Perusahaan investasi yang berfokus pada aset crypto, Dragonfly Capital, menggalang dana 650 juta dolar AS dari sejumlah investor seperti KKR, Invesco, dan Tiger Global.
Dana ini akan dikucurkan ke startup dan perusahaan blockchain dan crypto, protokol, serta token dengan tujuan besar mengembangkan ekonomi digital baru.
Pengumpulan dana 650 juta dolar AS itu merupakan penggalangan dana ventura ketiga yang disebut Dragonfly Fund III. Awalnya, berdasarkan dokumen pengajuan di Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat pada Januari 2022, Dragonfly menargetkan dana 500 juta dolar AS. Namun, dalam proses penawaran terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) sampai kemudian ditutup di angka 650 juta dolar AS.
Tercatat sejumlah mitra ikut dalam Dragonfly Fund III. Sebut saja, Tiger Global, KKR, Sequoia China, dana abadi Ivy League, Invesco, Top Tier Capital Partners, dan perusahaan investasi dari Asia Tenggara.
Hingga saat ini, Dragonfly telah mengucurkan dana investasi senilai 325 juta dolar AS ke hampir 60 perusahaan. Total dana itu diluncurkan dalam dua bagian, yakni pada 2018 senilai 100 juta dolar AS dan 225 juta dolar AS pada 2021. Bila dibandingkan, dana Dragonfly Fund III mencapai dua kali lipat dari total dana sebelumnya.
Perusahaan modal ventura berbasis di Amerika Serikat (AS) itu akan fokus berinvestasi di berbagai tahapan blockchain dan perusahaan crypto-native serta protokol dan token.
Managing Partner Dragonfly Capital, Haseeb Qureshi, mengatakan generasi berikutnya para pendiri startup saat ini beremigrasi dari web2. Ekosistem crypto pun semakin berkembang, ditandai oleh perang L1 yang kian memanas, perlombaan membangun metaverse, DeFi yang semakin matang, crypto gaming yang terus bermunculan, dan infrastruktur keuangan yang mulai melembaga.
“Ada begitu banyak hal yang harus dibangun. Dengan Fund III kami lebih siap untuk mendukung para pendiri startup di sepanjang perjalanan mereka, dari awal hingga Seri B dan seterusnya,” kata Qureshi.
Peluncuran Dragonfly Fund III juga dipublikasikan Qureshi via akun Twitter-nya.
Pertumbuhan Sektor Crypto
Sejak didirikan pada 2018, Dragonfly Capital cukup aktif bergiat di ekosistem crypto. Ia telah mendukung sejumlah proyek, antara lain Avalanche, Near, Bybit, Matter Labs, Anchorage, Amber, Frax, Cosmos, Dune Analytics, MakerDAO, Compound, dan 1inch.
Qureshi mengatakan banyak peluang di beragam tahapan ekosistem crypto dan pasar crypto telah berkembang pesat hingga triliunan. Padahal, saat kali pertama Dragonfly mulai berinvestasi, pasar crypto masih ratusan miliar. Lanskap modal pun sudah berubah sejak kali pertama dana ventura Dragonfly meluncur.
“Lebih banyak pemahaman tentang pentingnya crypto. Ada lebih banyak minat dalam investasi crypto, tidak hanya dari VC tradisional atau VC crypto, tetapi juga institusi tradisional yang sekarang memasuki investasi crypto karena mereka menyadari betapa pentingnya hal ini,” tutur Qureshi.
Di awal Dragonfly berdiri dan memproses penggalangan dana awalnya, tim investasi yang terlibat hanya segelintir, mencakup mantan teknisi dari ilmuwan komputer hingga pembuat kode. Qureshi mengatakan sangat penting memiliki pengetahuan dasar teknis ketika berinvestasi ke teknologi crypto tahap awal.
“Berinvestasi di crypto tanpa memahami teknologi seperti berinvestasi di biotek tanpa memahami biologi. Anda akan kehilangan mekanisme inti dari apa yang Anda investasikan,” ujarnya.
Qureshi melihat banyak kemajuan terjadi di komunitas crypto dan di antara investor seputar game play-to-earn, infrastruktur decentralized autonomous organizations (DAO), dan alat pengembang web3.
Dragonfly berkomitmen akan terus berinvestasi di area-area tersebut, termasuk keuangan terdesentralisasi (DeFi), kontrak pintar (smart contract), NFT, metaverse, dan sektor lain dalam ekosistem crypto.
Pertumbuhan sektor crypto tidak hanya mempengaruhi investor, melainkan juga perusahaan dan institusi.
“[Mereka] berusaha keras mencari tahu bagaimana melengkapi diri mereka dan mulai memahami perubahan paradigma dari industri crypto ini akan memengaruhi apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka menjalankan bisnis mereka,” tutur Qureshi.
Megatrend Crypto
Secara umum, 2022 tampaknya akan menjadi tahun panas berikutnya bagi crypto dalam hal investasi modal. Berdasarkan data Pitchbook, pada empat bulan pertama tahun 2022 valuasi pasca-uang tahap akhir untuk cryptocurrency yang didukung modal ventura serta perusahaan blockchain mencapai 3,95 miliar dolar AS.
Valuasi ini rata-rata naik 91% dari sepanjang 2021. Sementara, rata-rata valuasi VC tahap akhir secara global turun 14% menjadi 697,6 juta dolar AS.
Pertumbuhan valuasi ini mengejutkan mengingat turunnya cryptocurrency utama, yang secara historis menjadi indikator utama minat VC di teknologi blockchain.
Data Pitchbook itu belum mencakup valuasi di tahap awal putaran crypto tahun ini seperti FTX dan Fireblocks.
Februari lalu, salah satu perusahaan modal ventura tertua di dunia, Sequoia Capital, meluncurkan dana baru berfokus pada crypto yang mencapai 600 juta dolar AS. Dana itu akan diinvestasikan utamanya untuk liquid tokens.
Sequoia telah berinvestasi di crypto sejak 2015 dalam transaksi ekuitas dan token. Pada 2021, sekitar 20% dari investasi baru di AS dan Eropa ditempatkan di crypto.
Portofolio Sequoia antara lain FTX, Fireblocks, StarkWare, dan Filecoin. Partner Sequoia Capital, Shaun Maguire, menyebut crypto akan menjadi megatrend terbesar dalam 20 hingga 30 tahun ke depan.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.