Pasar kripto sedikit mengalami gejolak dalam perdagangan pada hari Selasa (3/4) pukul 08.30 WIB. Data CoinMarketCap menunjukkan pergerakan Bitcoin (BTC) mengalami koreksi 5,64% ke level US$65.503. Adanya aliran dana (netflow) negatif dari exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot dinilai menjadi salah satu penyebabnya.
Terkait hal ini, Fahmi Almuttaqin, selaku Crypto Analyst Reku, mengatakan bahwa ETF Bitcoin spot mengalami minus US$85,7 juta pada hari Senin (1/4) kemarin. Hal itu menjadi netflow negatif pertama sejak netflow positif pada 25 Maret lalu.
Meski begitu, Fahmi menjelaskan bahwa investor tidak perlu panik, karena koreksi yang terjadi tidak serta merta membuat BTC menjadi tidak menarik atau memperlihatkan tren yang mulai berubah.
Ditambah lagi, harga BTC secara perlahan juga kembali menunjukkan perlawanan dan pada saat penulisan pada pukul 10.42 WIB, sudah mendaki ke level US$66.041. Hal itu memperlihatkan bahwa pasar tidak menarik diri dan Bitcoin tetap menjadi instrumen investasi yang diharapkan mampu menjadi solusi dalam dinamika ekonomi dunia yang masih berkutat dengan inflasi dan tantangan pertumbuhan.
Menurut Crypto Analyst Reku itu, Bitcoin sebagai aset investasi memiliki potensi sebagai alat yang bisa melindungi investor dari risiko inflasi dan tantangan pertumbuhan ekonomi.
“Saat ini, kondisi perekonomian internasional dan nasional masih dibayang-bayangi upaya menurunkan inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi,” jelas Fahmi.
Federal Reserve (The Fed), selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) juga sudah menerapkan strategi hawkish untuk menurunkan inflasi, tetapi nyatanya sampai saat ini masih bekum mampu mencapai target inflasi yang diinginkan.
Bitcoin Jadi Instrumen Diversifikasi
Di level domestik, data Badan Pusat Statistik (BPS) menggarisbawahi bahwa sepanjang Ramadan tahun ini, tingkat inflasi sudah bertumbuh 0,52% dari periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut, ditambahkan Fahmi, merefleksikan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional masih terus berkutat dengan inflasi.
Oleh karena itu, dengan melakukan diversifikasi investasi ke kelas aset yang tidak memiliki hubungan langsung dengan sentimen ekonomi tradisional, bisa menjadi salah satu solusi jitu untuk menjaga nilai kekayaan.
“Bitcoin menjadi instrumen global yang dapat memenuhi kriteria tersebut. Di AS, saat ini banyak investor institusional yang mulai mengadopsi BTC dan menyarankan kliennya untuk mengalokasikan setidaknya 1% dari portofolio investasinya di Bitcoin,” ungkap Fahmi.
Beberapa perusahaan dunia juga telah mengumumkan kepemilikan Bitcoin mereka. Mulai dari Tesla, Microsoft, hingga Paypal.
Kondisi yang terjadi saat ini dinilai Fahmi merupakan saat yang tepat bagi investor untuk memborongnya. Karena begitu koreksi terjadi, artinya investor bisa mendapatkan Bitcoin dengan harga diskon.
Ditambah lagi, ada sentimen positif yang tengah ditunggu oleh pasar dalam waktu dekat ini, yaitu peristiwa Bitcoin halving. Momen 4 tahunan sekali ini diharapkan mampu meningkatkan kelangkaan BTC karena tingkat imbalan Bitcoin dipangkas setengahnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
