Lihat lebih banyak

PBB Sebut Teroris Juga Mendanai Kegiatannya dengan Kripto

3 mins
Diperbarui oleh Ahmad Rifai
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • PBB sebut bahwa teroris terus beradaptasi untuk bisa mendanai kegiatan mereka, termasuk dengan hadirnya kripto.
  • Teknologi kripto yang selama ini mampu dukung anonimitas membuka celah bagi kelompok kriminal untuk memanfaatkannya.
  • Sinergi lintas negara di bawah satu payung aturan anti-pencucian uang & pendanaan terorisme diharapkan bisa menahan penggunaan ilegal kripto.
  • promo

Penggunaan aset kripto sebagai salah satu opsi pendanaan untuk aktivitas ilegal kembali menggema. Dalam special meeting yang digelar oleh Counter Terrorism Committee (CTC) di India, Countering Financial of Terrorism Coordinator Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Svetlana Martynova, menyebutkan bahwa teroris terus beradaptasi untuk bisa mendanai kegiatan mereka, termasuk dengan hadirnya kripto.

Teknologi kripto yang selama ini mampu mendukung anonimitas rupanya membuka celah bagi kelompok kriminal, tanpa terkecuali teroris, untuk memanfaatkannya.

“Teroris masih menggunakan uang tunai dan ‘hawala’ (sistem transfer uang informal) sebagai pendanaan utamanya. Namun, mereka juga berevolusi untuk mendapatkan pendanaan anonim, dan aset kripto menjadi salah satu instrumen yang bisa disalahgunakan,” jelas Svetlana Martynova.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membendung penggunaan kripto sebagai sumber pendanaan terorisme adalah bersinergi di bawah satu payung aturan. Seperti diketahui, Financial Action Task Force (FATF) sudah membuat aturan terkait anti-pencucian uang dan pendanaan terorisme. Namun, menurutnya masih sangat sedikit negara yang bergabung di dalamnya dan berupaya menegakkan aturan FATF.  

Beberapa wilayah sudah berupaya memasukkan aset kripto ke dalam undang-undang (UU) anti-pencucian uang mereka. Namun, harus diakui bahwa proses untuk kemudian menjadikannya sebagai UU harus melewati tahapan yang cukup panjang. Pasalnya, jika UU tersebut disahkan, secara tidak langsung negara tersebut bisa diartikan mengakui keberadaan aset kripto.

Harus Sertakan Informasi Sumber Aset dan Penerimanya

Adapun Uni Eropa pada Maret lalu lewat Komite Urusan Ekonomi & Moneter (ECON) dan Komite Kebebasan Sipil (LIBE) sudah mengadopsi Rancangan Undang-Undang (RUU) terhadap pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Seperti layaknya sistem transfer pada dunia keuangan tradisional (TradFi), dalam aturan baru tersebut setiap transfer kripto yang terjadi di Uni Eropa harus memberikan informasi detail terkait sumber aset dan penerimanya.

Selain itu, aturan itu juga akan mencakup keterlibatan dompet virtual yang non-hosted (dalam pengawasan pribadi). Hal tersebut sengaja dilakukan untuk memastikan bahwa perjalanan kripto, mulai dari pengirim sampai dengan penerima, bisa dilacak dan diblokir.

Salah satu angota parlemen Eropa, Ernest Urtasun, mengatakan sebagian besar aliran gelap dalam aset kripto di Eropa dan seluruh dunia tidak terdeteksi. Hal ini menjadikan instrumen tersebut sebagai instrumen ideal untuk memastikan anonimitas dalam transaksi.

“Dengan proposal regulasi ini, Uni Eropa akan menutup celah tersebut,” ungkap Ernest Urtasun.

Binance Dukung Anti-Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Tidak rela industri kripto menjadi ajang pencucian uang oknum nakal, Binance mendukung penuh aturan anti-pencucian uang. Bahkan, mereka sudah menjalin kerja sama dengan banyak negara sebagai bagian dari Program Pelatihan Penegakan Hukum.

Menyambut hal ini, founder & CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ), mengatakan bahwa pihaknya baru saja menjalin kerja sama dengan Kazakhstan untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Sebelumnya, negara-negara maju; seperti Prancis, Jerman, Italia, Inggris, Norwegia, Kanada, Brasil, Paraguay, dan Israel sudah masuk dalam program yang ditujukan untuk membantu memerangi kejahatan keuangan.

“Kerja sama dilakukan sebagai bagian dari implementasi pelatihan penegakan hukum global. Kami terus berjuang bersama untuk melawan kejahatan dunia maya dan keuangan secara mendunia,” jelas CZ.

Adapun perusahaan analitik blockchain Chainalysis pernah mengungkapkan bahwa salah satu kelompok teroris Al-Qaeda dan afiliasinya mengandalkan BitcoinTransfer untuk mendapatkan pembiayaan terorisme. Skema yang dilakukan adalah dengan menggunakan kampanye yang dibungkus dengan program amal untuk menggalang dana.

Bagaimana pendapat Anda tentang temuan yang menyatakan bahwa teroris juga menggunakan aset kripto dalam aksinya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori