Hyperliquid (HYPE) menghadapi pengawasan ketat setelah insiden manipulasi pasar yang melibatkan token JELLY. Tanggapan platform terhadap krisis ini menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas mekanisme pengendalian risikonya.
Beberapa pemimpin industri memperingatkan bahwa Hyperliquid mungkin menuju jalur berbahaya. Beberapa pihak membandingkannya dengan keruntuhan FTX yang terjadi pada tahun 2022. Exchange terpusat ini gagal karena salah kelola dan kurangnya transparansi.
Hyperliquid Bakal Bernasib Sama dengan FTX?
BeInCrypto melaporkan bahwa kontroversi bermula ketika seorang trader melakukan skema manipulasi. Ia menjalankan shorting token JELLY dan kemudian memompa harganya di chain. Hal ini menyebabkan vault Hyperliquidity Provider (HLP) platform tersebut menderita rugi sekitar US$12 juta.
Sebagai respons, Hyperliquid kemudian menghapus JELLY dari daftar. Tujuannya untuk menghindari potensi kewajiban US$230 juta. Mereka juga menyelesaikan posisi pada US$0,0095, menggantikan harga oracle sebesar US$0,50.
Meskipun hal itu mengurangi kerusakan, namun aksi tersebut memicu kritik luas. Gracy Chen, CEO dari crypto exchange Bitget, menyebut langkah tersebut “tidak dewasa, tidak etis, dan tidak profesional.”
“Hyperliquid mungkin sedang menuju menjadi FTX 2.0,” klaimnya.
Menurut Chen, insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran secara signifikan terkait integritas HyperLiquid, lantaran pengguna meragukan keandalan platform. Ia juga mencatat bahwa langkah Hyperliquid hanya menetapkan preseden berbahaya untuk kepercayaan pengguna.
“Meskipun mempresentasikan dirinya sebagai decentralized exchange inovatif dengan visi berani, Hyperliquid beroperasi lebih seperti CEX offshore tanpa KYC/AML. Memungkinkan aliran ilegal dan pelaku buruk,” tambah Chen.
Dia juga mengkritik desain produk Hyperliquid. Menyoroti bahwa cacat seperti vault campuran mengekspos pengguna pada risiko sistemik, dan ukuran posisi tak terbatas memungkinkan terjadinya manipulasi. Jika masalah ini tidak terselesaikan, lanjut Chen, altcoin lain bisa berfungsi sebagai senjata melawan HyperLiquid. Menempatkannya pada risiko keruntuhan besar berikutnya dalam ruang kripto.
Namun menariknya, pada April 2023, CEO Hyperliquid Jeff Yan juga pernah mengangkat alarm serupa tentang Bitget.
“Bitget mungkin menjadi FTX berikutnya,” jelasnya.
Dalam serangkaian tweet, Yan menyoroti kekhawatirannya tentang operasi dan masalah etika Bitget. Dia mengkritik platform tersebut karena ketidakjujuran dalam mesin pencocokannya. Yan mengeklaim bahwa Bitget berpura-pura sebagai order book exchange yang menggunakan struktur berbeda di belakang layar. Ia yakin bahwa hal itu tidak etis dan kemungkinan ilegal.
Hyperliquid Acuh Menanggapi Insiden Peretasan Korea Utara
Co-founder Hyperliquid merinci bagaimana Bitget diduga mendapat untung dari aliran pengambil ritel dan copy trading, khususnya dengan memanipulasi pesanan. Dia menekankan bahwa crypto exchange seperti Bitget seharusnya tidak menerima pendanaan tambahan, karena industri kripto pantas mendapatkan lebih banyak transparansi dan perilaku etis.
“Meskipun sekarang lebih baik, kekhawatiran etis tetap ada. Saya tidak akan menyentuh exchange tersebut dengan tongkat sepanjang 10 kaki,” ujar Yan.
Namun, arus telah berbalik, dan kini Hyperliquid menjadi subjek kritik industri. Penyelidik on-chain ZachXBT mengungkapkan bahwa Hyperliquid nampaknya acuh tak acuh terhadap peretas Korea Utara yang menggunakan dana curian untuk membuka posisi di platform. Tetapu, mereka malah bertindak cepat dalam insiden JELLY.
“Ketika itu adalah peretasan Radiant dengan dana DPRK (ribuan korban) mereka mengeklaim tidak bisa melakukan apa-apa dan memberikan informasi tepat waktu. Tetapi ketika itu adalah meme coin PVP berkapitalisasi rendah, beberapa validator dan persentase besar dari stake dikendalikan oleh HL bergegas menutup posisi pada harga sewenang-wenang. Desentralisasi yang sebenarnya masih jarang di ruang ini,” tulis Zach.
Mantan CEO BitMEX Arthur Hayes menggemakan kritik sentralisasi ini.
“HYPE tidak bisa menangani JELLY. Mari berhenti berpura-pura hyperliquid terdesentralisasi,” tegas Hayes.
Sementara itu, insiden ini juga berdampak negatif pada HYPE. Token itu mengalami kerugian dua digit setelah insiden tersebut. Data BeInCrypto menunjukkan bahwa nilai HYPE turun 7,8% selama sehari terakhir. Pada penulisan, HYPER bergerak pada US$14,4.

Tidak hanya harga, tetapi Total Value Locked (TVL) juga mengalami penurunan. Menurut data dari DefiLama, TVL HLP turun sekitar 32,3% dari US$287,8 juta pada hari Rabu menjadi US$194,8 juta hari ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang tindakan Hyperliquid dalam kontroversi JELLY ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
