Bitcoin (BTC) secara konsisten berkinerja mengesankan dalam beberapa hari belakangan. Harganya tercatat sudah naik 10,77% dalam seminggu terakhir. Meskipun ini adalah kabar baik bagi sebagian trader, sebagian yang lain terpapar risiko untuk kehilangan uang jika BTC terus merangkak naik.
Analisis ini akan membahas target harga potensial yang berpotensi BTC raih. Juga, dampak tren harganya pada posisi terbuka di pasar derivatif.
Perjalanan Terbaru Bitcoin Ancam Ekspektasi Short
Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin berfluktuasi di kisaran harga US$65.000 hingga tipis di atas kisaran US$66.000—saat ini, harga diperdagangkan di level US$65.302. Sebelumnya, BTC sempat mencetak angka US$66.250 namun kemudian turun lagi.
Terlepas dari itu, menurut data dari Coinglass, posisi short berisiko terhempas likuidasi sebanyak US$1,32 miliar andaikata BTC nantinya melesat ke US$68.066.
Hal ini sesuai dengan heatmap likuidasi. Bagi Anda yang belum familier dengan terminologinya, likuidasi terjadi ketika sebuah crypto exchange menutup paksa posisi trader lantaran saldo margin tidak mencukupi untuk mempertahankan kontrak tetap terbuka.
Walau ini dilakukan guna mencegah kerugian lebih lanjut, tindakan semacam ini juga bisa disebabkan oleh volatilitas yang tinggi karena harga bergerak berlawanan arah dengan prediksi trader.
Secara khusus, long adalah trader yang bertaruh pada kenaikan harga, sedangkan short adalah trader yang mengantisipasi tren turun.
Oleh karena itu, gambar di atas melukiskan berapa banyak posisi short yang akan musnah begitu Bitcoin mencapai harga yang tersebutkan di atas. Lebih lanjut, heatmap mengidentifikasi zona di mana likuidasi berskala besar mungkin terjadi dan zona di mana terdapat konsentrasi likuiditas yang tinggi.
Jika likuiditas terkonsentrasi di area tertentu, harga aset kripto ini kemungkinan akan bergerak menuju zona tersebut. Menurut data yang diperoleh dari Coinglass, harga Bitcoin mungkin bakal menjangkau US$67.469 dan kemudian menuju US$68.000.
Jika BTC mampu menaklukkan zona ini, target berikutnya adalah US$72.599. Skenario ini bakal membawanya selangkah lebih dekat dengan rekor all-time high (ATH).
Pemain Raksasa Setop Jual Bitcoin
Terlepas dari heatmap, arus masuk besar-besaran ke ETF Bitcoin minggu ini adalah bagian lain dari data yang mendukung kenaikan harga. Aliran modal yang signifikan ke dalam produk ini memainkan peran besar dalam lonjakan Bitcoin ke ATH pada bulan Maret lalu.
Kelangkaan likuiditas dalam aspek ini juga penting dalam mengukir tren turun yang diderita pada kuartal II (Q2). Oleh karena itu, BTC mungkin bakal mencatat reli harga berkelanjutan asalkan ada banyak modal terus mengalir ke ETF.
Ihwal perkembangan ini, analis Timothy Peterson berpendapat BTC bisa segera menggapai US$71.000.
“Arus Keluar Bersih ETF Kumulatif mencapai ATH baru minggu lalu. Ini adalah metrik kedua yang saya miliki yang menghargai Bitcoin pada US$71 ribu. Ini menandai 6 hari berturut-turut arus masuk positif dengan total US$1+ miliar. Ini belum termasuk arus masuk besar-besaran hari ini,” tuturnya via X.
Dari perspektif on-chain, Skor Tren Akumulasi mengatakan Bitcoin telah keluar dari fase distribusi. Skor tren ini berkisar antara 0 hingga 1, bertugas memberikan wawasan tentang perilaku entitas besar di pasar.
Jika peringkat Skor Tren Akumulasi mendekati 0, berarti rata-rata pelaku pasar tengah melakukan aksi jual.
Hal ini terbukti dari tren antara April sampai dengan Juni. Namun, pada waktu publikasi, skornya adalah 0,55, pertanda bahwa ukuran koin yang dibeli secara on-chain menanjak.
Tren Bullish Harga BTC Terkonfirmasi
Menurut grafik harian, Bitcoin telah mengonfirmasi tren bullish setelah harga naik ke atas EMA 20 (biru) dan 50 (kuning).
EMA adalah singkatan dari Exponential Moving Average dan menunjukkan arah tren selama beberapa waktu. Jika EMA berada di atas harga, berarti trennya bearish.
Namun, karena saat ini yang terjadi adalah sebaliknya, sinyalnya bullish untuk BTC. Dengan kata lain, harga berpotensi untuk diperdagangkan lebih tinggi lagi. Jika tren berlanjut, target harga Bitcoin berikutnya tertancap di area US$68.235, seperti yang terlihat di bawah ini.
Selain itu, spot Cumulative Volume Delta (CVD) kini positif. CVD menampilkan selisih bersih antara volume beli dan jual. Ketika nilainya negatif, artinya jumlah BTC yang terjual lebih tinggi daripada yang dibeli.
Oleh karena itu, nilai positif yang kini terpantau memberi tahu bahwa pelaku pasar telah memborong Bitcoin dengan volume substansial sejak 13 Juli. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Moving Average Convergence Divergence (MACD).
MACD adalah alat teknikal yang menunjukkan hubungan antara EMA 12 (biru) dan EMA 26 (oranye). Gunanya untuk mengukur momentum tren dan percepatan harga. Jika angkanya negatif, trennya bearish, dan harga bisa terkoreksi selanjutnya.
Adapun nilai MACD pada waktu publikasi berada di zona hijau, maknanya harga Bitcoin bisa saja melanjutkan tren naiknya.
Sebagai kesimpulan, jika entitas besar ataupun crypto whale mulai mendistribusikan koin lagi, maka peluang reli harga mungkin menjadi tidak valid. Jika demikian situasinya, Bitcoin berisiko tergelincir ke level US$60.899.
Bagaimana pendapat Anda tentang aksi harga Bitcoin (BTC) ke depan menurut analisis on-chain dan teknikal ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.