Seiring harga Bitcoin yang terus bergerak turun, tindakan keras terbaru dari pemerintah Cina terhadap aktivitas mining domestik bisa jadi menjelaskan penurunan mendadak ini.
Di provinsi Xinjiang, sekitar 400.000 Bitcoin miner terpaksa menutup operasinya dan offline. Gangguan mendadak ini memutuskan aliran pendapatan, sehingga beberapa operator harus menjual Bitcoin yang mereka miliki untuk menutupi biaya operasional atau membiayai upaya relokasi.
SponsoredGangguan Mining Menambah Tekanan pada Penurunan Bitcoin
Dalam unggahan media sosial baru-baru ini, mantan chairman Canaan, Jack Kong, menyebut bahwa kekuatan komputasi Cina turun sekitar 100 exahash per detik (EH/s) dalam waktu 24 jam. Ia terang bahwa penurunan sekitar 8% ini terjadi setelah ratusan ribu mesin mining dimatikan.
Berita ini muncul tak lama sebelum harga Bitcoin jatuh ke US$86.000 pada Selasa, menembus level US$90.000 yang sebelumnya mampu dipertahankan selama seminggu terakhir.
Beberapa analis melihat waktu kejadian ini bukan hal yang kebetulan, dan menunjuk pada korelasi antara penutupan mining dan penurunan harga.
Mereka juga menyorot bahwa langkah mendadak dan ketat sering kali memaksa Bitcoin miner untuk segera bertindak, sehingga tekanan pasar jangka pendek bisa semakin besar.
Sponsored SponsoredShutdown miner picu tekanan likuiditas dan aksi jual
Menurut analis Bitcoin, NoLimit, ketika Bitcoin miner terpaksa offline, biasanya akan terjadi reaksi berantai.
Hal ini mencakup hilangnya pendapatan secara langsung, kebutuhan mendesak akan likuiditas untuk biaya operasional atau relokasi, dan dalam beberapa kasus, penjualan paksa Bitcoin yang mereka simpan.
Dinamika seperti ini bisa berdampak langsung ke pasar aset kripto secara umum. Saat sekitar 8% kekuatan komputasi Bitcoin tiba-tiba terhenti, ketidakpastian pun meningkat sehingga menambah tekanan jangka pendek terhadap harga Bitcoin.
“That creates real sell pressure, not the other way around,” jelas NoLimit.
Waktu kejadian membuat dampaknya semakin terasa. Sektor mining di Cina baru saja kembali menjadi kontributor utama hashrate global.
Comeback Mining Bertemu Tekanan Regulasi Secara Tiba-tiba
Kurang dari sebulan lalu, Cina merebut kembali posisinya sebagai pusat mining Bitcoin terbesar ketiga di dunia. Berdasarkan data Hashrate Index, negara ini menyumbang sekitar 14% hashrate global pada bulan Oktober.
SponsoredMeski pemerintah memberlakukan larangan mining secara resmi pada 2021, aktivitas di bawah tanah masih terus berkembang di seluruh negeri.
Analis menyorot akses ke listrik murah dan kelebihan pasokan listrik di beberapa wilayah sebagai pendorong utama bangkitnya kembali aktivitas mining di sana.
Di tengah situasi ini, tindakan keras pekan ini membuat Bitcoin miner tak siap. Ketika regulasi mendadak diperketat dan hashrate Bitcoin turun, pendapatan Bitcoin miner jadi sorotan utama.
Tekanan ini makin besar setelah harga Bitcoin anjlok sekitar 30% dari puncak Oktober dan biaya transaksi yang terus rendah, yang akhirnya membuat pendapatan Bitcoin miner turun ke titik terendah dalam beberapa waktu terakhir.
Mengingat mining menjadi penopang keamanan dan operasional jaringan Bitcoin, koreksi harga baru-baru ini memang sejalan dengan gangguan luas yang terjadi, meskipun dampak penuhnya mungkin akan terlihat seiring waktu.