Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) meningkat 3% di Januari 2023, menjadi US$697 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dari estimasi analis, yakni sebesar 2%. Selain itu, angka penjualan ritel AS Januari lalu melampaui 4,1% dari capaiannya saat Desember 2022, lantaran adanya permintaan yang sehat dan Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan kenaikan inflasi.
Meningkatnya data penjualan ritel menunjukkan adanya permintaan yang sehat untuk penjualan elektronik, yang mana naik 3,5%, sementara penjualan makanan dan minuman naik 7,2%. Kenaikan kali ini didukung oleh pembelian barang bermotor dan barang lainnya.
Jumlah permintaan yang sehat untuk barang-barang lainnya dapat mendorong pengeluaran tambahan dan menaikkan harga, terutama dengan adanya pasar tenaga kerja yang kuat, serta tingkat lapangan kerja yang tinggi selama puluhan tahun.
Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2023 yang rilis kemarin mengungkapkan bahwa IHK inti, tidak termasuk biaya makanan dan energi, meningkat 0,4%. Data tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kebijakan pengetatan Federal Reserve (The Fed) telah berhasil membuat disinflasi di sektor perekonomian lainnya.
Kini, dengan penjualan ritel dan IHK yang lebih tinggi, The Fed sepertinya akan meningkatkan suku bunga di atas 5% pada saat pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di bulan Maret depan.
Harga Bitcoin (BTC) Menguat usai Data IHK dan Penjualan Ritel AS Rilis
Menyusul perilisan data IHK kemarin (15/2), pasar saham terlihat bergejolak. Dow Jones Industrial Average mencatatkan penutupan 156 poin, sementara S&P500 benar-benar stagnan. Kemudian, setelah data penjualan rilis, Dow Jones Industrial Average menguat 0,11% dan Nasdaq Composite naik 0,92%.
Harga Bitcoin (BTC) sempat turun di bawah US$22.000 setelah data IHK, sebelum akhirnya reli ke level tertinggi harian di kisaran US$22.275.
Kemudian, setelah adanya data penjualan ritel AS, pada saat penulisan, harga BTC pun melesat di atas US$24.500. Merujuk data CoinGecko, pergerakan tersebut setara dengan kenaikan lebih dari 10%.
Analis: Konsumen Akan Tetap Berbelanja hingga Inflasi “Menggigit”
Menurut Dana Telsey, CEO Telsey Advisory Group, sekaligus analis riset untuk industri ritel, peralihan dari e-commerce ke toko fisik, serta meningkatnya perjalanan setelah pandemi Covid-19 telah mendorong angka pengeluaran. Tesley menyebutkan bahwa biaya diskresioner akan berkurang akibat inflasi, sebab harga untuk kebutuhan memakan pendapatan konsumen Amerika Serikat rata-rata.
Sementara itu, Thierry Wizman, Interest Rates dan Currencies Strategist di Macquarie Global, memberi tahu kepada Bloomberg bahwa angka ritel yang positif adalah fluktuasi, alih-alih tren, dan pasar salah mengartikannya. Menurut Wizman, pengeluaran konsumen di Oktober dan November 2022 lantaran ketakutan bahwa inflasi akan membuat devaluasi uang mereka. Di samping itu, keuntungan pada Januari tidak serta-merta mengindikasikan kepercayaan diri konsumen bahwa resesi akan dapat dihindari.
Berdasarkan sebuah jajak pendapat baru-baru ini, separuh dari warga Amerika Serikat sedang berada dalam posisi finansial yang lebih buruk dari setahun lalu. Kondisi itu merupakan proporsi tertinggi sejak 2009.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.