Otoritas Thailand menangkap seorang warga negara Cina di Bangkok terkait skema Ponzi aset kripto yang menipu hampir 100 investor hingga rugi lebih dari US$31 juta.
Penangkapan ini menandai perkembangan penting dalam kasus yang menjadi salah satu exit scam decentralized finance terbesar pada 2023.
SponsoredBagaimana skema Ponzi kripto beroperasi
Pada Rabu, petugas menangkap Liang Ai-Bing, satu dari lima tersangka di balik platform FINTOCH, di sebuah rumah mewah di distrik Wang Thonglang berkat upaya intelijen gabungan penegak hukum Thailand dan Cina.
Platform FINTOCH beroperasi antara Desember 2022 dan Mei 2023, serta menampilkan diri sebagai peluang investasi decentralized finance yang sah. Dengan merek “Morgan DF Fintoch”, skema ini secara keliru mengklaim afiliasi dengan raksasa perbankan investasi Morgan Stanley.
Pada 2023, Morgan Stanley secara terbuka membantah adanya keterkaitan. Operasi ini juga menampilkan sosok CEO fiktif bernama Bob Lambert, sementara foto profilnya sebenarnya milik aktor Mike Provenzano.
Penyidik menyimpulkan penipuan ini melibatkan lima orang. Otoritas Cina menyebut anggota lain yang diduga terlibat adalah Ai Qing-Hua, Wu Jiang-Yan, Tang Zhen-Que, dan Zuo Lai-Jun. Otoritas Cina menangkap Zuo di Cina lalu membebaskannya dengan jaminan, sementara tersangka lainnya melarikan diri. Platform itu menjanjikan imbal hasil harian 1%, meski Otoritas Moneter Singapura sudah memberi peringatan pada awal Mei 2023.
Melacak exit scam dari skema Ponzi kripto
Investigator on-chain, ZachXBT, berperan krusial mengungkap penipuan ini pada Mei 2023, dan mengidentifikasi pergerakan dana mencurigakan lintas beberapa jaringan blockchain. Temuannya menunjukkan tim FINTOCH menarik US$31,6 juta dalam USDT dari Binance Smart Chain, lalu menjembatani dana ke berbagai alamat di jaringan Tron dan Ethereum sebelum para korban melaporkan tidak bisa menarik investasi mereka.
SponsoredPlatform bug bounty, Immunefi, melaporkan insiden FINTOCH turut menyumbang kenaikan kerugian aset kripto sebesar 63% pada Q2 2023 dibanding periode yang sama pada 2022.
Dalam operasi penangkapan, Pengadilan Pidana mengeluarkan surat penggeledahan, lalu aparat menggeledah kediaman Liang, tempat ia tinggal sendiri sejak akhir tahun lalu. Petugas menemukan senjata api ilegal saat penggerebekan, sehingga mereka menjeratnya dengan dakwaan tambahan terkait masuk secara ilegal ke Thailand dan kepemilikan senjata terlarang. Liang membayar sewa sekitar US$4.645 per bulan untuk properti tiga lantai tersebut.
Tantangan penegakan hukum lintas batas
Kasus FINTOCH menggambarkan rumitnya tantangan yurisdiksi saat memburu penipuan aset kripto. Kerja sama internasional antara polisi Thailand dan Cina terbukti krusial untuk menemukan Liang, yang selama berbulan-bulan menghindari deteksi dengan berpindah lintas perbatasan. Otoritas Thailand berkoordinasi dengan mitra mereka di Cina untuk mengatur ekstradisinya atas dakwaan penipuan.
Insiden ini mencerminkan tren yang lebih luas dalam kejahatan terkait aset kripto. Pada awal Oktober, otoritas AS mengumumkan upaya perampasan 127.271 BTC senilai lebih dari US$14,2 miliar dari Chen Zhi, pendiri Prince Holding Group yang berbasis di Kamboja, dalam kasus yang melibatkan skema pig butchering, di mana individu korban perdagangan manusia menjalankan penipuan di bawah ancaman kekerasan.
Kasus ini memunculkan pertanyaan tentang kerangka regulasi untuk platform decentralized finance (platform DeFi). Berbeda dari lembaga keuangan tradisional, platform DeFi sering beroperasi lintas banyak yurisdiksi secara bersamaan, sehingga pengawasan efektif menjadi sulit.
Pengamat industri mencatat bahwa meskipun transparansi blockchain memungkinkan penyidik menelusuri pergerakan dana, kecepatan operasi penipuan meluncur dan mengeksekusi strategi exit tetap menjadi tantangan yang terus muncul. Jeda beberapa bulan antara exit scam pada Mei 2023 dan penangkapan pada Oktober 2025 menggambarkan besarnya waktu serta sumber daya yang dibutuhkan untuk mengejar kasus semacam ini secara internasional.