Pergerakan harga sang jawara kripto pada perdagangan hari ini masih terlihat lesu. Harga Bitcoin (BTC) berada di kisaran US$88.928 berdasarkan CoinGecko, membuatnya semakin jauh dari level psikologis US$100.000 yang sempat dipertahankan pada awal Februari lalu.
Kebijakan ekonomi yang meluncur dari Amerika Serikat (AS) dituding menjadi biang keladi dari ambruknya harga aset kripto nomor wahid itu.
Memandang hal itu, trader Bittime, David Oswald menjelaskan, berdasarkan analisa teknikal, terdapat beberapa level support yang menjadi bantalan bagi Bitcoin untuk menahan laju penurunannya. Dengan level support awal di $86.000 dan terendah di kisaran US$69.000.
“Setelah memantau data historis pergerakan harga, fundamental makroekonomi serta berbagai sentimen lainnya, tim riset Bittime memprediksi pada 2025 harga support terendah Bitcoin akan berada di level US$69.000 dan resistance di US$120.000,” jelas David.
Menurut David, kondisi makroekonomi dan kebijakan di sekitar Amerika Serikat (AS) saat ini menjadi seperti pedang bermata dua. Karena, meskipun Presiden AS, Donald Trump memiliki sikap yang mendukung ekosistem kripto, tetapi di sisi lain, kebijakan luar negerinya membuat gejolak di pasar aset digital.
Namun demikian, prospek terhadap harga Bitcoin masih tetap akan cerah. Karena setelah bertahun-tahun berjuang dengan regulasi yang tidak jelas juga konsisten, keadaan mulai berubah. Dalam kacamata David, AS akan segera menyambut kongres yang paling ramah terhadap kripto. Hal itu akan memberikan pendorong bagi kinerja kripto di tahun ini.
Kehadiran ETF Bitcoin Jadi Katalis
Chief Marketing Officer (CMO) Bittime, Immanuel Giras Pasopati menambahkan, pada tahun ini permintaan akan kripto, khususnya Bitcoin akan tetap tinggi. Ia melihat sejak produk anyar tersebut meluncur di tahun lalu dan mendapatkan penerimaan pasar secara luas. Banyak investor institusi yang akhirnya ikut masuk ke dalam ETF berbasis kripto.
“Mulai dari dana pensiun, dana lindung nilai hingga penasihat investasi dunia sekarang memiliki ETF kripto. Karena adopsi institusi terus meningkat, mereka diprediksi akan menjadi sumber pemintaan jangka panjang yang stabil untuk kelas aset tersebut,” tutur Giras kepada BeinCrypto.
Ke depan, Giras percaya permintaannya akan terus bertambah karena industri saat ini tengah berfokus pada persetujuan untuk ETF spot token lainnya, seperti XRP, SOL, LTC dan juga HBAR di AS.
Selain itu lanjut Giras, narasi lain yang juga akan ramai di tahun ini adalah tokenisasi aset. Menukil data rwa.xyz, tokenisasi terus mengalami kemajuan yang signifikan pada tahun 2024. Karena real world assets (RWA) yang tertokenisasi tumbuh lebih dari 60% menjadi US$13,5 miliar (tidak termasuk stablecoin) per 1 Desember.
Banyak perusahaan yang akhirnya memulai eksperimen dengan menggunakan aset yang ditokenisasi sebagai agunan untuk transaksi keuangan lainnya. Seperti yang melibatkan derivatif, yang dapat memperlancar perputaran dana dan mengurangi risiko.
“Meskipun upaya ini menghadapi serangkaian tantangan uniknya sendiri. Kami percaya bahwa efek kumulatif dari investasi berkelanjutan dan penyempurnaan teknologi pada tahun 2025 akan menjadi panggung bagi tokenisasi. Untuk muncul sebagai landasan siklus pasar kripto saat ini,” pungkasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi harga Bitcoin di tahun 2025 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
