Kriminal di Australia menyamar sebagai aparat penegak hukum dan menggunakan laporan kejahatan siber palsu untuk menipu korban agar percaya bahwa data pribadi mereka telah diretas.
Setelah itu, para hacker menekan korban untuk memindahkan crypto mereka ke wallet yang dikendalikan scammer, menguras seluruh dana yang dimiliki.
SponsoredScammer Manfaatkan Laporan Polisi Palsu
Otoritas Australia mengeluarkan peringatan setelah mengungkap sebuah skema di mana pelaku kejahatan siber menyamar sebagai polisi federal untuk mencuri aset kripto.
Pusat koordinasi kejahatan siber yang dipimpin AFP mendeteksi serangkaian modus di mana scammer memperoleh informasi pribadi dan menggunakannya untuk mengajukan laporan kejahatan siber palsu melalui portal pemerintah ReportCyber.
Para scammer kemudian menelepon korban dan mengeklaim bahwa data mereka muncul dalam sebuah insiden kebocoran terkait kripto. Scammer membagikan nomor referensi yang nampak asli dan mengarahkan korban untuk memeriksanya secara daring. Laporan tersebut muncul dalam sistem, membuat panggilan tersebut nampak sah.
Penelepon kedua, yang mengaku berasal dari crypto platform milik korban, mendesak agar mereka memindahkan aset ke wallet cold storage “aman”.
Pejabat menegaskan bahwa aparat penegak hukum yang sah tidak akan pernah meminta akses ke akun kripto, seed phrase, atau detail perbankan apa pun.
Kasus ini menyoroti masalah yang makin berkembang, karena scammer semakin sering mengandalkan teknik rekayasa sosial dan nomor telepon spoofing untuk menipu korban.
SponsoredAncaman Social Engineering Terus Meningkat
Scam di Australia ini muncul di tengah eskalasi global serangan rekayasa sosial yang secara khusus menargetkan para holder kripto.
Pada Agustus 2025, seorang korban kehilangan Bitcoin senilai US$91 juta setelah scammer menyamar sebagai staf dukungan dari Coinbase dan layanan crypto besar lainnya, menjadikannya salah satu pencurian tunggal terbesar sejauh ini.
Sebelumnya di Inggris, seorang penipu yang menyamar sebagai pejabat polisi senior menipu korban lainnya. Pengguna tersebut kehilangan Bitcoin senilai US$2,8 juta melalui situs cold-storage palsu.
Pada bulan Mei, sebuah jaringan phishing global yang menyamar sebagai Coinbase mencuri lebih dari US$20 juta dengan mengarahkan pengguna ke situs dukungan palsu.
Secara kolektif, sejumlah kasus ini menunjukkan skala dan kecanggihan serangan rekayasa sosial yang terus tumbuh di sektor kripto.
Bagaimana pendapat Anda tentang tren baru scam (penipuan) kripto di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!