Kembali

Fakta di Balik Kebiasaan Trading Crypto yang Emosional

author avatar

Ditulis oleh
Marc Guberti

editor avatar

Diedit oleh
Zummia Fakhriani

25 September 2025 16.10 WIB
Tepercaya
  • Menurut survei terbaru, 92% investor kripto melakukan trading secara emosional, sering kali terbawa hype, lonjakan harga, dan berita utama.
  • Pemicu utama meliputi lonjakan harga, liputan media, dan buzz di media sosial, yang berujung pada keputusan jangka panjang yang buruk.
  • Strategi seperti diversifikasi, dollar-cost averaging (DCA), dan fokus pada fundamental membantu investor tetap logis.
Promo

Ketika berbicara soal investasi, jauh lebih baik membuat keputusan logis daripada emosional. Terjebak momentum, kerugian yang baru terjadi, dan berita utama media dapat menyebabkan keputusan buruk yang merugikan imbal hasil jangka panjang seorang investor kripto.

Sayangnya, sebagian besar investor malah membiarkan emosi mengambil alih saat trading kripto. Sebuah survei ChainPlay menemukan bahwa 92% investor kripto membuat keputusan beli berdasarkan emosi.

Pemicu di Balik Investasi Kripto Emosional

Ini merupakan tanda yang mengkhawatirkan bagi investor yang ingin mendulang imbal hasil jangka panjang dengan kripto. Ada beberapa katalis yang memicu investasi emosional. Dan investor juga memiliki sejumlah cara untuk mengendalikan emosi mereka.

Sponsored
Sponsored

Survei ChainPlay tidak hanya mengungkap bahwa banyak orang membiarkan emosi memandu investasi mereka. Survei ini juga menyoroti 5 pemicu emosional paling umum di kalangan investor.

Lonjakan harga yang cepat menjadi pemicu emosional teratas, memengaruhi 31% investor. Lonjakan volume trading serta liputan media berada di posisi berikutnya, masing-masing sebesar 21,7% dan 14,6%.

Hype media sosial dan juga peluncuran token baru melengkapi daftar ini, memengaruhi masing-masing 13% dan 11,7% investor.

Volatilitas tinggi atau dugaan akan pergerakan harga yang signifikan di masa depan nampaknya memicu emosi investor kripto. Terlalu terbawa emosi pada suatu aset kripto dapat menyebabkan investor menyimpan aset terlalu lama atau justru menjualnya terlalu cepat.

Meskipun investor saham juga melakukan perdagangan emosional, investor kripto mungkin lebih rentan karena aset mereka diperdagangkan 24/7.

Sponsored
Sponsored

Investor saham tidak bisa melakukan trading di akhir pekan, yang memberi mereka waktu untuk meredakan sebagian emosi alih-alih membuat keputusan buruk.

Sebaliknya, pasar kripto tidak pernah tidur, selalu menyuguhkan hype media sosial dan volatilitas yang dapat segera mereka respons.

Mayoritas yang Mengaku Investor Jangka Panjang, Cepat Tinggalkan Asetnya

Survei tersebut juga menemukan bahwa banyak orang yang mengaku sebagai investor jangka panjang justru menjual posisi kripto mereka dalam waktu kurang dari satu tahun.

Meskipun 87,6% responden menyatakan bahwa potensi jangka panjang adalah alasan utama mereka membeli suatu aset kripto, faktanya hanya 33,4% investor kripto yang benar-benar HODL investasi mereka lebih dari satu tahun.

Sponsored
Sponsored

“Perilaku ini secara langsung bertentangan dengan filosofi investasi yang mereka nyatakan dan menunjukkan adanya kesenjangan antara niat dan eksekusi dalam investasi kripto,” ujar ChainPlay saat membagikan hasil survei.

Emosi dan volatilitas dapat menyebabkan investor untuk meninggalkan investasi yang sangat mereka yakini hanya beberapa bulan yang lalu. Mengulang perilaku ini membuatnya semakin mudah untuk diulangi lagi, layaknya sebuah kebiasaan.

Cara Cegah Investasi Secara Emosional

Meskipun sebagian besar investor kripto membiarkan emosi membimbing keputusan investasi mereka, Anda bisa menjadi pengecualian. Menyadari bahwa Anda membiarkan emosi memengaruhi trading kripto Anda adalah langkah pertama untuk mengatasi masalah ini.

Diversifikasi ke berbagai kripto dan dollar-cost averaging (DCA) juga dapat membantu menjaga emosi tetap terkendali. Diversifikasi portofolio bisa membantu mengurangi risiko. Jika salah satu posisi kripto Anda tidak berkinerja baik, yang lain bisa menutupi kerugian tersebut.

Fokus pada fundamental sebuah kripto juga lebih baik ketimbang hanya terpaku pada pergerakan harga saat ini.

Sponsored
Sponsored

Sebagai contoh, meme coin lebih bersifat spekulatif dibandingkan token yang memiliki utilitas nyata.

Jika satu-satunya alasan Anda membeli aset kripto adalah karena nilainya naik dua kali lipat dalam sepekan terakhir, grafik harga yang terus berubah akan menentukan bagaimana perasaan Anda tentang aset tersebut.

Namun, jika Anda bullish pada suatu kripto karena utilitasnya, maka pendapat Anda lebih kecil kemungkinannya untuk berubah walau nilainya turun, selama utilitasnya tetap utuh.

Maka dari itu, mengetahui apa alasan Anda membeli suatu aset kripto dan meluangkan waktu untuk mempertimbangkan keputusan bisa mengubah investor dari pola investasi emosional menuju investasi yang lebih logis.

Bagaimana pendapat Anda tentang fakta di balik kebiasaan trading crypto yang emosional di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

"Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris."