Sebuah perusahaan penambangan Bitcoin asal Australia, Iris Energy, tengah bersiap kehilangan daya penambangan 3,6 Exahash/detik setelah gagal membayar pinjaman senilai US$108 juta.
Iris Energy memutuskan untuk tidak membayar pinjaman yang mereka ambil untuk peralatan yang dioperasikan oleh dua fasilitas yang sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan tersebut. Tapi anehnya, perusahaannya justru lebih memilih untuk membangun operasi bisnis lainnya.
Iris Energy: Fasilitas Kami Tak Sanggup Hasilkan Pemasukan yang Cukup
Menurut penambang yang terdaftar di Nasdaq ini, setelah anak perusahaan lain yang menggunakan peralatan mereka menarik diri dari kesepakatan hosting, kedua entitas Iris Energy tidak dapat menghasilkan pemasukan yang cukup untuk membayar kredit mereka. Sehingga, menurut perjanjian kolateral dengan kreditornya, Iris Energy berencana akan menutup operasi dari kedua fasilitas ini.
Oleh karena itu juga, Iris Energy akan berusaha mendapatkan peralatan penambangan dari Bitmain agar bisa melakukan penambangan mandiri. Selain itu, kemungkinan mereka juga akan menyewakan kapasitas pusat datanya kepada perusahaan hosting lain.
Di samping mesin penambangan yang dijadikan sebagai kolateral, Iris Energy juga mengoperasikan daya penambangan 1,1 EH/dtk dan berencana mengoperasikan daya penambangan 1,3 EH/dtk.
Penambangan atau mining sendiri adalah proses mengamankan jaringan blockchain yang menggunakan model konsensus proof-of-work. Sedangkan, model konsensus adalah serangkaian peraturan yang mengatur transisi blockchain dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya.
Penambang akan mengakumulasi transaksi yang “terkonfirmasi” ke dalam blok transaksi untuk menambahkannya ke blockchain. Sementara itu, dalam blok yang ditambang tersebut, terdapat solusi dari masalah matematik rumit yang perlu dipecahkan dengan daya komputasi yang besar. Lalu, penambang akan mendapatkan koin dengan membuktikan kalau mereka telah mengontribusikan sumber daya komputasinya. Dalam proses ini, sejumlah penambang akan bersaing untuk mendapatkan hak dalam menerbitkan blok transaksi baru. Di sisi lain, proses menambang kripto, seperti Bitcoin, akan menjadi lebih sulit lagi jika jumlah penambang dalam jaringan semakin banyak.
Perusahaan Tambang Bitcoin Lainnya Juga Sedang Kesulitan
Dulunya, penambangan adalah kegiatan yang hanya digemari oleh para hobbyist saja. Namun, sekarang hal itu berubah dan kebanyakan dilakukan oleh perusahaan besar yang mengoperasikan pusat data khusus. Perusahaan-perusahaan ini mendapat benefit dari skala ekonominya. Sayangnya, kenaikan harga energi yang muncul akibat perang di Ukraina dan penurunan harga Bitcoin telah menyebabkan penambang kesulitan membayar utang.
Biaya untuk memproduksi BTC baru, atau sebutan lainnya Production Cost Floor, terpantau juga semakin mahal. Dengan kata lain, para penambang menjadi semakin sulit untuk mendapatkan profit. Seorang analis pasar kripto, Charles Edwards, memberikan prediksinya mengenai hal ini. Menurutnya, jika harga Bitcoin anjlok di bawah harga dasar biaya produksinya, akan ada banyak penambang yang tidak bisa mendapat untung. Dan pada akhirnya tidak mampu membayar utang mereka.
Terkait hal ini, laporan dari Argo Blockchain yang bermarkas di London menunjukkan bahwa perusahaannya hanya dapat menambang 204 BTC pada bulan Oktober 2022. Jumlah itu tidak cukup untuk membayar utang perusahaan. Tidak hanya itu, meskipun pihaknya telah menjual sebanyak 579 BTC dengan sisa 138 BTC. Kemudian, ditambah dengan jumlah koin yang akan ditambang pada November 2022, perusahaan kemungkinan besar masih tidak bisa menanggung biaya operasionalnya. Selain itu, mereka juga telah menjual hampir 4.000 komputer penambangan ke CleanSpark, yang juga merupakan perusahaan penambangan, pada 31 Oktober 2022 lalu.
Sementara itu, raksasa penambangan yang lain, Core Scientific, mengatakan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS bahwa pihaknya terancam tidak bisa membayar utangnya pada akhir November 2022. Tidak heran, keputusan ini juga memicu kekhawatiran terkait kebangkrutan perusahaan tersebut.
Menurut Charles Edwards, dalam tiga minggu terakhir, penjualan miner Bitcoin telah meroket 400%. Parahnya lagi, penjualan yang meningkat akan memberikan tekanan yang lebih berat lagi pada harga BTC dan menguras sumber pendapatan utama mereka.
Setelah mencuatnya berita mengenai ketidakmampuan Iris Energy dalam membayar pinjamannya, harga sahamnya turun cukup drastis lebih dari 12% dalam perdagangan harian atau intraday, menjadi US$1,64.
Bagaimana pendapat Anda tentang kondisi perusahaan penambangan Iris Energy ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.