Coinfest Asia 2022 yang merupakan festival kripto, blockchain, web3, serta NFT, pertama dan terbesar di Asia akhirnya resmi digelar di Bali. Rangkaian acara yang berlangsung selama 2 hari sejak Kamis sampai Jumat (25 – 26 Agustus 2022) ini merupakan festival industri utama yang berfokus pada ekosistem kripto di Indonesia dan Asia.
Adapun Coinfest Asia 2022 diselenggarakan oleh Coinvestasi yang merupakan anak perusahaan dari Indonesia Crypto Network (ICN) serta secara resmi didukung oleh Coindesk, Coingecko, Asosiasi Blockchain Singapura & Indonesia, dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin).
Tidak hanya itu, Coinfest Asia 2022 juga didukung oleh beragam mitra yang telah memiliki reputasi papan atas dalam komunitas kripto global. Mereka di antaranya termasuk Fireblocks, Elliptic, 1inch, Solana, hingga Tezos. Sementara dari sisi mitra regional maupun lokal turut didukung mulai dari Pintu, Indodax, Advance.AI, StraitsX, Emurgo, KunciCoin, hingga Nanovest.
Berdasarkan pantauan tim Be[in]Crypto di lapangan, sejumlah perusahaan kripto papan atas global; termasuk Coinbase, Animoca Brands, Ripple, Bybit, hingga Luno, pun turut hadir meramaikan festival ini.
Sebagai gambaran, konferensi ini dibagi ke dalam 4 kategori; antara lain: Main Stage, Breakout Area, Bull Area (VIP Lounge), dan Whale Room. Mayoritas acara diselenggarakan di Main Stage. Sedangkan, Breakout Area merupakan panel diskusi sampingan yang diisi oleh beragam pembicara lainnya. Kemudian, Bull Area dan Whale Room dikhususkan untuk membangun networking yang lebih eksklusif.
Berjejaring dalam Suasana Santai
Dengan latar belakang agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan berlangsung beberapa minggu ke depan, festival Coinfest Asia 2022 menyatukan regulator, pemimpin industri, komunitas developer, hingga pengusaha untuk berbagai wawasan dan kesempatan yang terkait dengan dunia kripto, baik di tingkat lokal, regional, hingga global.
Konsep dari Coinfest Asia 2022 agak unik dan memang sengaja tidak terstruktur seperti konferensi biasa. Pihak penyelenggara merancangnya seperti demikian, karena ingin memberikan kesempatan kepada semua partisipan yang hadir untuk terlibat dan berjejaring dalam suasana santai.
Steven Suhadi, selaku co-founder ICN, mengatakan bahwa Coinfest Asia ingin mencoba untuk benar-benar melakukan sesuatu yang berbeda. Inti dari Coinfest Asia adalah insight dan networking festival.
“Ini bukan konferensi kripto tradisional yang sudah pernah terjadi di sebagian besar tempat lainnya. Kami benar-benar mencoba memecahkan semuanya dan fokus pada insight & networking, serta melakukannya di tempat yang sangat tidak konvensional untuk memungkinkan orang dengan santai dapat saling berjejaring,” kata Steven Suhadi.
Sosok yang juga menjadi Supervisory Board di Asosiasi Blockchain Indonesia ini mengatakan bahwa para partisipan yang menghadiri Coinfest Asia 2022 berasal dari 52 negara yang berbeda.
“Sebagian besar berfokus pada orang-orang yang pada dasarnya ingin masuk ke ekosistem, hingga penyedia dari berbagai solusi, baik dari perspektif NFT, metaverse, sampai crypto exchange. Saya pikir ini adalah waktu yang sangat menarik untuk fokus dalam membangun,” tegas Steven Suhadi.
Memang benar. Pada kenyataannya, agenda pada hari pertama Coinfest Asia 2022 berlangsung amat meriah. Antusiasme yang tinggi dari komunitas kripto dapat dilihat dari banyaknya partisipan yang hadir secara langsung dari latar belakang yang beragam.
Baik dari lokal hingga partisipan yang datang dari luar negeri, semua terlihat berbaur, membangun jejaring relasi baru, berdiskusi bermacam hal seputar gamefi, NFT, hingga masa depan kripto di Café del Mar yang tepat berada di tepi pantai.
Untuk menampung antusias dari komunitas kripto yang amat begitu tinggi, turut muncul berbagai side event selama sepekan dari 19 hingga 29 Agustus yang melengkapi keseruan Coinfest Asia 2022.
Perkembangan & Potensi Kripto di Indonesia
Acara pertama langsung dibuka dengan sesi panel diskusi yang mencoba mencari jawaban ‘Is Indonesia The Crypto Sleeping Giant in Asia?’ Sesi ini dihadiri oleh Tirta Karma Senjaya selaku Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti; Jeth Soetoyo selaku CEO & founder Pintu; Noval yang merupakan perwakilan dari Indodax; serta Yos Adiguna Ginting selaku Ketua Komite Tetap Perdagangan Internasional Kadin Indonesia.
Moderator diskusi ini, Asih Karnengsih, yang merupakan Chairwoman dari Asosiasi Blockchain Indonesia, memantik jalannya diskusi dengan pertanyaan kepada para panelis mengenai perkembangan kripto di Indonesia.
Tirta Karma Senjaya merespon dengan mengatakan bahwa kripto di Indonesia saat ini pertumbuhannya sangat pesat. Tidak hanya bagi kripto, tetapi ini juga berdampak pada ekonomi digital Indonesia. Dia menuturkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni sebesar US$70 miliar. Startup–startup yang ada di Indonesia, diklaim paling banyak ke-5 di dunia. Dia menilai pertumbuhan kripto juga akan mendukung hal ini.
Sebagai informasi, transaksi kripto pada Januari hingga Juli 2022 telah mencapai Rp235 triliun dengan pelanggan yang terdaftar 15,5 juta. Pada tahun 2021, transaksi kripto menembus Rp859,4 triliun. Walaupun pada tahun 2022 turun, Tirta Karma Senjaya meyakinkan bahwa pada tahun 2023 bisa meningkat lagi seiring dengan perkembangan kripto yang ada di Indonesia.
Kemudian, Yos Adiguna Ginting menyoroti atensi dan blockchain di Indonesia. Refleksi yang muncul dari apa yang diamati dan dilihat sebelumnya, bahwa pada tahun 2018 hanya ada 7 sampai 9 anggota di Asosiasi Blockchain Indonesia. Namun sekarang, jumlahnya sudah mencapai 39 anggota.
Jadi, pertumbuhannya terlihat nyata dari yang menjadi anggota asosiasi blockchain di Indonesia. Kemudian bila dilihat dari pendaftaran di Kementerian Komunikasi & Informatika (Kominfo), ada 500 perusahaan pengembang blockchain. Dengan angka-angka ini, Yos Adiguna Ginting optimis perkembangan regulator kripto di Indonesia menuju ke arah yang tepat.
“Meskipun secara historis blockchain itu ada sedikit intensi atau nuansa atau anti-sistem; ingin adanya kemerdekaan dan ingin terdesentralisasi dan ingin tidak ikut dengan sistem; Bahwa [secara] realita kita harus ikut dengan tata aturan yang ada. Saya kira itu,” ungkap Yos Adiguna Ginting.
Selanjutnya menurut Noval, yang mewakili Indodax, dia melihat bahwa blockchain itu bisa mempermudah sesuatu yang sulit. Sebagai contoh, rumah sakit yang berkaitan dengan masalah registrasi ulang. Dari sini, dia melihat manfaat yang cukup menarik bahwa teknologi semacam blockchain dapat menjadi satu aliran teknologi yang baik yang bisa dipakai bersama.
Terakhir dari Jeth Soetoyo, dia mencoba menggunakan kacamata dari segi makro dan global. Menurut sang CEO Pintu, Indonesia ini menarik karena mempunyai populasi ke-4 terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat (AS).
Catatannya mengenai regulasi kripto, sekarang China melarang kripto, kemudian regulasi kripto ke depannya di India akan melimitasi orang-orang untuk bisa melakukan trading kripto. Baginya, regulator Indonesia mengambil keputusan yang sangat baik dari segi regulasi yang bisa mendukung perkembangan kripto di Tanah Air.
“Jadi dari segi makro, Indonesia ini menurut saya adalah salah satu tempat yang paling menarik,” jelas Jeth Soetoyo.
Rangkuman Agenda Hari Ke-1 Coinfest Asia 2022
Selain membahas mengenai potensi kripto di Indonesia, agenda hari pertama Coinfest Asia 2022 juga menghadirkan panel-panel diskusi lainnya yang tidak kalah menarik.
Hal itu termasuk panel diskusi yang membahas tentang ‘pembayaran masa depan bertenaga kripto’. Kemudian ada panel yang mengurai bagaimana ‘stablecoin yang tidak stabil’, turut memicu perdebatan di antara para panelis. Ada yang mendukung model central bank digital currency (CBDC) sebagai stablecoin yang didukung oleh pemerintah, dan ada pihak yang mendukung bahwa uang harus dipisahkan dengan negara yang sudah memiliki power terlalu besar.
Kemudian, saat panel diskusi ‘Siapa yang Meretas Blockchain?’, Aleksandr Malkov yang merupakan founder & Chief Legal Officer (CLO) dari Haqq sempat menyinggung tentang sanksi yang diterima Tornado Cash karena perannya sebagai alat untuk privasi dalam bentuk crypto mixer service turut memfasilitasi praktik pencucian mata uang virtual senilai lebih dari US$7 miliar sejak dibuat pada 2019.
Dalam agenda hari pertama Coinfest Asia 2022 juga menghadirkan sesi ‘Bagaimana perusahaan web2 masuk ke web3’. Lalu, pada ‘Cara membangun perusahaan web3’, Richard Robinson, yang menjadi perwakilan dari Animoca Brands, dengan posisi sebagai Entrepreneur In Residence, mengatakan bahwa bear market adalah waktu yang tepat untuk membangun.
Sosok yang penuh antusias ketika memaparkan pandangannya ini juga menilai masih banyak modal yang dimiliki investor untuk mendukung berbagai proyek kripto termasuk game play-to-earn (P2E). Sebagai informasi saja, Richard Robinson sudah terlihat sangat antusias ketika berada di tempat penukaran tiket, dengan bertanya, “Di mana saya bisa bertemu dengan Agate?” Agate sendiri adalah salah satu developer game teratas asal Indonesia.
Panel diskusi juga dimeriahkan oleh publik figur yang memiliki banyak penggemar di Indonesia. Dalam panel yang membahas tentang ‘antusiasme terkait NFT’, dihadiri oleh penyanyi Isyana Sarasvati hingga artis Brandon Salim yang berperan sebagai Chief Marketing Officer (CMO) Arktivak.
Selain itu, tim Be[In]Crypto juga mendapati hadirnya publik figur lain; seperti pasangan selebritas Anang Hermansyah dan Ashanty yang diketahui mendukung token ASIX, dalam gelaran Coinfest Asia 2022 pada hari pertama ini.
Sesi hari pertama lantas ditutup dengan sisa panel mengenai ‘Tokenisasi: Masa Depan Pasar Keuangan’ serta ‘Bagaimana Perusahaan Web3 Mendapatkan Traksi di Asia Tenggara’.
Be[In]Crypto adalah salah satu media partner dari Coinfest Asia 2022. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia dan nantikan live update Coinfest Asia 2022 pada hari kedua!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.