Insiden keamanan yang dialami Orbit Chain pada pergantian tahun 2023 ke 2024 kemarin mendorong angka kerugian di Desember melonjak hingga hampir mencapai US$100 juta.
Data dari perusahaan keamanan blockchain PeckShield mengungkapkan peretasan yang terjadi di protokol multi chain Orbit Bridge menyumbang 82,14% dari total kerugian akibat peretasan di penghujung tahun 2023.
Setidaknya, sekitar US$99,3 juta dana kripto atau sekitar Rp1,53 triliun telah berpindah tangan ke alamat wallet peretas di Desember tahun lalu. Angka tersebut berasal dari 36 serangan yang dilakukan terhadap berbagai platform aset kripto.
“Peretasan Orbit Chain juga masuk dalam 10 eksploitasi teratas yang terjadi di multi-chain bridge, bersama dengan Ronin Network. Poly Network dan Wormhole Bridge yang masing-masing menelan kerugian US$624 juta, US$611 juta, dan US$320 juta,” tulis PeckShield.
Orbit Chain Juga Jadi Sasaran Tindak Kejahatan Lain
Menyoal peretasan yang dialaminya, manajemen Orbit Chain menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan atas aset yang dirampas. Sampai saat ini, dana curian yang ditampung di wallet milik peretas juga belum dipindahkan ke alamat lainnya.
Meskipun belum menjelaskan secara detail penyebab terjadinya eksploitasi, namun pihaknya berjanji untuk segera memberikan informasi setelah adanya tindakan terhadap alamat wallet pencuri.
Selain itu, untuk mempercepat investigasi, Orbit Chain juga mengaku telah mengembangkan sistem keamanan dengan Badan Kepolisian Nasional Korea dan juga Badan Internet & Keamanan Korea (KISA).
“Tujuannya adalah untuk mendukung proses penyelidikan dan analisis sehingga menghasilkan pendekatan yang lebih proaktif dan komprehensif,” jelas Orbit Chain.
Di samping peretasan, pelaku kejahatan juga memanfaatkan kondisi nasabah Orbit Chain yang tertekan untuk melancarkan kampanye palsu. Para pelaku membuat akun media sosial yang mirip dengan Orbit Chain untuk mengelabui nasabah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredensial pengguna melalui iming-iming pemulihan dana dengan skema phishing.
Dalam utas X, pihak Orbit Chain menjelaskan bahwa setiap klaim penggantian biaya yang beredar saat ini adalah palsu. Sejauh ini, belum bisa dipastikan berapa banyak kerugian yang sudah dihasilkan dari aktivitas penipuan tersebut.
Mengundang Kekhawatiran Komunitas
Sikap Orbit Chain yang belum juga menyuarakan detail kejadian dan penyebab utama terjadinya peretasan mengundang spekulasi dari komunitas. Beberapa pihak menduga bahwa peristiwa tersebut terjadi karena adanya phishing atau kebocoran private key.
ChainLight, selaku perusahaan keamanan siber yang bekerja sama dengan Orbit untuk melakukan penyelidikan, hanya menyebut insiden yang terjadi berada di luar cakupan penilaian keamanan perusahaan (seperti keamanan node).
“Meski begitu, kami tetap mendedikasikan sumber daya dan talenta terbaik untuk membantu klien kami [Orbit Chain] bisa menyelesaikan masalah ini” jelas ChainLight.
Terkait hal ini, beberapa pengguna lainnya menyuarakan di X agar pihak Orbit Chain mengembalikan transaksi yang sampai saat ini masih macet untuk divalidasi.
Sebagai informasi, Orbit Chain merupakan protokol multi chain asal Korea Selatan yang saat ini mendukung transaksi untuk 21 blockchain. Berdasarkan laman resminya, Orbit Chain sudah memiliki total volume perdagangan sebanyak 13,07 miliar dengan jumlah transaksi sebesar 1,03 juta.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.