Kembali

OJK Fokus Pelajari Dampak dan Risiko Blockchain di Perbankan

sameAuthor avatar

Ditulis & Diedit oleh
Adi Wiratno

07 Maret 2025 16.08 WIB
Tepercaya
  • OJK terus mencermati perkembangan teknologi blockchainĀ yang berpotensi diterapkan dalam sektor perbankan, fokus untuk melihat dampak dan risiko dari pemanfaatan teknologi tersebut.
  • Raksasa perbankan global, termasuk JPMorgan, kfW hinga Deutshce Bank telah aktif menggunakan teknologi blockchain.
Promo

Integrasi teknologi blockchain di ruang perbankan global secara perlahan terus bertambah masif. Beberapa bank raksasa tingkat dunia seperti JPMorgan, kemudian kfW yang berbasis di Jerman hingga Deutsche Bank, telah secara aktif mengintegrasikan solusi blockchain Ā ke dalam operasionalisasinya. Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Merespons hal itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae mengakui bahwa teknologi blockchain kini sudah menjadi bagian dari inovasi di sektor perbankan dalam banyak negara.

Masing-masing entitas memanfaatkannya untuk mendukung kegiatan usaha bank, agar bisa terus bersaing di ruang digital.

ā€œPemanfaatan teknologi tersebut akan mendorong decentralized financeĀ (DeFi), yang memungkinkan masyarakat mengakses layanan keuangan tanpa perantara. Seperti bank atau lembaga keuangan tradisional. Sehingga meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, transparansi dan aksesibilitas terhadap berbagai produk keuangan,ā€ jelas Dian saat Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan Februari 2025.

Sponsored
Sponsored

Namun di sisi lain, sifat dari DeFi sendiri menurut Dian adalah borderlessĀ dan anonim. Sehingga menghadirkan risiko yang terkait dengan pencucian uang, pembiayaan teroris, volatilitas pasar serta isu mengenai perlindungan konsumen.

Masih Fokus Pelajari Dampak dan Risikonya

Oleh karena itu, Dian menegaskan bahwa pihaknya sampai saat ini terus mencermati perkembangan teknologi blockchainĀ yang berpotensi diterapkan dalam sektor perbankan. Regulator, dalam hal ini OJK akan fokus untuk mempelajari dampak dan juga risiko dari teknologi baru tersebut.

ā€œIsu ini masih terus didiskusikan secara internasional. Agar masing-masing negara bisa merespons secara lebih approriate antara manfaat dan dampak yang mungkin timbul,ā€ tambah Dian.

Terlepas dari hal itu, OJK mengaku telah menerbitkan beberapa kebijakan untuk bisa mengakselerasi transformasi digital perbankan Indonesia. Ke depan ditambahkan Dian, juga akan diterbitkan aturan mengenai artiificial intelligenceĀ (AI) yang saat ini masih dalam perumusan.

Sebagai catatan, di saat negeri ini masih terus melakukan kajian mendalam tentang pemanfaatan blockchain, sudah lebih dari setahun yang lalu, JPMorgan telah mengaktifkan aplikasi penyelesaian agunan berbasis blockchain.

PlatformĀ anyar itu diklaim mampu membantu memindahkan agunan hampir real-time, yang menunjukkan perkembangan signifikan ketimbang proses yang selama ini berjalan.

Bagaimana pendapat Anda tentang integrasi blockchain dengan lembaga perbankan ke depannya? Yuk, sampaikan pendapat Anda diĀ grup Telegram kami. Jangan lupaĀ followĀ akunĀ InstagramĀ danĀ TwitterĀ BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetapĀ updateĀ dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

"Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris."