Pergerakan pasar aset kripto dalam beberapa waktu ke belakang membuat panik banyak pihak. Betapa tidak, disaat investor institusi terus merangsek masuk dan menjadikan Bitcoin (BTC) sebagai cadangan keuangannya, aktivitas jawara kripto itu malah terus melemah. Kondisi yang seharusnya membuat aset digital semakin stabil, malah menyisakan banyak tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Pada perdagangan hari ini, harga Bitcoin (BTC) berada di kisaran US$112.950 berdasarkan CoinGecko. Aset kripto nomor wahid itu tergelincir 3,84% dari pekan lalu yang sempat bertengger di level US$117.480.
SponsoredPerbincangan di ruang maya juga masih riuh oleh apa sebenarnya yang terjadi pada BTC, apakah fase bearish sudah datang? Salah satu analis pasar, Stockmoney Lizards mengatakan di X, kekhawatiran bahwa pasar akan mengalami bearish kembali muncul. Hal itu bisa jadi benar, bisa juga tidak.
Namun menurutnya, fase tersebut belum waktunya untuk masuk meskipun beberapa indikator menunjukkan pelemahan.
“Kondisi tersebut adalah sesuatu yang telah kita lihat muncul di pasar bullish sebelumnya, jadi ini belum sepenuhnya menjadi tanda bahaya. Metrik on-chain juga belum menunjukkan tanda “puncak”. Alamat-alamat besar masih melakukan akumulasi dan tidak ada yang mencairkan dana,” jelasnya.
Dalam hematnya, pasokan uang M2 akan meningkat dan suku bunga kembali terpangkas. Menunjukkan sentimen makro yang positif. Sehingga ia optimistis bahwa harga Bitcoin akan kembali meningkat di kuartal 4, yang juga akan mendorong reli beberapa altcoin.
Ia memprediksi, harga Bitcoin di akhir tahun akan berada di kisaran US$160.000 hingga US$185.000. Meningkat 65% dari harga saat ini.
Bitcoin Berisiko Terkoreksi ke Bawah US$110.000
SponsoredSementara itu, Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur melihat bahwa kondisi harga Bitcoin tidak sesederhana tarik menarik antara jual dan juga beli. Karena, meskipun institusi ramai melakukan buy the dip saat harga BTC anjlok. Banyak aktivitas tersebut terjadi melalui OTC desk. Sehingga tidak langsung berdampak pada harga di bursa publik.
Selain itu, data terbaru juga menunjukkan adanya outflow dari exchange dalam jumlah besar. Menandakan adanya pergeseran menuju akumulasi jangka panjang.
“Kondisi itu memperkuat indikasi bahwa suplai mulai terserap oleh institusi besar, yang bisa mengurangi tekanan jual di masa depan,” jelas Fyqieh kepada BeInCrypto.
Terlepas dari hal itu, faktor makroekonomi tidak bisa dikesampingkan. Kebijakan suku bunga The Fed yang ketat, inflasi yang belum juga terkendali hingga risiko geopolitik dapat memperburuk sentimen pasar.
Lebih jauh lanjut Fyqieh, tekanan teknikal juga cukup nyata. Dengan volume perdagangan ritel menurun dan level support penting berada di kisaran US$109.000–US$110.000.
“Jika level ini tembus, koreksi lebih dalam hingga mendekati US$106.000 masih mungkin terjadi,” tambahnya.
Penurunan pasar kripto sangat kontras dengan kenaikan dalam dolar AS, yang menunjukkan bahwa investor bergegas mencari keamanan jangka pendek karena pasar berubah menjadi jenuh beli. Hal itu bertepatan dengan penurunan sekitar 7,50% dalam kapitalisasi pasar kripto, yang menunjukkan pengurangan risiko di kalangan trader.
Langkah-langkah ini menyusul pemangkasan suku bunga pertama Fed tahun ini, yang membuat pasar memiliki lebih sedikit katalis minggu ini. Menurut Fyqieh, fokus utama saat ini tertuju pada rilis pengukur inflasi pilihan The Fed, Personal Consumption Expenditures (PCE) , pada hari Jumat (26/9), yang dapat mengonfirmasi apakah The Fed mempertahankan sikap dovish-nya.
Bagaimana pendapat Anda tentang risiko turunnya harga Bitcoin di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!