Kembali

The Fed Lakukan Pemotongan Suku Bunga Ketiga—Apakah Resesi Kini Tak Terhindarkan?

author avatar

Ditulis oleh
Kamina Bashir

editor avatar

Diedit oleh
Harsh Notariya

11 Desember 2025 15.33 WIB
Tepercaya
  • Potensi pemotongan ketiga The Fed pada 2025 picu kekhawatiran resesi saat pasar tenaga kerja melemah dan masalah likuiditas mulai muncul
  • PHK capai lebih dari 1,2 juta dan kebangkrutan usaha kecil melonjak, jadi sinyal resesi.
  • Analis ingatkan pemotongan lebih dalam berarti ekonomi memburuk, bukan makin kuat.
Promo

Pemangkasan suku bunga ketiga oleh The Federal Reserve pada tahun 2025 telah menurunkan federal funds rate ke 3,5%–3,75%. Namun, langkah ini justru menambah satu hal: kekhawatiran mengenai potensi resesi.

Analis memperingatkan bahwa tren saat ini memperlihatkan kelemahan dalam ekonomi AS, sementara banyak yang memperkirakan gejolak pasar akan terjadi ke depan.

Sponsored
Sponsored

Para ahli melihat tanda peringatan di balik pemotongan terbaru The Fed

The Federal Reserve kembali memangkas suku bunga kemarin, menandai pemangkasan ketiga setelah sebelumnya dilakukan pada September dan Oktober. Keputusan terbaru ini membuat federal funds rate berada di level terendah sejak November 2022.

Dalam keterangannya, The Fed mengungkapkan bahwa secara umum aktivitas ekonomi masih tumbuh dengan laju sedang. Namun, para pembuat kebijakan mengakui adanya tanda-tanda perlambatan di pasar tenaga kerja, termasuk perekrutan yang lebih lambat dan sedikit kenaikan dalam angka pengangguran.

“Inflation has moved up since earlier in the year and remains somewhat elevated. The Committee seeks to achieve maximum employment and inflation at the rate of 2 percent over the longer run. Uncertainty about the economic outlook remains elevated. The Committee is attentive to the risks to both sides of its dual mandate and judges that downside risks to employment rose in recent months,” demikian bunyi siaran pers itu.

Pemangkasan suku bunga biasanya disambut baik oleh pasar saham dan aset kripto, yang cenderung reli berkat biaya pinjam yang lebih murah. Tapi, tidak semua pihak merasa senang. Beberapa pengamat pasar justru melihat langkah ini sebagai sinyal peringatan.

Ekonom Claudia Sahm juga mengingatkan, investor sebaiknya hanya berharap pada pemangkasan suku bunga tambahan jika mereka siap menerima kemungkinan terjadi resesi. Dot plot FOMC menunjukkan hanya ada satu pemangkasan lagi di tahun 2026. Menariknya, tujuh dari sembilan belas pejabat memperkirakan tidak ada lagi pemangkasan pada 2026.

Sponsored
Sponsored

“If the [Jerome] Powell Fed ends up doing a lot more cuts….then we probably don’t have a good economy. Be careful what you wish for,” ucap Sahm kepada Fortune.

Bersamaan dengan pemangkasan suku bunga, bank sentral mengumumkan akan membeli US$40 miliar surat utang negara dalam 30 hari ke depan. Henrik Zeberg, Kepala Ekonom Makro di Swissblock, menuturkan bahwa hal ini memperjelas rapuhnya kondisi ekonomi.

“The truth is… The Economy is NOT well. It is rolling over – and that puts pressure on Liquidity, which is the signal the FED gets. But – FED don’t get, that the Consumer is crushed – and that it will cause the Recession,” terang dia lebih lanjut.

Zeberg mengungkapkan bahwa model ekonomi miliknya sudah memberi sinyal perlambatan sejak November 2024, sehingga menegaskan pandangannya bahwa AS sedang bergerak menuju resesi.

Sponsored
Sponsored

Indikator Resesi Nampak Merah Saat PHK Meningkat dan Usaha Kecil Gulung Tikar

Sementara itu, makin banyak indikator resesi yang bermunculan. Tekanan di pasar tenaga kerja terutama meningkat tajam. Per 1 Desember 2025, perusahaan-perusahaan di AS telah mengumumkan sekitar 1,2 juta PHK.

“That is the highest level since the pandemic and the most since the start of the Great Recession,” papar FactPost dalam keterangannya.

Seorang analis menekankan bahwa ketika kehilangan pekerjaan per tahun melampaui 1 juta, biasanya resesi pun menyusul atau sudah berlangsung.

Sponsored
Sponsored

The Kobeissi Letter melaporkan pekan ini bahwa pelaku usaha kecil di AS juga menghadapi tekanan keuangan yang makin berat. Rekor 2.221 perusahaan telah mengajukan kebangkrutan berdasarkan Subchapter V sepanjang tahun ini. Selama lima tahun terakhir, kasus kebangkrutan naik 83%.

Kenaikan ini terjadi meski batas maksimal utang diturunkan dari US$7,5 juta menjadi US$3 juta. Meski ambang batas semakin ketat, permohonan kebangkrutan tetap meningkat.

“The increase has been driven by persistently high borrowing costs, cautious consumer spending, and overall economic uncertainty, which have weighed on small business earnings. US small business bankruptcies are surging as if there is a recession,” komentar The Kobeissi Letter dalam postingannya.

Dengan semakin banyak sinyal resesi yang muncul, ekonomi AS menghadapi berbagai ujian besar. Meskipun pemangkasan suku bunga bisa memberi bantuan jangka pendek, lemahnya ekonomi secara mendalam bisa menguji ketahanan aset berisiko.

Bagi investor kripto, pertanyaan utama adalah apakah Bitcoin dan aset digital lain bisa berfungsi sebagai aset perlindungan atau justru ikut turun sejalan dengan tren risk-off ketika kondisi ekonomi terus memburuk.

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Disponsori
Disponsori