Bagaimanakah cara agar komunitas DeFi bisa belajar dari ledakan NFT untuk menciptakan keuntungan, momentum, dan antusiasme “musim panas DeFi” yang lebih berkelanjutan, tanya David Malka, CEO YieldFarming.com.
Kripto sebagai alat penyimpan nilai telah diterima dengan baik oleh publik. BTC, ETH, dan bahkan altcoin populer, seperti Doge, juga telah berhasil diterima oleh masyarakat arus utama. Tahun lalu saja, tercatat lebih dari 13% orang Amerika mengaku bahwa mereka membeli kripto (24% di antaranya membeli instrumen saham pada perencanaan yang sama). Tetapi, jika kamu adalah pembaca setia BeInCrypto, pastinya kamu akan memahami bahwa memegang token atau aset non-fungible hanyalah salah satu manfaat (kecil) dari manfaat besar “uang elektronik peer-to-peer.” yang lebih luas lagi.
Hal-hal yang dapat kita lakukan dengan berbagai macam aset ini—dalam dunia DeFi—berpotensi mengubah cara orang di seluruh dunia untuk berbelanja, berinvestasi, dan menggunakan uang mereka. Artinya, jika (dan akan memiliki potensi lebih besar lagi jika), orang-orang awam juga mulai mengadopsinya. Kurangnya kesadaran dan proses pengenalan yang terkesan rumit akhirnya berakibat pada terhambatnya proses adopsi DeFi meskipun potensinya sungguh luar biasa. Namun, saat ini kita telah berada pada titik balik yang sangat penting. Bagaimana cara kita memanfaatkan mobilitas dan minat yang tumbuh berkat ledakan popularitas NFT saat ini, akan menjadi kunci sukses DeFi di masa depan.
DeFi: Langkah Pertama
Langkah pertama dalam upaya meningkatkan adopsi DeFi yaitu sesimpel menumbuhkan kesadaran, dan DeFi sendiri memiliki kekeliruan persepsi yang cukup besar. Perhatikan grafik Google Trends di bawah ini yang membandingkan penelusuran untuk NFT dan DeFi selama 12 bulan terakhir (ya, garis merah di sepanjang bagian bawah menunjukkan penelusuran untuk DeFi).
Pada bulan Maret 2021 lalu, para pemain Saturday Night Live nge-rap tentang NFT. Sejak itu pula, tren NFT terus berlanjut. Hal itu ditandai dengan keterlibatan perusahaan-perusahaan besar mulai dari Taco Bell hingga majalah TIME yang ikut meluncurkan koleksi NFT mereka sendiri. Berangkat dari fenomena konsumerisasi NFT itu, ada pelajaran penting yang dapat diterapkan ke dunia DeFi secara lebih luas lagi jika kita benar-benar ingin membawa miliaran pengguna untuk mengadopsi industri ini.
Hal yang begitu menakjubkan tentang kesadaran NFT yang luas tersebut yaitu bahwa ledakan itu tetap terjadi meskipun ada konsentrasi yang mengejutkan di pasar. Menurut laporan awal tahun ini, hampir setiap NFT yang ada saat ini dimiliki oleh kelompok yang beranggotakan kurang dari 400.000 orang. Jadi, meskipun terdapat persentase yang sangat kecil dari keseluruhan populasi yang benar-benar memiliki NFT, semua orang tetap familiar terhadap NFT. The New York Times bahkan memuji keberhasilan NFT sebagai “ekonomi pemenang perhatian” modern.
DeFi Membutuhkan Kemudahan
Di samping aspek kesadaran, langkah kedua untuk meningkatkan adopsi DeFi adalah membuatnya menjadi lebih simpel. Fenomena budaya pop NFT juga didorong oleh fakta bahwa jika dibandingkan dengan mekanisme DeFi, NFT relatif lebih mudah untuk dipahami dan diimplementasikan.
Meskipun perjalanan menuju konsumerisasi NFT yang sebenarnya masih jauh, namun tentu saja tidak sejauh DeFi. Opensea adalah platform yang layak untuk diapresiasi sebagai platform yang membuat transaksi jual-beli NFT semudah hanya dalam beberapa klik. Hal itu terlepas dari tantangan berat yang dihadapi dan catatan frustrasi dari para pengguna yang tampaknya terus meningkat. Tetapi, ada juga platform lain yang bisa membuat prosesnya jauh lebih simpel. Dompet Coinbase (yang sempat tertunda) memungkinkan semua orang untuk membeli NFT dengan kartu kredit. Produk dari Coinbase itu diyakini berpotensi besar dalam mempercepat ekspansi jangkauan kolektor NFT yang potensial.
Yield Farming
Bagi siapa pun yang pernah berpartisipasi di industri DeFi dan mendepositkan kripto miliknya ke dalam yield farm, misalnya, pasti akan tahu bahwa hal sebaliknya memang cenderung terjadi di industri ini. Antarmuka (UI) pengguna yang rumit, dokumen yang sering kali mustahil untuk dipahami oleh orang awam, dan kompleksitas fitur aplikasi, tidak dapat dipungkiri menjadi hambatan yang cukup besar bagi semua orang yang ingin memasuki industri DeFi.
Oleh sebab itu, diperkirakan hanya ada kurang dari satu persen pemegang kripto yang pernah berpartisipasi dalam aplikasi DeFi, terlepas dari reward yang memang fantastis. Prosedur staking yang simpel dapat menawarkan hingga 10% APY, sedangkan strategi yang lebih kompleks bisa menyediakan 100% atau bahkan lebih setiap tahunnya. Ironisnya di sini adalah bahwa reward serupa sering kali menjadi faktor pendorong terhadap kesadaran masyarakat arus utama NFT.
Jadi, bagaimanakah komunitas DeFi dapat belajar dari popularitas ledakan NFT demi menciptakan keuntungan, momentum, dan antusiasme “musim panas DeFi” yang lebih berkelanjutan? Betul, kita membutuhkan antarmuka (UI) yang lebih mulus dan lebih pintar dengan tombol keluar-masuk yang intuitif. Tapi, pengembangan semua itu pastinya membutuhkan waktu. Saat ini, jawabannya dapat kita temukan di industri NFT itu sendiri.
Tren yang Akan Datang
Integrasi NFT dan DeFi telah diprediksi akan menjadi tren yang paling fenomenal di tahun 2022. Banyak proyek DeFi mengagumkan yang sudah mulai menerapkan strategi NFT (begitu pun sebaliknya). Bagi siapa pun yang pernah menggunakan Uniswap V3 untuk menghasilkan reward dalam bursa untuk menyediakan likuiditas, maka peran paling sederhana yang dapat dimainkan NFT dalam mekanisme DeFi sudah terlihat jelas. Posisi likuiditas Uniswap V3 direpresentasikan sebagai NFT (token ERC-721) dan bahkan dapat ditampilkan sebagai gambar generatif. Tapi, bayangkan jika ada proyek serupa yang mampu berinovasi selangkah lebih maju: bagaimana jika ternyata karya seni yang menakjubkan itulah yang bisa menarik minat semua orang untuk berpartisipasi ke dalam proyek DeFi tersebut? Apalagi dengan adanya tambahan bonus menarik berupa yield yang ditawarkan.
Sudah ada sejumlah proyek menarik yang telah berhasil mengintegrasikan NFT dengan DeFi. Salah satu yang paling populer saat ini, yaitu Axie Infinity, sebuah game berbasis Ethereum yang mana pengguna akan memperoleh NFT monster atau “Axies” dan mengadu jagoan masing-masing dalam setiap pertempuran. Untuk dapat memainkan game dan mendapatkan reward berupa token, maka pengguna Axie harus memiliki NFT terlebih dahulu, yang kemudian dapat dimasukkan ke dalam yield farm agar bisa memperoleh bonus reward tersebut.
Integrasi NFT dan DeFi
Proyek lainnya yang berhasil mengintegrasikan NFT dan DeFi, yaitu NFTFi, sebuah proyek yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan NFT miliknya sebagai jaminan untuk pinjaman. Selain itu, ada juga NFTX, dana indeks milik komunitas yang memungkinkan satu token bisa mewakili kepemilikan di banyak NFT. Proyek terbaik yang berhasil memadukan DeFi dan NFT akan melahirkan antarmuka (UI) yang sangat mulus dan mudah digunakan sembari menyediakan fungsionalitas seperti membuat NFT menjadi lebih likuid.
NFT dapat mengatasi kedua tantangan terkait penerapan DeFi dengan cara meningkatkan kesadaran dan mempermudah pengguna agar bisa menjalankan bisnis serta melakukan transaksi keuangan dengan seutuhnya. Sekarang, perhatian dunia tertuju pada kita, langkah apa pun yang akan kita lakukan selanjutnya akan berdampak besar terhadap pertumbuhan industri ini.
Tentang Penulis
David Malka adalah salah satu pendiri sekaligus CEO YieldFarming.com. Dipimpin oleh tim pakar dan investor DeFi terkemuka, YieldFarming.com adalah platform kursus pelatihan dan komunitas eksklusif pertama di dunia yang didedikasikan untuk yield farming.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.