Trusted

Indodax : Reli Besar di Pasar Kripto Sering Diikuti Koreksi Tajam

3 menit
Diperbarui oleh Adi Wiratno
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Euforia pasar tidak boleh mengaburkan risiko inheren di aset kripto, jarena reli besar sering kali diikuti oleh koreksi tajam.
  • Rekor baru Bitcoin di level US$124.000 bukan hanya hasil dari optimisme jangka pendek, tetapi juga akumulasi kepercayaan pasar terhadap peran Bitcoin di masa depan.
  • promo

Pasca mencetak level tertinggi sepanjang masa baru (ATH) di kisaran US$124.000 pada perdagangan Kamis (14/8) kemarin, harga Bitcoin kembali mengalami koreksi. Pada perdagangan hari ini, sang jawara kripto itu saat ini berada di kisaran US$119.088. Pelaku pasar memandang, hal itu sebagai risiko inheren yang ada di pasar kripto.

Naiknya harga Bitcoin merupakan imbas dari stabilnya angka inflasi Amerika Serikat (AS) di Juli yang tercatat berada di angka 2,7%. Data ini memberikan sinyal bahwa tekanan harga mulai terkendail walau belum sepenuhnya hilang.

Nah stabilnya angka inflasi mendorong ekspektasi pasar, bahwa Bank Sentral Amerika Serikat akan memangkas suku bunganya di 17 September mendatang. Data CME FedWatch saat ini menunjukkan, peluang pemangkasan suku bunga kini berada di kisaran 93,9%, menjadi salah satu yang tertinggi di tahun ini.

Di sisi lain, investor global juga menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter akan meningkatkan likuiditas, yang berpotensi mendorong valuasi aset digital. Selain itu, penguatan harga BTC juga mendapatkan angin segar dari meningkatnya pembelian korporat dalam beberapa pekan terakhir.

Langkah korporasi ini tidak hanya memperkuat permintaan pasar, tetapi juga mengubah cara pandang terhadap Bitcoin. Dari sekadar instrumen spekulasi, Bitcoin kini mulai diposisikan sebagai aset treasury jangka panjang oleh pelaku usaha berskala global.

Meski demikian, The Fed kemungkinan bakal tetap memantau data tambahan sebelum mengambil keputusan. Langkah itu penting untuk memastikan kebijakan yang berjalan nantinya tidak menimbulkan risiko kembalinya tekanan inflasi.

Modal Global Lebih Berani Bergerak ke Aset Berisiko, Termasuk Kripto

Merespons kondisi tersebut Vice President Indodax, Antony Kusuma melalui keterangan resminya memandang kondisi saat ini sebagai titik kritis yang menggabungkan kekuatan sentimen makro dan fundamental pasar kripto.

“Kita sedang melihat pertemuan dua faktor besar. Inflasi yang mulai terkendali di bawah ekspektasi pasar, dan peluang pemangkasan suku bunga yang sangat tinggi. Kombinasi ini menciptakan kondisi di mana modal global lebih berani bergerak ke aset berisiko, termasuk kripto,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa rekor baru Bitcoin di level US$124.000 bukan hanya hasil dari optimisme jangka pendek, tetapi juga akumulasi kepercayaan pasar terhadap peran Bitcoin di masa depan.

Karena berbagai institusi besar, termasuk korporasi publik, kini mulai menempatkan Bitcoin sebagai bagian dari strategi treasury. Menurutnya, ini bukan hanya sekadar spekulasi, melainkan reposisi Bitcoin dari aset alternatif menjadi aset strategis.

Antony melihat langkah perusahaan seperti MicroStrategy dan beberapa raksasa keuangan lainnya sebagai sinyal yang mengubah lanskap.

“Ketika korporasi mengalihkan sebagian kas mereka ke Bitcoin, itu bukan hanya memengaruhi harga hari ini. Mereka mengirimkan pesan bahwa Bitcoin bisa berfungsi sebagai lindung nilai terhadap kebijakan moneter dan inflasi dalam jangka panjang,” tambahnya.

Reli Besar Sering Diikuti Oleh Koreksi Tajam

Namun, ia mengingatkan bahwa euforia pasar tidak boleh mengaburkan risiko inheren di aset kripto. Karena lanjut Antony, reli besar sering kali diikuti oleh koreksi tajam. Ini adalah hukum alam di pasar berisiko tinggi.

“Investor yang hanya mengejar kenaikan tanpa strategi keluar sama saja dengan masuk ke arena dengan mata tertutup,” tegasnya.

Menurutnya, tren harga Bitcoin sering kali menjadi cermin psikologi pasar secara keseluruhan. Saat ini tutur Antony, kita melihat optimisme tinggi karena The Fed diprediksi akan melonggarkan kebijakan. Tetapi narasi pasar bisa berubah hanya karena satu data ekonomi yang tidak sesuai harapan. Itu mengapa, investor perlu disiplin mengelola eksposur.

Ia juga menyoroti bahwa volatilitas bukanlah masalah yang harus terpinggirkan. Melainkan faktor yang harus mendapatkan pengelolaan lebih baik.

Dalam pandangannya, periode menjelang keputusan suku bunga The Fed akan menjadi ujian bagi kedewasaan investor.

“Mereka yang mampu memisahkan sinyal dari kebisingan pasar akan mampu mengambil keputusan yang tepat. Yang terjebak pada FOMO (fear of missing out) justru berisiko membeli di puncak,” ungkapnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

adi-wiratno.jpeg
Adi Wiratno
Adi adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 9 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
BACA BIO LENGKAP
Disponsori
Disponsori