Lebih dari 90% bank sentral dunia telah memangkas suku bunga atau mempertahankannya tetap selama 12 bulan. Siklus pelonggaran ini telah menghasilkan 316 kali pemotongan suku bunga dalam dua tahun, melebihi 313 kali yang terjadi selama krisis keuangan 2008–2010. Tingginya pelonggaran likuiditas ini memicu pertanyaan besar: Kapan Bitcoin Naik? Para analis menyoroti bahwa meskipun ekspansi likuiditas terjadi, respons Bitcoin untuk naik masih tertunda.
Meski ada ekspansi likuiditas global ini, Bitcoin telah terpisah dari pertumbuhan jumlah uang beredar sejak pertengahan 2025. Tren ini menimbulkan pertanyaan tentang kapan mata uang kripto terkemuka ini akan merespons masuknya modal.
SponsoredPelonggaran Moneter Tak Terduga Sejak Pandemi
Kebijakan moneter global telah memasuki fase pelonggaran yang paling agresif sejak pandemi COVID-19, berdasarkan data dari The Kobeissi Letter. Kurang dari 10% bank sentral telah menaikkan suku bunga, sementara sebagian besar memotong atau mempertahankan kebijakan. Tren ini telah berlangsung selama setahun, menandai perubahan kebijakan moneter global yang jarang terjadi.
Sejauh mana pelonggaran ini jelas terlihat ketika melihat jumlah keseluruhan pemotongan suku bunga. Dari 2023 hingga awal 2025, bank sentral di pasar maju dan berkembang telah memotong suku bunga 316 kali—melebihi 313 kali pemotongan antara 2008 dan 2010, ketika sistem keuangan global berada dalam tekanan berat.
Sebelumnya, pelonggaran moneter yang terkoordinasi telah di ikuti oleh peningkatan signifikan dalam harga aset, terutama aset berisiko seperti saham dan aset kripto. Namun, respons Bitcoin terhadap gelombang likuiditas ini jauh lebih lemah daripada siklus sebelumnya. Meskipun penelitian sebelumnya menemukan korelasi 0,94 antara harga Bitcoin dan jumlah uang beredar global M2 (dari Mei 2013 hingga Juli 2024), hubungan itu saat ini nampaknya melemah.
Sponsored SponsoredPemisahan ini menimbulkan pertanyaan tentang waktu dan penggerak pasar. Analis mengamati bahwa Bitcoin seringkali mengikuti peningkatan likuiditas global dengan keterlambatan 60 hingga 70 hari. Jika pola historis ini berlanjut, ekspansi moneter yang sedang berlangsung dapat menunda reli Bitcoin hingga akhir 2025 atau 2026.
Skenario Kejutan Finansial 2026
Pengamat pasar menguraikan kemungkinan skenario yang terjadi hingga 2028, dengan 2026 sebagai titik balik. Ini sesuai dengan siklus historis yang di jelaskan oleh Benner Cycle, model waktu pasar abad ke-19 yang secara mengejutkan telah memprediksi banyak perubahan keuangan.
Menurut analis pasar NoLimitGains, beberapa titik tekanan global berkumpul menuju 2026. Garis patahan meliputi masalah pendanaan Treasury AS, risiko carry trade yen Jepang, dan leverage kredit berat Cina. Gangguan pada salah satu dari ini akan menciptakan guncangan global, namun masalah bersamaan dapat mendorong krisis sistemik.
Sponsored SponsoredFase pertama di definisikan oleh kejutan pendanaan Treasury, mungkin di picu oleh lelang obligasi AS yang lemah. AS menghadapi penerbitan utang rekor pada 2026 saat defisit meningkat dan permintaan asing menurun. Lelang lemah dan hilangnya tawaran tidak langsung menggemakan krisis gilt Inggris 2022. Dolar melonjak, likuiditas menghilang, Jepang melakukan intervensi, yuan turun, spread kredit meluas, aset berisiko di jual, dan sebagainya.
Fase kedua di ikuti dengan tindakan bank sentral melalui injeksi likuiditas, jalur swap, dan pembelian kembali Treasury. Respons pemerintah ini akan menyuntikkan modal, membentuk panggung untuk gelombang inflasi yang banyak analis prediksi akan terjadi pada 2026 hingga 2028. Selama fase ini, imbal hasil riil seharusnya jatuh, emas dan perak mungkin melambung, Bitcoin bisa pulih, dan komoditas mungkin reli saat dolar mencapai puncaknya.
Indeks MOVE, yang melacak volatilitas pasar obligasi, sudah mulai naik. Ketika MOVE, USD/JPY, yuan Cina, dan imbal hasil Treasury 10-tahun beralih ke arah yang sama, analis melihatnya sebagai tanda peringatan bahwa sebuah peristiwa signifikan bisa tiba dalam satu hingga tiga bulan.
SponsoredKeterlambatan Bitcoin Menyajikan Peluang Potensial
Kinerja terbaru Bitcoin menunjukkan pemisahannya yang tidak biasa dari ekspansi likuiditas global pada pertengahan 2025. Meskipun bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar, aset kripto ini di perdagangkan sideways, mengecewakan mereka yang mengharapkan reli segera.
Pandangan optimistis adalah bahwa keterlambatan ini memberikan peluang beli saat Bitcoin tetap undervalued terhadap likuiditas global. Secara historis, Bitcoin sering reli 60-70 hari setelah peningkatan jumlah uang beredar global M2 yang signifikan.
Beberapa analis berpikir peserta pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang inflasi dan kebijakan bank sentral. Yang lain menyebutkan masalah yang belum terpecahkan, seperti perkembangan regulasi, aktivitas institusional, dan resistance teknis yang kuat, mungkin menahan harga Bitcoin.
Bagaimana pendapat Anda tentang tertundanya kenaikan harga Bitcoin? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!