Harga Bitcoin (BTC) diprediksi mampu terbang ke level US$4,8 juta per koin, atau Rp68,94 miliar jika menggunakan asumsi kurs Rp14.364,35 per dollar AS.
Namun hal tersebut baru bisa tercapai jika Bitcoin menjadi salah satu cadangan devisa global.
Dalam sebuah kiriman di blog VanEck, Head of Active EM Debt VanEck, Eric Fine, dan Kepala Ekonom Van Eck, Natalia Gurushina, mengatakan bahwa, harga Bitcoin bisa berada di rentang harga US$1,3 juta sampai US$4,8 juta per koin.
Analisis tersebut disandarkan pada adanya perubahan pandangan dunia tentang transaksi dari aset kripto. Pecah perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat banyak negara barat akhirnya menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Beruang Putih tersebut.
Namun karena hal itu, Rusia justru tengah mempertimbangkan untuk menggunakan mata uang yang berbeda, termasuk diantaranya Bitcoin untuk dijadikan alat transaksi minyak dengan beberapa “mitra”, seperti China dan juga Turki.
Jika hal itu sampai terjadi, maka dominasi dolar Amerika Serikat (AS) bakal terpukul.
Meski begitu, baik Fine ataupun Gurushina percaya, bahwa mata uang yang ada di tangga teratas dalam prediksi mata uang untuk cadangan devisa global adalah Yuan Tiongkok.
Bitcoin untuk Lindung Nilai
Adopsi Bitcoin dalam dunia keuangan sudah dipercaya oleh banyak pihak untuk bisa menjadi penyeimbang atau digunakan untuk alternatif transaksi lainnya.
Salah satu opsi yang paling banyak menggema adalah penggunaan Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai atau hedging dalam menghadapi inflasi.
Selama ini, dunia menggunakan emas sebagai komoditas hedging guna menangkal terjadinya inflasi. Grafik harganya yang stabil dan jarang sekali menunjukkan kemerosotan membuat emas dikategorikan sebagai aset safe heaven.
Komoditas investasi tersebut bisa menjadi lindung nilai atas inflasi. Karena disaat harga barang-barang pokok naik, harga instrumen investasi tersebut juga naik yang bahkan kenaikannya bisa lebih tinggi dari kenaikan harga barang.
Namun, berdasarkan data Morningstar, emas ternyata tidak melulu selalu naik ketika inflasi sedang bergerak terbang. Karena pada tahun 1980-an, ada kalanya investor emas mendapatkan hasil negatif.
Dalam masa pandemi, emas tidak bisa lagi menjadi instrumen investasi jangka pendek. Sehingga, banyak orang yang masih menggenggamnya dan menjadikan emas sebagai instrumen investasi jangka panjang.
Membahas Bitcoin sebagai aset investasi lindung nilai, ada beberapa faktor yang menjadikannya layak dijadikan lindung nilai. Salah satunya adalah jumlahnya yang terbatas. Sampai dengan tahun 2021 lalu, sebanyak 18,77 juBTC telah tersebar dari total 21 juta koin BTC.
Artinya, semakin langka pasokan komoditas tertentu, semakin tinggi juga harganya. Sama seperti emas. Harga emas yang stabil dan pasokannya yang terbatas, menjadikan emas layak dijadikan sebagai instrumen cadangan devisa di banyak negara.
Selain itu, struktur BTC yang terdesentralisasi membuatnya independen dan bergerak tanpa adanya intervensi dari otoritas manapun.
Harga Bitcoin Masih Tertekan
Menurut data dari Coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) masih terus mengalami tekanan. Selama sepekan, aset digital dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia itu turun 1,47%.
Sementara itu, jika dilihat dalam 24 jam terakhir, harganya sudah terkoreksi 0,44% ke level US$46.319,37.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.