Harga Bitcoin pada perdagangan hari ini, Senin (18/8) longsor ke kisaran US$115.179. Angka itu merefleksikan koreksi 2,6% dalam 24 jam terakhir dan tertekan 5,3% dalam 7 hari ke belakang. Beberapa pihak memandang bahwa kondisi itu terjadi imbas dari rilisnya data Producer Price Index (PPI) yang lebih tinggi ketimbang prediksi. Namun apakah semata-mata karena hal itu?
Terlepas dari faktor yang menjadi penyebab utama rontoknya Bitcoin setelah sebelumnya berhasil mencetak level tertinggi sepanjang masa (ATH) baru. Nyatanya, kapitalisasi pasar aset kripto berdasarkan CoinGecko secara keseluruhan juga ikut turun ke kisaran US$3,96 triliun.
SponsoredSelain itu, Bitcoin Dominance juga kini berada di kisaran 59,50. Banyak pihak memandang bahwa kondisi tersebut merupakan sebuah sinyal akan bermulanya altcoin season. Karena rotasi modal mulai beralih dari aset kripto nomor wahid ke altcoin.
Merespons kondisi itu, Financial Expert Ajaib, Panji Yudha dalam keterangannya mengatakan data PPI terbaru meredam antusiasme terhadap Bitcoin. Aset tersebut sempat mengalami volatilitas tajam setelah rilis data Producer Price Index (PPI) AS.
Naiknya angka PPI memicu penguatan dolar AS secara cepat. Hal itu bisa terjadi lantaran pasar menilai adanya tekanan inflasi yang lebih besar di tingkat produsen. Sebagian mendapatkan dorongan dari dampak tarif era pemerintahan Trump.
Di sisi lain, dengan hasil PPI yang di atas ekspektasi pasar, berdampak sedikit mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga. Terlihat dari turunnya peluang pemangkasan suku bunga 25 bps atau 0,25% di CME FedWatch menjadi 92,8% dari sebelumnya 94,3%.
“Investor kini akan mencermati data inflasi berikutnya dan pernyataan The Fed sebagai penentu arah pasar aset kripto, di tengah kekhawatiran inflasi yang masih membayangi,” jelas Panji.
Kepanikan Investor Ritel
SponsoredNamun salah satu pengguna di X, Cas Abbé mengatakan bahwa saat ini banyak orang perlu memfilter noise dari sinyal pasar. Mulai dari informasi terkait penurunan suku bunga, Bitcoin Dominance hingga berita konflik geopolitik yang terjadi di dunia.
Karena dalam pandangannya, bulan lalu ketika Ethereum anjlok dari level US$3.900 ke kisaran US$3.300, banyak orang yang merasa panik.
“Sekarang mereka panik lagi, sementara Big Money melakukan akumulasi. Kita semua tahu apa yang akan terjadi,” jelasnya di X.
Panji menambahkan, pernyataan terbaru Menteri Keuangan AS, Scott Bessent yang menyatakan bahwa pemerintah federal berkomitmen untuk mencari cara menambah kepemilikan Bitcoin dalam Strategic Bitcoin Reserve, kembali membuka peluang pembelian BTC.
Kondisi itu menyiratkan arah yang lebih jelas, meskipun Bessent menekankan bahwa transaksi akan bersifat “netral anggaran”. Dan kemungkinan melalui pengalihan aset, bukan belanja baru.
Bagaimana pendapat Anda tentang pergerakan harga Bitcoin ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!