Setelah 41 hari shutdown parsial pemerintah, Amerika Serikat (AS) kabarnya akan segera dibuka kembali. Di saat yang sama, Presiden Donald Trump mengumumkan rencana “dividen tarif”. Yakni, insentif senilai US$2.000 bagi setiap warga AS yang dipandang sebagai sinyal kuat stimulus fiskal baru.
Kedua perkembangan ini memicu spekulasi di kalangan investor: Apakah Bitcoin akan mencatat breakout baru seiring arus likuiditas kembali ke ekonomi AS?
SponsoredShutdown Pemerintah AS Berakhir: Likuiditas Siap Kembali ke Pasar?
Menurut jurnalis Nick Sortor di X, Continuing Resolution telah disetujui oleh Senat dengan hasil suara 60 banding 40. Keputusan ini membuka jalan bagi berakhirnya shutdown selama 41 hari, periode terpanjang dalam sejarah modern AS.
Namun, RUU tersebut masih butuh persetujuan final dari DPR dan tanda tangan Presiden sebelum resmi berlaku. Proses ini diperkirakan rampung dalam beberapa hari ke depan. Data prediksi dari Polymarket menunjukkan lebih dari 90% investor yakin bahwa shutdown pemerintah AS akan resmi berakhir minggu ini.
Kabar pembukaan kembali pemerintah mulai menyebar di media sosial awal pekan ini, mendorong kenaikan harga saham AS, emas, perak, dan juga Bitcoin (BTC).
“Berita bahwa shutdown pemerintah akan segera berakhir mendorong reli di saham, emas, perak, dan Bitcoin. Kesepakatan ini berarti Washington kembali beroperasi normal. Defisit dan inflasi akan meningkat, dan investor akan terus mencari alternatif dari dolar AS yang terdepresiasi,” komentar ekonom Peter Schiff.
Secara historis, Bitcoin menunjukkan respons kuat setelah shutdown sebelumnya berakhir. Menurut data yang dibagikan di X, Bitcoin mencatat kenaikan 96% dan 157% setelah penyelesaian shutdown pada Februari 2018 dan Januari 2019.
Sponsored SponsoredNamun, reli tersebut mungkin juga bertepatan dengan fase pemulihan pasar yang lebih luas, bukan semata akibat berakhirnya shutdown. Meski demikian, jika sejarah berulang, reli serupa biasanya terjadi dengan jeda beberapa minggu, tergantung pada kondisi ekonomi makro yang sedang berubah.
Walau RUU belum ditandatangani menjadi undang-undang, persetujuan Senat telah memberikan sinyal psikologis positif ke pasar. Ekspektasi kembalinya likuiditas mendorong investor untuk beralih ke aset berisiko seperti Bitcoin. Dalam jangka pendek, BTC berpotensi mempertahankan momentum naik jika langkah legislatif final segera tuntas — dan ini bisa memicu gelombang risk-on di pasar global.
Sponsored Sponsored“Dividen Tarif”: Stimulus Fiskal Baru Trump dan Dampaknya ke Bitcoin
Menjelang proses pembukaan kembali pemerintah, Presiden Donald Trump memperkenalkan kebijakan “dividen tarif”, yakni pembayaran tunai US$2.000 bagi setiap warga AS. Ia juga mengumumkan beberapa kebijakan keuangan mencolok lainnya, termasuk kredit hipotek 50 tahun, pembayaran asuransi langsung, serta pemangkasan subsidi perusahaan asuransi — menandakan komitmen kuat untuk ekspansi fiskal di tahun 2026.
Jika diterapkan, kebijakan ini dapat menyuntikkan ratusan miliar dolar ke perekonomian AS, dengan efek limpahan ke pasar keuangan dan kripto.
Namun, seperti dikutip dari analis Ian Miles Cheong yang menyoroti pendapat penasihat keuangan Scott Bessent, “dividen tarif” kemungkinan tidak berbentuk pembayaran tunai langsung, melainkan dalam bentuk pengurangan pajak atau kebijakan bebas pajak untuk tip (no tax on tips).
Terlepas dari bentuknya, kebijakan tersebut tetap berpotensi meningkatkan likuiditas dan daya beli masyarakat, kondisi yang secara historis menguntungkan bagi Bitcoin.
SponsoredBitcoin: Titik Balik atau Bull Trap sebelum Gelombang Berikutnya?
Situasi makro saat ini mencerminkan pola serupa dengan fase sebelum reli besar Bitcoin pada tahun 2020. Bitcoin kembali menegaskan sifat gandanya: sebagai aset lindung nilai sekaligus instrumen investasi berisiko tinggi dengan potensi imbal hasil besar.
Saat ini, Bitcoin berada di titik krusial antara potensi bullish breakout atau justru bull trap jangka pendek. Jika kebijakan fiskal baru terealisasi dan likuiditas benar-benar mengalir kembali, BTC bisa memulai fase pertumbuhan baru. Namun, apabila kebijakan tertunda atau direvisi, pasar bisa terkoreksi sementara sebelum memasuki fase akumulasi ulang menuju pertumbuhan jangka panjang.
Saat ini, harga BTC terkoreksi ke kisaran US$101.500, meskipun tekanan jual melonjak lebih dari 1.300% seiring meningkatnya arus keluar dari wallet jangka pendek ke exchange.
Dalam analisis lain, siklus likuiditas 65 bulan diperkirakan mencapai puncaknya pada kuartal I–II 2026, dengan potensi koreksi 15–20% karena valuasi yang mulai memanas, meski waktu pastinya masih belum dapat dipastikan.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek harga Bitcoin bila shutdown AS berakhir? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!