Diskusi terkait Bitcoin (BTC) sebagai mata uang digital, aset atau bahkan gerakan kembali menggema di ruang maya. Berangkat dari soal perspektif apakah Bitcoin masuk sebagai kategori zero sum, status Bitcoin dikupas habis oleh 3 praktisi pasar aset digital Indonesia ini.
Co-founder Bitcoin Indonesia, Dimas Surya Alfaruq dalam Podcast Kribo (Ngobrol Bareng BeInCrypto) menjelaskan bahwa Bitcoin dalam pandangannya adalah bentuk evolusi dari uang. Karena jika melihat dari sejarah uang itu sendiri lanjut Dimas, uang terus mengalami perubahan. Dari awalnya adalah sistem barter, kemudian menjadi barang seperti emas, dan kemudian juga di cetak terbatas oleh pemerintah seperti sekarang.
BTC juga seperti itu, aset kripto nomor wahid itu memiliki jumlah pasokan yang terbatas, yakni sebanyak 21 juta koin yang membuat nilainya terus mengalami peningkatan.
Memandang hal itu, OG Bitcoiner 2017, Anthony Melvin memiliki sudut pandang lain. Ia melihat bahwa BTC lebih dari sekadar uang. Lantaran jika melihat kemampuannya, uang hanya bisa melakukan transfer nilai di waktu yang sama, dengan nilai yang sama.
Sementara Bitcoin bisa melakukan transfer nilai melalui waktu. Jadi setiap holder Bitcoin bisa memiliki daya beli untuk masa depan, karena nilainya yang seiring waktu terus bertambah.
Analis kripto independen, Ahmad Rifai justru memandang bahwa BTC bisa dilihat sebagai apa pun. Baik itu uang, pergerakan atau aset. Tergantung dari fungsinya. Bahkan ada juga yang memandang bahwa Bitcoin adalah racun tikus, seperti pernyataan dari Charlie Munger, partner Warren Buffet.
“Sebenarnya ini adalah persepsi dari value. Di mana ketika orang melihatnya itu lebih berharga ketimbang aset lain. Sehingga untuk saat ini, BTC adalah uang atau movement yang lebih baik dari aset lain,” tutur Rifai.
Whitepaper BTC, Terobosan dalam Dunia Kriptografi
Membincang jawara kripto, rasanya tak lengkap jika tidak mengupas whitepaper BTC itu sendiri. Menurut Dimas, kemunculan whitepaper Bitcoin di 2008 merupakan sebuah rencana bisnis yang revolusioner. Betapa tidak, dokumen tersebut berhasil memecahkan masalah kriptografi yang selama 40 tahun tidak terpecahkan.
Yakni bagaimana mentransfer nilai melalui internet tanpa adanya bantuan dari pihak ketiga. Solusi yang muncul adalah dengan pemanfaatan teknologi blockchain yang dikombinasikan dengan proof-of-work. Teknologi tersebut juga secara efektif menyelesaikan masalah double-spending secara terdesentralisasi.
“Dulu sebelum adanya whitepaper ini, proses pengiriman uang melalui internet membutuhkan bantuan SWIFT. Dan menghabiskan waktu cukup lama dalam proses pengirimannya,” ungkap Dimas.
Bitcoin Zero Sum?
Sementara itu terkait dengan pandangan yang menyebut bahwa Bitcoin adalah zero sum game. Dimas menjelaskan bahwa status Bitcoin tergantung di mana aset tersebut berjalan. Dalam kacamatanya, jika penggunaan Bitcoin hanya terbatas sebagai trading di exchange, kemungkinan bisa menjadi zero sum.
Namun di Bitcoin Indonesia, Dimas melihat bahwa BTC memiliki beberapa fungsi. Pertama sebagai uang dan kedua adalah tools dalam mencapai kedaulatan finansial.
Menurutnya, sistem keuangan saat ini membuat masing-masing individu tidak memiliki kontrol terhadap uang. Baik dari sisi pasokan, daya beli maupun transaksi. Tetapi dengan memiliki Bitcoin, setiap pemegangnya bisa mengontrol BTC milliknya.
“Apakah mau kita simpan, kita mau kirim BTC, atau pun, kita ingin menerima BTC,” tutur Dimas.
Di sisi lain, Anthony melihat bahwa Bitcoin adalah jaringan. Semakin besar jaringan maka semakin berharga Bitcoin. Kondisi itu jauh berbeda dengan pandangan yang menyebut bahwa BTC adalah zero sum, di mana setiap keuntungan individu, maka kerugian bagi individu lainnya.
Perspektif Ekonomi
Karena siapapun yang masuk ke jaringan tersebut, akan tetap mendapatkan keuntungan. Hal itu terlihat dari apresiasi harga BTC sejak pertama kali muncul hingga saat ini.
Ahmad Rifai cenderung lebih realistis dalam melihat hal tersebut. Ia menyatakan bahwa BTC bisa masuk sebagai zero sum tergantung dari perspektif. Menurutnya, saat seseorang masuk ke BTC hanya mengandalkan perspektif ekonomi, yakni untuk mengubah kondisi hidupnya, maka mereka akan masuk dalam permainan zero sum.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
