Di kala ketegangan militer antara Israel dan Iran kian intens, kripto dan blockchain ikut terseret ke pusaran konflik, bukan hanya dari sisi finansial, tetapi juga secara digital.
Peretasan bernilai US$81 juta yang menimpa crypto exchange Iran, Nobitex, menjadi titik balik krusial. Para pakar memperingatkan bahwa blockchain kini resmi menjadi “medan tempur” geopolitik.
Blockchain Jadi Medan Baru dalam Konflik Israel-Iran
Merkle Science mengonfirmasi bahwa Gonjeshke Darande bertanggung jawab atas peretasan tersebut, sejalan dengan laporan terbaru BeInCrypto ihwal kelompok hacktivist itu.
Namun, menurut Merkle Science — platform analitik blockchain dan manajemen risiko prediktif — serangan itu adalah pesan tegas bahwa blockchain telah berubah menjadi garis depan geopolitik.
“Ini bukan sekadar pencurian. Ini adalah pesan. Blockchain kini menjadi garis depan geopolitik,” ujar perusahaan tersebut.
Pernyataan itu muncul setelah alat pelacak forensik mereka menunjukkan pergerakan dana curian melintasi banyak alamat. Ini mengindikasikan bahwa serangan tersebut melampaui motif kejahatan siber biasa, dan didorong oleh agenda politik.

BeInCrypto sendiri melaporkan motivasi kelompok Gonjeshke Darande, yang menyerang Iran sebagai bagian dari upaya perang Israel terhadap terorisme yang didanai Iran.
Kelompok ini diyakini memiliki kaitan dengan intelijen militer Israel, meski Israel tetap ambigu soal keterlibatannya.
“Exchange Nobitex adalah jantung dari upaya rezim mendanai teror global, sekaligus alat favorit mereka dalam melanggar sanksi… Nobitex bahkan tidak berupaya berpura-pura mematuhi sanksi. Mereka secara terbuka mengarahkan pengguna cara menggunakan infrastrukturnya untuk menghindari sanksi. Ketergantungan rezim pada Nobitex terlihat dari fakta bahwa bekerja di Nobitex dianggap sebagai pengganti wajib militer karena perannya yang vital,” ucap kelompok hacker tersebut pada Rabu (18/6).
Serangan terhadap Nobitex menandakan tren baru: infrastruktur kripto mulai dijadikan senjata dalam konflik asimetris dan antarnegara.
Tak dimungkiri, perubahan ini membawa dampak besar. Investor kini menghadapi lanskap baru di mana aset mereka rentan akan volatilitas pasar dan juga serangan geopolitik yang ditargetkan.
Apabila negara-negara yang menjadi tuan rumah exchange besar ikut terseret konflik, maka platform tersebut bisa menjadi target bernilai tinggi.
“Kegagalan dalam memimpin di bidang blockchain dan kripto membuat negara rentan akan gangguan ekonomi, celah regulasi, dan kerentanan keamanan — risiko-risiko yang siap dimanfaatkan oleh negara-negara musuh,” tulis Merkle Science dalam sebuah laporan.
Kepemimpinan Blockchain Jadi Strategis
Laporan tersebut juga mencatat bahwa desentralisasi blockchain bukanlah sesuatu yang mutlak. Artinya, negara bisa mengeksploitasi infrastrukturnya lewat penyaringan lalu lintas atau penguasaan validator, mengubah aset strategis menjadi titik rawan.
Fakta bahwa blockchain kini punya peran strategis sudah terlihat dalam inisiatif pertahanan AS. Penggunaan SIMBA Chain oleh Angkatan Laut untuk melacak suku cadang pesawat F/A-18 membuktikan kegunaan teknologi ini dalam mengamankan sistem krusial.
Di sisi lain, anonimitas dan kecepatannya menjadikan kripto alat yang sangat ampuh bagi pelaku ilegal. Mulai dari pencucian dana hingga penghindaran sanksi, aset kripto telah lama digandrungi oleh negara-negara nakal dan kelompok teroris.
Sepanjang tahun 2024 saja, peretasan dan eksploitasi terkait kripto menyebabkan kerugian senilai US$1,49 miliar — lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Kelompok seperti Lazarus dari Korea Utara mendanai operasinya dengan mengeksploitasi celah pada platform kripto, termasuk perampokan Bybit senilai US$1,5 miliar.
Kini, peretasan Nobitex menambah lapisan urgensi baru, menyoroti peran aset digital dalam peperangan modern. Saat sanksi diperketat dan akses ke keuangan konvensional makin sulit, para hacker negara dan kelompok pemberontak makin sering beralih ke kripto untuk menyampaikan pesan.
Bagi Gonjeshke Darande, serangan ini adalah bentuk balasan terhadap agresi regional Iran dan proksinya, seperti Hezbollah dan Houthi, sembari meminimalkan korban sipil.
Bagaimana pendapat Anda tentang nasib crypto dan blockchain di kala konflik Israel-Iran? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
