dikumpulkan Crunchbase, total pendanaan yang telah dikantongi oleh Chainalysis diperkirakan mencapai US$536,6 juta.
- Baca Juga: Dapat Gaji Hingga 3 Kali Lipat, Polisi Siber di Inggris Mulai Pindah ke Perusahaan Kripto
Mendeteksi Aksi Ilegal di Dunia Kripto
Didirikan pada tahun 2014, Chainalysis menyediakan software yang memungkinkan lembaga pemerintah dan lembaga keuangan, serta perusahaan swasta termasuk crypto exchange dan crypto wallet, mendeteksi dan mencegah kejahatan terkait kripto dan pencucian uang.
Adapun Chainalysis diketahui telah membuka kantor di Singapura dan Tokyo pada tahun 2020 untuk menggandakan komitmen di kawasan Asia Pacific (APAC), yang sepenuhnya mendukung bisnis cryptocurrency lokal, lembaga pemerintah, dan lembaga keuangan.
Pada Februari 2022, Chainalysis dikreditkan dalam sebuah laporan investigasi karena membantu jurnalis Forbes bernama Laura Shin dalam melacak tersangka di balik peretasan The DAO yang memakan kerugian US$11 miliar Ether pada tahun 2016.
Laporan tersebut menuduh bahwa Toby Hoenisch, co-founder dan CEO perusahaan kartu debit kripto TenX, mengoordinasikan salah satu insiden peretasan terbesar dalam industri kripto. Namun, Hoenisch membantah tuduhan ini dengan mengatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan dalam laporan yang dibuat Laura Shin secara faktual tidak akurat.
Pada tahun 2022 ini, Chainalysis juga meluncurkan dua alat baru yaitu oracle on-chain dan API publik untuk mempermudah aktivitas screening crypto wallet untuk kepatuhan sanksi yang dijatuhkan ke Rusia terkait operasi militer di Ukraina. Meskipun biasanya menawarkan produk komersial, Chainalysis menekankan bahwa alat ini disediakan untuk para pelaku industri kripto secara gratis.
“Ketika negara-negara di seluruh dunia terus memanfaatkan sanksi ekonomi sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina, web3 yang terdesentralisasi seperti DEX, DeFi, DAO, dan para developer dApp mencari alat ringan untuk membantu mereka dan pelanggan mereka mematuhi kebijakan sanksi,” jelas Chainalysis dalam sebuah pernyataan.
Pada 15 April lalu, Tornado Cash, yang hosted di Ethereum dan konon dikembangkan dari kode open-source blockchain yang berfokus pada privasi bernama Zcash, mengungkapkan bahwa mereka menggunakan oracle dan API Chainalysis untuk mencegah alamat crypto wallet yang mendapat sanksi dari pemerintah AS.
CertiK Juga Menarik Minat Para Investor
Selain Chainalysis, CertiK yang merupakan perusahaan keamanan web3 dan blockchain yang melakukan audit terkait berbagai protokol yang ada di dunia kripto, membuat dua kali pengumuman pendanaan yang mereka terima pada bulan April 2022.
Mulanya pada tanggal 7 April, CertiK mengantongi pendanaan senilai US$88 juta yang dipimpin oleh Insight Partners, Tiger Global, dan Advent International, dengan partisipasi dari Goldman Sachs serta investor yang sudah ada seperti Sequoia dan Lightspeed Venture Partners.
Kemudian pada 22 April, CertiK mendapat pendanaan tambahan senilai US$60 juta dari SoftBank Vision Fund 2 dan Tiger Global dengan taksiran valuasi US$2 miliar. Pendanaan tambahan ini membawa total investasi yang diterima CertiK menjadi US$290 juta.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.