Olimpiade 2024 yang digelar di Paris, Prancis, mengalami insiden siber yang mengincar kripto. Salah satu lokasi untuk ajang seni bela diri dan juga anggar dalam perhelatan tersebut, Grand Palais, menjadi target serangan oleh peretas.
Laporan media lokal menyebutkan, selain Grand Palais, beberapa museum termasuk Louvre dan 40 museum lain di Prancis menjadi sasaran. Kejadian tersebut pertama kali diketahui oleh Direktur Sistem Informasi Grand Palais pada 3 dan 4 Agustus lalu. Saat itu, dia melihat ada yang tidak biasa dalam sistem.
“Terdapat aktivitas yang tidak bisa dalam sistem dan muncul peringatan bahwa serangan ransomware sedang berlangsung,” jelas laporan.
Skema yang dijalankan adalah dengan menerapkan strategi pemerasan ganda, di mana aktor jahat akan menjual kunci untuk bisa mendekripsi data kepada korban. Setiap target dimintai jumlah tertentu dalam bentuk aset kripto untuk bisa memperoleh kembali akses.
Meskipun tidak dijelaskan berapa besar uang tebusan yang diminta oleh peretas, pelaku disebut siap menjual data tersebut kepada penawar yang lebih tinggi jika korban menolak melakukan pembayaran.
Pakar Intelijen Prediksi Rusia Akan Menjalankan Serangan Siber di Olimpiade Paris 2024
Menariknya, satu bulan sebelum peristiwa ini terjadi, pakar intelijen keamanan di salah satu entitas usaha Google, Mandiant, sudah menganalisis potensi tersebut. Menurutnya, ancaman yang datang dari kelompok Rusia menimbulkan risiko tertinggi dalam hal keamanan siber.
Selain itu, Direktur Intelijen Ancaman di WithSecure, Tim West, juga memiliki pandangan serupa. Menurutnya, Olimpiade Paris akan menghadapi ancaman aktivitas siber yang lebih besar dari gelaran sebelumnya.
“Para peretas yang berpihak kepada Rusia, hampir pasti akan mencoba mengganggu Olimpiade dengan cara tertentu, ungkap West.
Laporan Riset Ancaman FortiGuard Labs juga menyoroti hal tersebut. Dalam penelitiannya, terdapat peningkatan aktivitas hacktivist oleh kelompok pro-Rusia dalam obrolan di dark web. Kelompok seperti Cyber Army Russia Reborn, Cyber Dragon, dan Dragonforce disebut secara khusus menargetkan Olimpiade sebagai destinasi serangan.
Terlepas dari dugaan tersebut, Brigade Anti-Kejahatan Siber Prancis (BL2C) masih terus menyelidiki serangan dan juga permintaan tebusan. Otoritas setempat menegaskan bahwa insiden tersebut tidak memengaruhi sistem informasi yang terlibat dalam pelaksanaan Olimpiade maupun Paralimpiade.
Bagaimana pendapat Anda insiden peretasan yang meminta tebusan kripto di Olimpiade Paris 2024 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.